Sudah banyak contoh kejadian dimana negara yang terinfeksi massal akibat tidak taatnya warga mereka, sikap meremehkan dan merasa fisik mereka sehat justru menjadi pemicu virus merebak dengan cepat.
Taat atau patuh, dalam definisi sederhananya adalah; kerelaan melakukan sesuatu yang sesuai dengan kebaikan, dan untuk tujuan kebaikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Mari kita pahami, bahwa inilah tugas kita sebagai warga negara, inilah tugas kita sebagai manusia yang memberikan manfaat bagi orang lain, bukan justru menjadi pembawa duka.
Kebijakan ini sekali lagi perlu saya tekannya tidak mudah. Himbauan untuk tidak mudik serta kewajiban melakukan karantina mandiri telah memberikan banyak isak tangis dan kemalangan bagi saudara-saudara kita.
Sudah saatnya kita bergerak bersama, mengikuti arahan pemerintah untuk taat agar kita semua selamat.
Setidaknya saya melihat ada 3 hikmat yang bisa kita petik dari ajakan taat ini, yaitu:
1. Melihat Kepentingan Lebih Besar.
Ini bukan hanya untuk anda ataupun saya. Semua ini demi kebaikan semua orang, demi mengembalikan kembali aktivitas kita, demi bisa normal kembali hari-hari kita. Kita harus pahami bahwa tindakan kecil kita berdiam diri dirumah, telah memberikan dampak pada tujuan besar negara ini. Sudah terlalu banyak airmata, sudah terlalu banyak pengorbanan, kita saatnya kita dukung pemerintah untuk melawan wabah ini.
2. Membangun Mental Tabah.
Memang tidak mudah, anda harus meredam semua gejolak emosi. Anda yang berkeluarga pasti merasakan ketakutan "makan apa anak-anak saya besok?". Namun saya percaya, selalu ada rezeki yang tuhan siapkan bagi hambanya. Tetaplah berpengharapan, tetaplah tunjukan semangat anda ke keluarga khususnya pada anak-anak anda, ajarkan ke mereka bahwa selalu hadiah yang indah bagi mereka yang sabar.
3. Selalu mencari hal yang bisa disyukuri.