Mohon tunggu...
Mohammad Ehsan
Mohammad Ehsan Mohon Tunggu... -

seorang anak Melayu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Nadamurni", The Legend of Nasheed

10 November 2011   13:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era 80-an, adalah era ketika genre musik rock benar-benar digandrungi oleh jutaan anak muda di seluruh belahan dunia. Namun di tengah maraknya arus westernisasi tersebut, ada sedikit "angin segar" yang dibawa oleh sekelompok anak muda. Dengan segala keterbatasan mereka pada saat itu, mereka membawa misi yang sangat mulia, yakni mencoba untuk mengembalikan seni musik kepada fitrahnya. Di awal-awal kemunculannya, mereka memulai dengan membuat persembahan-persembahan kecil di majlis-majlis pengajian, tanpa alat musik, dan hanya bernyanyi dengan satu nada saja (tanpa ada pecahan suara). Di waktu itu, mereka pun belum mempunyai nama yang resmi untuk kumpulan mereka. Mereka hanya dikenal dengan sebutan "Putera Al-Arqam". Nama tersebut diambil dari nama salah satu harokah Islam yang menaungi mereka saat itu, yakni Al-Arqam di bawah pimpinan Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At-Tamimi, yang ketika itu lebih dikenal dengan Syeikhul Arqam.

Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At-Tamimi

Setelah beberapa waktu, mereka pun mendapatkan sedikit bantuan. Mereka mulai mengenakan pakaian seragam seperti jubah putih dan serban putih. Mereka juga sudah mempunyai sebuah studio sederhana.  Dengan bermodalkan studio musik seadanya, mereka akhirnya berhasil merampungkan album perdana mereka. Album mereka cukup laris di pasaran saat itu. Dan uniknya, metode pemasaran mereka adalah dengan menjual kaset mereka dari rumah ke rumah. Mereka juga mendapat dukungan penuh dari seluruh jamaah Al-Arqam, bahkan di setiap rumah anggota jamaahnya, bisa dipastikan ada kaset mereka. Di album perdana ini, mereka sudah mulai menggunakan musik sejenis kompang dan alat tradisional lainnya. Dan sejak itulah, era "Nadamurni" pun dimulai. Pada era Nadamurni inilah kemudian muncul sosok Asri Ibrahim sebagai vokal utama.

Logo Nadamurni Seiring waktu berjalan, kehadiran Nadamurni benar-benar mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Album-album baru terus bermunculan. Setiap penampilan yang mereka buat selalu ramai. Lagu-lagu mereka dinyanyikan di berbagai tempat dan kegiatan. Di antara lagu-lagu mereka yang cukup terkenal seperti Di Pondok kecil, Sepohon Kayu, Islam Yang Telah Berkembang, Tanpa Agama, dan lain sebagainya. Penunjukan saudara Munif Ahmad sebagai vokalis kedua semakin menambah power. Mereka benar-benar laksana fenomena pada saat itu. Namun semua kehebatan itu seolah berakhir ketika pada tahun 1994 gerakan Al-Arqam diharamkan oleh pemerintah Malaysia. Pengharaman itu berdampak pada eksistensi Nadamurni. Mereka pun akhirnya bubar. Namun keinginan kuat mereka untuk bernasyid tidak pernah hilang,  karena bagi mereka pengharaman itu bukan berarti perjuangan juga harus terhenti. Dan dari sinilah era perkembangan nasyid baru pun akhirnya bermula. Para personil yang sudah berpencar bertekad untuk membuat kumpulan-kumpulan baru. Maka akhirnya lahirlah Rabbani (dimotori Asri Ibrahim), Hijjaz (Munif Ahmad), Raihan (Nazrey Johani), Diwani (Hasnul Jamal), dan lain-lain.
Rabbani
Hijjaz
Raihan
Diwani Sampai sekarang pun, kumpulan-kumpulan tersebut masih eksis, bahkan terus mendapatkan penerimaan dari masyarakat. Maka, dengan memperhatikan fakta-fakta di atas, tak salah kiranya kalau saya menyebut Nadamurni sebagai THE LEGEND OF NASHEED. *mohon koreksi bila ada kesalahan fakta sejarah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun