Era 80-an, adalah era ketika genre musik rock benar-benar digandrungi oleh jutaan anak muda di seluruh belahan dunia. Namun di tengah maraknya arus westernisasi tersebut, ada sedikit "angin segar" yang dibawa oleh sekelompok anak muda. Dengan segala keterbatasan mereka pada saat itu, mereka membawa misi yang sangat mulia, yakni mencoba untuk mengembalikan seni musik kepada fitrahnya. Di awal-awal kemunculannya, mereka memulai dengan membuat persembahan-persembahan kecil di majlis-majlis pengajian, tanpa alat musik, dan hanya bernyanyi dengan satu nada saja (tanpa ada pecahan suara). Di waktu itu, mereka pun belum mempunyai nama yang resmi untuk kumpulan mereka. Mereka hanya dikenal dengan sebutan "Putera Al-Arqam". Nama tersebut diambil dari nama salah satu harokah Islam yang menaungi mereka saat itu, yakni Al-Arqam di bawah pimpinan Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At-Tamimi, yang ketika itu lebih dikenal dengan Syeikhul Arqam.
Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At-Tamimi
Setelah beberapa waktu, mereka pun mendapatkan sedikit bantuan. Mereka mulai mengenakan pakaian seragam seperti jubah putih dan serban putih. Mereka juga sudah mempunyai sebuah studio sederhana. Dengan bermodalkan studio musik seadanya, mereka akhirnya berhasil merampungkan album perdana mereka. Album mereka cukup laris di pasaran saat itu. Dan uniknya, metode pemasaran mereka adalah dengan menjual kaset mereka dari rumah ke rumah. Mereka juga mendapat dukungan penuh dari seluruh jamaah Al-Arqam, bahkan di setiap rumah anggota jamaahnya, bisa dipastikan ada kaset mereka. Di album perdana ini, mereka sudah mulai menggunakan musik sejenis kompang dan alat tradisional lainnya. Dan sejak itulah, era "Nadamurni" pun dimulai. Pada era Nadamurni inilah kemudian muncul sosok Asri Ibrahim sebagai vokal utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H