Persis di tepi sungai yang digunakan untuk tubing, berjejer beberapa tenda. Demi kenyamanan dan keamanan dari hujan dan hewan melata, tenda-tenda itu didirikan di atas semacam panggung papan yang diberi atap.
Bagian dalamnya terdapat sepasang kasur untuk bemalam. Kedua sisi tenda bisa dibuka, sehingga penghuninya bisa memilih, ingin view sungai, atau lapangan rumput dan perumahan warga di kejauhan.
Persis seperti penginapan pada umumnya, tenda-tenda tersebut diperuntukkan hanya untuk dua orang. Tapi, kalau ingin berhemat, bisa mendirikan tenda sendiri. Tidak punya tenda? Tenang, di sini tersedia penyewaan tenda.
Aaah, kapanlah, ya, aku mencoba glamping di sini, pikirku. Asyik, pasti, dibangunkan oleh gemericik sungai. Lalu menyesap kopi lokal. Kemudian mandi dan sarapan dengan pemandangan hijau diiringi udara semilir.
Harga glamping sudah termasuk sarapan. Namun, kalau masih kelaparan, di sana ada warung yang menjual penganan, seperti gorengan, mi instan, dan minuman ringan.
Setahu saya, Desa Rindu Hati inilah yang memperkenalkan glamping di Bengkulu. Didukung suasananya, lokasinya memang cocok untuk bermalam dan berkegiatan outdoor secara berkelompok.
Sampai hari ini, Desa Rindu Hati sering dijadikan lokasi outing beberapa komunitas dan kantor-kantor. Fasilitasnya memang sangat mendukung, misalnya tersedia tempat parkir yang luas, memiliki lapangan yang tanahnya datar, dan jaraknya relatif dekat dari pusat kota.
Mengunjungi desa ini dengan motor butut, lalu melihat ramainya kendaraan yang terparkir, saya menganggap Desa Rindu Hati sebagai desa wisata ramah berkendara. Pengunjung ditawarkan beragam aktivitas, dari yang cuma duduk-duduk di tepi sungai, sampai tracking ke puncak bukit.
Kondisi jalan dari gerbang masuk menuju desa terbilang mulus. Hanya di beberapa bagian yang berlobang ketika di area perumahan warga, tapi masih aman untuk dilalui mobil dan motor, meskipun hujan.
Hiking dan Air Terjun