Mohon tunggu...
Relinda Puspita
Relinda Puspita Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger dan vlogger domisili Bengkulu yang hobi pelesiran.

Saya senang jalan-jalan dan sedang belajar menjadi penulis. https://livingindadream.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Aktivitas Seru di Desa Wisata Rindu Hati, Bengkulu Tengah

12 November 2022   16:31 Diperbarui: 12 November 2022   16:32 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Wisata Rindu Hati (dok. pribadi)

Pagi-pagi setelah sarapan, Reki menjemputku dengan sepeda motor. Bahan bakarnya telah terisi penuh, mengantisipasi masalah motornya yang dianggap boros BBM.

Berdua saja, kami menuju Desa Rindu Hati, yang beberapa tahun belakang menjadi destinasi wisata favorit warga karena menawarkan sesuatu yang belum ada di Bengkulu. Meskipun lokasinya di luar kota, waktu tempuhnya tidak sampai satu jam berkendara dari rumah saya di Kota Bengkulu.

Desa Wisata Rindu Hati

Desa Hati terletak di Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah. Masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai petani dan berkebun.

Meskipun berada di wilayah Provinsi Bengkulu, pendahulu desa ini berasal dari suku Minang, Sumatra Barat. Hal ini jelas terlihat dari bangunan sekretariat kelompok tani yang menyerupai rumah adat suku Minang Kabau yang atapnya runcing-runcing seperti tanduk kerbau.

Petunjuk arah menuju Desa Rindu Hati terpampang nyata ketika kita melewati jalan lintas Bengkulu - Kepahiang, dan juga sebaliknya. Hal ini sangat memudahkan para pengendara, khususnya yang berasal dari luar kota.

Begitu belok dari jalan utama ke arah desa, kita masih harus melajukan kendaraan melewati perkebunan. Pohon durian dan kebun kopi berjejer di kiri - kanan jalan yang bisa dilalui dua mobil itu

Dari perkebunan, pemandangan pun berganti dengan barisan rumah warga khas pedesaan. Beberapa di antaranya masih berupa rumah panggung. Bangunan sederhana berlantai satu dengan atap rendah terbuat dari seng yang telah menghitam. Dinding-dinding rumahnya terbuat dari papan, atau bangunan semi-permanen, gabungan bata dan papan.

Tampak beberapa warga sedang duduk-duduk di teras rumah, anak-anak sedang berjalan beriringan, dan beberapa hewan ternak sedang menikmati makanannya.

Tidak tampak keindahan desa ini, seperti yang digambarkan media sosial. Namun, lain cerita ketika sampai di ujung jalan. Aliran sungai mulai terdengar, dan pemandangan hamparan sawah jelas terlihat.

Bangunan Sekretariat Kelompok Tani Desa Rindu Hati (Dok. pribadi)
Bangunan Sekretariat Kelompok Tani Desa Rindu Hati (Dok. pribadi)
Potensi Wisata Desa Rindu Hati

Melihat potensi desanya, warga setempat mengadopsi konsep wisata dari daerah lain. Kalau selama ini keindahan Rindu Hati hanya diketahui dan dinikmati oleh mereka, sekarang juga bisa dirasakan oleh orang luar.

Bagi warga desa, mungkin biasa saja berjalan kaki naik-turun bukit untuk mandi air terjun, atau berendam di sungai seharian. Namun bagi warga perkotaan, hal tersebut merupakan hiburan dan pelarian dari rutinitas. Mereka rela datang jauh-jauh demi mendapatkan pengalaman berbeda dari kesehariannya.

Ketika semua potensi itu dikelola secara benar, masyarakat pun menyadari manfaatnya secara ekonomi. Keuntungannya tidak hanya bagi desa, tapi juga dirasakan oleh warganya sendiri.

Tubing

Hahahaha... Hihihihi... suara teriakan diiringi cekikikan terdengar dari arah sungai saat Reki memarkirkan sepeda motornya. Aku bergegas berjalan menuju tepi sungai, ingin memastikan, apakah keseruan dari suara itu sama dengan yang pernah aku rasakan saat menjajal arung jeram di Sungai Citarik beberapa tahun silam.

Berbeda dengan arung jeram yang menggunakan perahu karet untuk menyusuri arus sungai, tubing hanya menggunakan ban dalam berukuran besar. Satu ban hanya untuk satu orang dengan keadaan kaki menjuntai ke udara. Ban dililit beberapatali yang berguna sebagai dudukan dan pegangan.

Peserta tubing berbaris memanjang dengan saling terkait, seolah seperti sebuah perahu. Kaki orang di belakang dikaitkan pada orang di depannya. Mereka dibawa arus bersama-sama.

Ketika kaitan kaki terlepas sehingga masing-masing peserta berpencar terbawa arus, bahkan terjatuh ke air, di situlah alasan untuk tertawa atau berteriak kencang. Nggak basah, nggak rame.

Sayangnya kami hanya berdua. Tidak seru kalau mesti tubing. Lagian, semalam hujan, sehingga debit air sungai hari itu surut. Dasar sungai sangat mudah terlihat di beberapa tempat. Kalau tetap mau ikutan tubing, risikonya bakal sering mengeluh kesakitan, karena bokong sering menabrak batu-batu di dasar sungai.

Tubing di Desa Wisata Rindu Hati (Dok. pribadi)
Tubing di Desa Wisata Rindu Hati (Dok. pribadi)

Glamping

Persis di tepi sungai yang digunakan untuk tubing, berjejer beberapa tenda. Demi kenyamanan dan keamanan dari hujan dan hewan melata, tenda-tenda itu didirikan di atas semacam panggung papan yang diberi atap.

Bagian dalamnya terdapat sepasang kasur untuk bemalam. Kedua sisi tenda bisa dibuka, sehingga penghuninya bisa memilih, ingin view sungai, atau lapangan rumput dan perumahan warga di kejauhan.

Persis seperti penginapan pada umumnya, tenda-tenda tersebut diperuntukkan hanya untuk dua orang. Tapi, kalau ingin berhemat, bisa mendirikan tenda sendiri. Tidak punya tenda? Tenang, di sini tersedia penyewaan tenda.

Aaah, kapanlah, ya, aku mencoba glamping di sini, pikirku. Asyik, pasti, dibangunkan oleh gemericik sungai. Lalu menyesap kopi lokal. Kemudian mandi dan sarapan dengan pemandangan hijau diiringi udara semilir.

Harga glamping sudah termasuk sarapan. Namun, kalau masih kelaparan, di sana ada warung yang menjual penganan, seperti gorengan, mi instan, dan minuman ringan.

Setahu saya, Desa Rindu Hati inilah yang memperkenalkan glamping di Bengkulu. Didukung suasananya, lokasinya memang cocok untuk bermalam dan berkegiatan outdoor secara berkelompok.

Sampai hari ini, Desa Rindu Hati sering dijadikan lokasi outing beberapa komunitas dan kantor-kantor. Fasilitasnya memang sangat mendukung, misalnya tersedia tempat parkir yang luas, memiliki lapangan yang tanahnya datar, dan jaraknya relatif dekat dari pusat kota.

Glamping di Desa Wisata Rindu Hati (Dok. pribadi)
Glamping di Desa Wisata Rindu Hati (Dok. pribadi)

Mengunjungi desa ini dengan motor butut, lalu melihat ramainya kendaraan yang terparkir, saya menganggap Desa Rindu Hati sebagai desa wisata ramah berkendara. Pengunjung ditawarkan beragam aktivitas, dari yang cuma duduk-duduk di tepi sungai, sampai tracking ke puncak bukit.

Kondisi jalan dari gerbang masuk menuju desa terbilang mulus. Hanya di beberapa bagian yang berlobang ketika di area perumahan warga, tapi masih aman untuk dilalui mobil dan motor, meskipun hujan.

Hiking dan Air Terjun

Tubing gagal dan glamping entah kapan, aku dan Reki memutuskan untuk ke air terjun saja. Ada dua pilihan, yaitu rute jauh atau rute dekat. Tentunya, sebagai permulaan, kami memilih yang terdekat.

Kami diharuskan pergi dengan seorang pemandu yang merupakan warga lokal. Namun, kalau sudah tahu jalannya, bisa saja pergi sendiri.

Ketika dijalani, waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam dari tepi sungai, tempat pusat informasi berada. Kami melewati perumahan warga menuju bukit di belakangnya. Lalu melewati hutan dengan jalan setapak yang agak tertutup tanaman dan rumput.

Beberapa kali pemandu mengingatkan kami untuk waspada pada pacet yang mungkin saja menempel di kaki. Saya pun jadi sering memeriksa kaki, dan beberapa kali harus membuang paksa pacet yang melekat secara diam-diam itu.

Begitu melihat air terjun di depan mata, saya langsung teriak girang. Tidak sabar ingin melompat dan diguyur tumpahan airnya.

Sejujurnya, air terjunnya terbilang rendah dan kecil, tapi akibat sudah terlalu lama di rumah saja karena pandemi, surga kecil itu sungguh menyenangkan. Bergegas, saya mengganti pakaian.

Setelah foto-foto sebentar dan melepas alas kaki, saya langsung melangkah ke pancuran alami itu. Badan berasa dipijat saat airnya menerpa keras bahu dan punggung. Dingin tapi segar, dan lama-lama terasa nyaman.

Semua pengalaman itu aku abadikan dalam video ini:


Semua keseruan itu hanya segelintir aktivitas yang bisa dilakukan di Desa Rindu Hati. Masih ada rute hiking yang lebih panjang serta menantang, dan tentunya dengan pemandangan yang lebih membuat decak kagum. Saya juga belum kesampaian menyesap kopi dan mencicipi kuliner lokalnya.

Ingin balik, tapi akan seru kalau beramai-ramai. Setidaknya lima orang, sesuai jumlah minimal agar bisa ikutan tubing.

Sekarang sudah banyak yang mengenal Desa Wisata Rindu Hati. Masyarakat lokal pun semakin merasakan benefitnya. Mereka memiliki sumber penghasilan dengan menjadi tukang parkir, pemandu wisata, instruktur tubing, serta berjualan makanan dan minuman. Desa pun mendapatkan pemasukan dari bagi hasil usaha warga yang menawarkan berbagai jasa yang dibutuhkan pengunjung. 

Menyadari hal tersebut, warga pun berbenah. Mereka terus mengupayakan pelayanan terbaik bagi pengunjung, tanpa lupa mempercantik desanya. Fyi, banyak sudut yang bisa dijadikan spot foto di Desa Rindu Hati.

Salah satu spot instagrammable di Desa Rindu Hati (Dok. pribadi)
Salah satu spot instagrammable di Desa Rindu Hati (Dok. pribadi)

Mengingat perjalanan ke Desa Wisata Rindu Hati, saya pun mengaitkannya dengan gelaran Festival Kreatif Lokal yang diadakan Adira Finance di beberapa desa wisata di Pulau Jawa dan Bali. Saya membayangkan acara serupa diadakan di Bengkulu.

Kegiatan Festival Kreatif Lokal yang diadakan oleh Adira Finance (Sumber: Instagram Adira Finance)
Kegiatan Festival Kreatif Lokal yang diadakan oleh Adira Finance (Sumber: Instagram Adira Finance)

Ketika singgah di Bagian Informasi Desa Rindu Hati, para pengelola wisata di sana memiliki beberapa paket yang bisa dipilih pengunjung. Tentunya, semakin banyak aktivitas yang dipilih, biayanya juga akan semakin besar, tapi kalau yang ikutan banyak, pasti akan terasa murah.

Sebagai desa yang memiliki banyak potensi wisata alam, Desa Rindu Hati sangat layak untuk dikunjungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun