Mohon tunggu...
Relinda Puspita
Relinda Puspita Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger dan vlogger domisili Bengkulu yang hobi pelesiran.

Saya senang jalan-jalan dan sedang belajar menjadi penulis. https://livingindadream.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Heritage of Toba: Untuk Semua dan Selamanya

25 September 2021   20:42 Diperbarui: 25 September 2021   20:48 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaldera Toba (Sumber: https://kemenparekraf.go.id/berita/Siaran-Pers-%3A-Menparekraf-Apresiasi-Tiga-Program-Pengembangan-Parekraf-di-Danau-Toba)

Setelah melewati proses panjang meyakinkan UNESCO bahwa Kaldera Toba memiliki keterkaitan geologis dan tradisi dengan masyarakat lokal, khususnya dalam hal budaya dan keanekaragamanhayati, akhirnya Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark. Momen bersejarah ini resmi diumumkan pada Sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Perancis, Selasa, 7 Juli 2020.

Status baru yang diakui secara internasional itu merupakan kesempatan, sekaligus tantangan bagi warga Toba untuk memaksimalkan potensi lokal Heritage of Toba. Mereka tidak sendiri, pastinya. Pemerintah Indonesia telah merancang program pengembangan Danau Toba dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan berbasis alam dan budaya.

Bicara tentang ikon pariwisata Indonesia, Danau Toba adalah salah satunya. Bahkan, ketika menggagas "10 Bali Baru", dan sekarang fokus pada 5 Destinasi Super Prioritas (DSP), Danau Toba selalu ada di antaranya.

Popularitas Bali yang telah mendunia sebagai tujuan wisata, diharapkan menular pada destinasi wisata unggulan Indonesia. Berbagai program sedang gencar dikerjakan oleh pemerintah pusat dan daerah setempat. Pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas sumberdaya manusia sektor pariwisata, dan pengembangan produk ekonomi kreatif, adalah aktivitas yang lazim terlihat di kawasan DSP.

PESONA DANAU TOBA

Kenyataan bahwa Kaldera Toba telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark saja, sudah mampu memancing rasa penasaran saya akan keindahannya. Apalagi ditambah data bahwa danau yang terbentuk akibat letusan besar Gunung Toba 74.000 tahun silam itu merupakan danau vulkanik terbesar dan salah satu yang terdalam di dunia.

Itu hanya secuil fakta yang tercatat. Pasti banyak kisah yang mengelilinginya, selain tentang alam dan lingkungan hidupnya sebagai dampak dari peristiwa fenomena alam ribuan tahun silam, juga tentang tradisi leluhur yang melekat pada masyarakatnya.

Belum lagi keberadaan Pulau Samosir di tengah danau. Sejak zaman sekolah saya sudah mendengar tentang keunikan posisi pulau berpenghuni ini.

Kalau semua itu dikemas apik dan baik dalam bingkai Wonderful Indonesia, tidak butuh waktu lama untuk menjadikan kawasan Danau Toba sebagai "Bali Baru" di Indonesia bagian barat.

Ketika riset mengenai apa saja yang bisa dilakukan di Danau Toba, saya menyimpulkan bahwa sehari tidaklah cukup berada di tempat ini. Bukan karena pesona alamnya yang menawarkan keseruan bernilai edukasi, tapi juga kehidupan masyarakatnya yang masih dipengaruhi mitos dan mistis warisan leluhur. Kisah-kisah urband legend atau cerita rakyat di suatu daerah, kerap diminati oleh sebagian orang.

Kawasan Danau Toba menawarkan banyak spot wisata yang dicari penggiat perjalanan, khususnya setelah nanti, pandemi dianggap telah terkontrol. Masyarakat yang selama hampir dua tahun ini, mungkin, menahan dana liburannya, diprediksi akan antusias menebus waktunya selama di rumah saja dengan bepergian ke tempat-tempat wisata bernuansa alam terbuka.

DSP Toba yang terletak di dataran tinggi memberikan udara segar dan suasana tenang yang dibutuhkan banyak penikmat jalan-jalan. Baik solo traveler, maupun pejalan kelompok bersama teman dan keluarga, bakalan mager, terlena adem dan asrinya panoram yang mengelilingi Danau Toba.

Sebagai salah satu ikon wisata Indonesia, tidak sulit menemukan penginapan di sekitar Danau Toba, dari yang kelas homestay dan hostel, sampai hotel berbintang, bahkan resort pribadi. Bayangkan, ketika membuka mata, langsung disuguhi pemandangan hijau jajaran bukit dan pepohonan yang bergoyang ditiup udara murni kaya oksigen. Di antaranya terbentang perairan tenang nan luas yang sekilas terlihat seperti lautan. 

Di beberapa titik, tampak ada aktivitas pelan mereka yang mengelilingi danau menggunakan kayak. Ada pula yang cuma sekadar berenang pelan. Lalu di sisi lain, ada mereka yang membelah danau dengan cara cepat menaiki speed boat atau jetski.

Dari balkon, terlihat mereka yang sedang bersepeda dan berjalan kaki menikmati sekeliling. Sesekali bertemu warga dan saling menyapa.

Air panas di penginapan terasa kurang banyak untuk menghangatkan badan, sehingga merasa perlu ke pemandian air panas terdekat. Berendam sambil memandang awan di langit, benar-benar bisa melemaskan otot-otot kaku di sekujur badan.

Tidak lupa, tentunya, menyantap kuliner wajib tanah Batak yang kaya rempah. Apalagi kalau bukan arsik, naniura, dan santapan lain yang direkomendasikan warga lokal.

Setelah itu, saatnya menyaksikan keindahan Danau Toba dari Gunung Pusuk Bukit. Rutenya singkat saja, jadi tidak perlu khawatir. Dari sini, danau akan terlihat kemagisannya, apalagi saat mendekati detik-detik matahari tenggelam.

Keesokannya, saatnya merasakan kesegaran air terjun Efrata. Tidak hanya mandi dan bermain air di sini, arealnya yang luas sangat memungkinkan untuk berpiknik santai.

Kalau mencari spot foto kece, bisa lanjut ke Bukit Simarjarunjung. Di sini tersedia spot foto ciamik ala-ala instagrammer, seperti rumah pohon, ayunan, dan anak tangga.

Tapi, tidak lengkap ke Danau Toba kalau tidak mengenal budaya dan sejarahnya. Ada beberapa museum di sekitar danau yang bercerita tentang sejarah dan budaya Batak. Pengunjung bisa melihat sigale-gale, boneka kayu mirip manusia yang dipercaya bisa menari dan meratap tanpa iringan musik.

Jejeran rumah kayu khas Batak yang atapnya meruncing sangat gampang ditemukan di sini. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat batu persidangan Ambarita yang telah berusia ratusan tahun. Konon, ini merupakan tempat Raja Siallaga mengadili para penjahat yang melanggar hukum adat pada aman dahulu. Di sebelahnya, berdiri sebuah pohon yang dikenal sebagai pohon kebenaran.

Sebelum pulang, tentunya, tidak lupa membawa kenang-kenangan berupa suvenir kain tenun ulos khas Sumatra Utara. Wisatawan bisa berkunjung ke Desa Lumban Suhi-Suhi. Di sini, kita bisa memilih berbagai motif kain, sekaligus mencoba dan melihat langsung proses pembuatannya.

POTENSI PENGEMBANGAN

Berbicara tentang pengembangan objek wisata, tentunya harus menerapkan komponen 3A, yaitu Attraction (atraksi), Accessibility (akses), dan Amenity (fasilitas). Namun Cooper et. al. (1993) dalam Setiawan (2015) menambahkan Ancilliary (pelayanan tambahan).

Akses

Danau Toba yang dikelilingi oleh tujuh kabupaten di Sumatra Utara, bisa dicapai melalui jalur udara dan darat. Bandara terdekat adalah Bandar Udara Sibisa dan Silangit, sesampainya pengunjung di Bandara Kuala Namu, Medan. Lalu disambung taxi atau Nice Trans yang bisa sharing dengan penumpang lain.

Namun, jika ingin lebih menikmati perjalanan, wisatawan bisa memilih jalur darat dari Kota Medan. Rutenya, naik kereta dari Bandara Kuala Namu ke Stasiun Medan. Kemudian angkot ke Terminal Medan. Lalu disambung bus menuju Parapat. Waktu tempuhnya sekitar 4-5 jam. Tapi, nanti bisa dipangkas, setelah jalan tol Kuala Tanjung - Tebing Tinggi - Parapat, siap beroperasi.

Selama di Danau Toba, pengunjung bisa menggunakan berbagai pilihan transportasi lokal yang tersedia. Untuk ke Pulau Samosir, dibuat semakin mudah. Selain feri, sekarang telah terbentang Jembatang Tano Ponggol yang menghubungkan Pulau Samosir dan Pulau Sumatra.

Fasilitas

Kebutuhan utama para pejalan hanya ada tiga, yaitu transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Jika ketiga hal ini tersedia secara mudah dan nyaman, dipastikan pengalaman mereka akan menyebar dari mulut ke mulut, bahkan dari medsos ke medsos.

Pembangunan infrastruktur dan jaringan komunikasi yang saat ini gencar dilakukan pemerintah di 5 DSP adalah upaya untuk membuat nyaman para pengunjung. Koneksi yang dibangun bukan sekadar menghubungkan antar spot wisata, tapi juga dengan tempat-tempat lain, seperti penginapan, restoran, bank, stasiun, bandara, terminal, apotek, dan fasilitas umum lainnya.

Tidak sulit menemukan tempat bermalam di Danau Toba dan sekitarnya. Tapi, untuk menjangkau wisatawan dunia lebih luas dan berkelanjutan, DSP Toba harus mampu menyediakan hotel bertaraf Internasional dan gedung pertemuan berkapasitas besar.

Seperti Bali, Danau Toba diharapkan mampu menjadi destinasi para penyelenggara acara, formal dan nonformal, nasional maupun internasional. MICE di Indonesai Aja dengan venue di Danau Toba diharapkan menjadi pilihan warga dunia.

Eits, jangan lupa, Danau Toba juga harus menjadi destinasi wisata ramah kaum difabel. Semua kawasan diharapkan menyediakan sarana yang memudahkan difabel untuk menikmati keindahan Danau Toba.

Atraksi

Toba Caldera World Music Festival (TCWMF) merupakan salah satu acara yang direncanakan diadakan dengan tujuan memperkenalkan dan mempromosikan destinasi wisata Danau Toba kepada masyarakat di Sumatera Utara, Indonesia, dan dunia, melalui festival musik. Sebelum itu, telah banyak acara yang berlangsung di Danau Toba, dan masih banyak acara yang dirancang akan diselenggerakan di Danau Toba, entah yang bersifat lokal, nasional, dan internasional.

Sebagai daerah yang masih terikat tradisi, saya percaya masyarakat Batak memiliki banyak ritual adat dan pertunjukan seni. Sebagian traveler, percayalah, terkadang sengaja datang ke suatu wilayah hanya untuk menyaksikan perayaan lokal, entah itu upacara kematian, pernikahan, atau acara adat dan seni lain yang tidak ada di tempat lain.

Tanpa itu semua, sebenarnya, Danau Toba sendiri adalah daya tarik tempat ini. Fenomena unik danau di atas danau dan pulau di atas pulau yang terjadi pada Pulau Samosir yang berada di atas Pulau Sumatera, dan Danau Sidihoni serta Danau Aek Natonang yang berada di atas Danau Toba, masih belum bisa saya bayangkan wujudnya seperti apa.

Masih banyak lagi, pasti, potensi Danau Toba yang dapat dikembangkan. Seperti perbincangan Raffi Ahmad dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, Raffi mengusulkan tiga senjata utama yang bisa dilakukan di 5 DSP, yaitu dengan menargetkan kaum pria dengan wisata olahraga; kaum wanita dengan wisata santai yang dikemas dalam agrotourism, family-friendly tourism, kuliner, budaya, dan fashion; lalu animasi petualangan dan edukasi untuk anak-anak.


Pelayanan Tambahan

Ketersediaan pusat informasi menjadi elemen penting di sebuah kawasan wisata. Informasi yang tersedia bukan hanya mengenai spot wisata, tetapi juga hal receh yang penting bagi manusia. Kalau bisa detail. Ingat, turis itu memiliki latar suku, ras, agama, dan kebiasaan berbeda-beda.

Selain ingin bersenang-senang, mereka pasti juga memiliki kebutuhan pribadi yang tidak bisa diabaikan. Beberapa yang biasanya sering dicari adalah informasi mengenai tempat-tempat ibadah dan makanan halal serta vegetarian. Semoga informasi seperti ini tersedia ketika kita menjelajah Heritage of Toba.

 Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun