Mohon tunggu...
Erlangga Reksabuana
Erlangga Reksabuana Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Penulisan dan seni yang memicu kegembiraan! Menjelajahi perjalanan kreatif dan membaginya dengan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ringkasan Filsuf "Dari Empat Tokoh Besar"

25 Februari 2023   10:27 Diperbarui: 25 Februari 2023   10:36 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam "Al-Risalah al-Muhimah", Ibnu Musa mengemukakan pandangan-pandangannya tentang metafisika, yaitu tentang hakikat dan sifat-sifat dari realitas. Dia mengemukakan pandangannya bahwa realitas itu tunggal dan hanya ada satu, tetapi realitas ini memiliki banyak aspek atau sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat ini, menurut Ibnu Musa, bisa dipahami melalui pengetahuan rasional yang diperoleh melalui akal.

Dalam bidang logika, Ibnu Musa terkenal karena memperkenalkan konsep-konsep baru yang kemudian menjadi bagian dari ilmu logika modern. Dia memperkenalkan konsep proposisi dan penalaran deduktif, serta mengembangkan sistem logika formal yang kompleks. Konsep-konsep ini kemudian diteruskan oleh para filsuf Muslim dan Eropa, seperti al-Farabi, Avicenna, dan Boethius.

Al-Farabi adalah seorang filsuf muslim yang hidup pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi. Dia lahir di kota Farab, Kazakhstan, yang pada saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Samanid. Al-Farabi dikenal sebagai salah satu filsuf Islam terbesar dalam sejarah dan dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah pemikiran politik dan filsafat di dunia Islam.

Al-Farabi belajar di Kufah, Irak, dan kemudian di Baghdad, di mana ia memperoleh pendidikan yang luas dalam berbagai bidang, termasuk matematika, astronomi, dan filsafat. Dia juga mempelajari teologi Islam dan memahami kitab suci Al-Quran dengan baik. Al-Farabi dianggap sebagai pemikir serba bisa yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan filsafat dan teologi Islam.

Filosofi Al-Farabi

Pemikiran Al-Farabi didasarkan pada filsafat Yunani klasik, terutama karya Plato dan Aristoteles. Namun, ia juga mengintegrasikan ajaran-ajaran Islam ke dalam pemikirannya. Al-Farabi mengembangkan teori kebahagiaan manusia, di mana ia mengatakan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan sejati, yang hanya dapat dicapai melalui pemahaman yang benar tentang realitas.

Menurut Al-Farabi, realitas terdiri dari tiga jenis keberadaan, yaitu keberadaan wajib, keberadaan mungkin, dan keberadaan mungkin dalam dirinya sendiri. Keberadaan wajib adalah keberadaan Tuhan, yang merupakan sumber segala keberadaan lainnya. Keberadaan mungkin adalah keberadaan yang dimungkinkan oleh Tuhan, seperti dunia fisik dan makhluk hidup. Keberadaan mungkin dalam dirinya sendiri adalah keberadaan yang hanya mungkin dalam dirinya sendiri, seperti konsep-konsep matematika dan logika. 

Al-Farabi juga mengembangkan konsep politik yang sangat penting, yaitu ideologi tentang negara ideal yang disebut Madinat al-Fadilah (Negara Kebajikan). Dia mengatakan bahwa tujuan utama negara adalah untuk menciptakan kondisi di mana masyarakat dapat mencapai kebahagiaan sejati. Untuk mencapai tujuan ini, Al-Farabi mengatakan bahwa negara harus dipimpin oleh seorang filosof-raja yang bijaksana, yang mampu memimpin masyarakat dengan baik dan membimbing mereka ke arah yang benar.

Al-Farabi juga mempertimbangkan hubungan antara kebijaksanaan dan agama. Dia mengatakan bahwa agama dan kebijaksanaan adalah dua hal yang saling melengkapi dan bahwa keduanya sangat penting bagi kemajuan manusia. Namun, Al-Farabi mengatakan bahwa kebijaksanaan adalah lebih penting daripada agama, karena kebijaksanaan memungkinkan manusia untuk memahami realitas yang lebih luas dan mencapai kebahagiaan sejati.

Boethius adalah seorang filsuf, politikus, dan musisi terkenal pada zaman Kekaisaran Romawi Barat. Ia lahir di Roma pada sekitar tahun 480 M dan meninggal di Pavia pada tahun 524 M. Boethius dikenal sebagai seorang filsuf yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran Barat. Karya-karya tulisannya, yang ditulis dalam bahasa Latin, memengaruhi perkembangan filsafat, teologi, dan matematika pada Abad Pertengahan.

Boethius belajar di sekolah filosofi di Athena dan kemudian memulai karir politiknya di Roma. Ia menjadi senator dan pejabat tinggi di Kekaisaran Romawi Barat. Namun, pada tahun 522 M, Boethius ditangkap atas tuduhan pengkhianatan dan dipenjara di Pavia. Selama masa tahanannya, ia menulis karya terkenalnya yang berjudul "Consolation of Philosophy" (Trost der Philosophie).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun