Metafisika Ibn RusydÂ
Salah satu karya terpenting Ibn Rusyd adalah "Tahafut al-Tahafut" atau "The Incoherence of the Incoherence." Karya ini adalah tanggapan terhadap karya Imam Ghazali yang berjudul "Tahafut al-Falasifah" atau "The Incoherence of the Philosophers." Dalam karyanya, Ghazali menolak filsafat Aristotelian dan mempertanyakan validitas metode filsafat dalam memperoleh pengetahuan. Ibn Rusyd  menulis "Tahafut al-Tahafut" untuk membela filsafat Aristotelian dan membuktikan bahwa filsafat dan Islam tidak bertentangan satu sama lain.
Ibn Rusyd  berpendapat bahwa filsafat adalah cara yang valid untuk memperoleh pengetahuan tentang realitas. Dia percaya bahwa realitas terdiri dari dua jenis substansi, yaitu substansi materi dan substansi bentuk. Substansi materi adalah materi fisik yang dapat kita lihat dan sentuh, sementara substansi bentuk adalah bentuk abstrak yang memberikan materi itu bentuk dan makna.
Etika Ibn RusydÂ
Dalam bidang etika, Ibn Rusyd  berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan utama manusia. Kebahagiaan dapat dicapai dengan mempraktikkan kebajikan, seperti kejujuran, keberanian, dan kasih sayang. Ibn Rushd berpendapat bahwa kebajikan harus dipraktikkan secara moderat dan seimbang, sehingga tidak terlalu berlebihan atau kurang dalam melakukannya.
Politik Ibn RusydÂ
Dalam bidang politik, Ibn Rusyd  berpendapat bahwa negara ideal adalah negara yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang bijaksana dan adil. Pemimpin harus mengikuti hukum dan mempertahankan keadilan untuk semua warga negara. Ibn Rusyd  juga berpendapat bahwa agama dan politik harus dipisahkan. Agama harus menjadi urusan pribadi setiap individu.
Ibnu Musa al-Khawarizmi adalah seorang filsuf Muslim yang hidup pada abad ke-9 Masehi. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah ilmu matematika dan astronomi di dunia Islam pada masa itu. Selain itu, Ibnu Musa juga dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang filsafat, khususnya dalam bidang logika dan metafisika.
Ibnu Musa al-Khawarizmi lahir di kota Khawarizm, yang terletak di wilayah yang sekarang menjadi Uzbekistan, pada sekitar tahun 780 Masehi. Dia berasal dari keluarga yang terkenal sebagai ahli matematika dan astronomi. Ibnu Musa dan dua saudaranya yang lain, Muhammad dan Ahmad, semuanya menjadi ahli matematika dan astronomi yang terkenal pada masanya.
Selain menjadi ahli matematika dan astronomi, Ibnu Musa juga tertarik pada bidang filsafat. Dia belajar di Baghdad, yang pada saat itu menjadi pusat intelektual Islam. Di sana, Ibnu Musa mempelajari berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, logika, metafisika, dan teologi. Dia juga mengembangkan hubungan yang erat dengan para pemikir dan ilmuwan terkemuka pada masanya, seperti Abu Yusuf al-Kindi dan Abu Hanifa al-Dinawari.
Salah satu karya Ibnu Musa yang terkenal dalam bidang filsafat adalah kitabnya yang berjudul "Al-Risalah al-Muhimah fi al-Ulum al-Nafisah" atau "Traktat Penting tentang Ilmu-Ilmu yang Berguna". Kitab ini membahas berbagai topik dalam filsafat, seperti metafisika, logika, epistemologi, dan etika. Ibnu Musa mengemukakan pandangan-pandangannya dalam bentuk dialog antara seorang guru dan muridnya. Dialog ini menunjukkan bagaimana Ibnu Musa memandang berbagai masalah dalam filsafat.