Mohon tunggu...
Putu Arya Reksa Anggratyas
Putu Arya Reksa Anggratyas Mohon Tunggu... Dosen - Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram

Seorang dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram dengan keahlian di bidang pariwisata dan perhotelan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Jalur Sutra ke Revolusi Industri 5.0: Jejak Sejarah Pariwisata Dunia

24 Agustus 2024   00:43 Diperbarui: 27 Agustus 2024   21:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Pariwisata Dunia

Pariwisata telah ada sejak manusia mulai melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Perkembangan pariwisata dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakat. Selama perjalanan, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan makanan, tempat tinggal, dan hiburan. Motivasi untuk melakukan perjalanan dapat berupa kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti mencari nafkah atau berdagang, atau kebutuhan untuk rekreasi dan hiburan. 

Dengan meningkatnya peradaban manusia, dorongan untuk melakukan perjalanan semakin kuat dan kebutuhan yang harus dipenuhi semakin kompleks (Suwena & Widyatmaja, 2017). Sepintas United World Tourism Organization (UNWTO) dalam (Suwena & Widyatmaja, 2017) menyebutkan bahwa perkembangan pariwisata atau sejarah pariwisata berdasarkan tiga jaman yaitu, jaman kuno, Jaman Pertengahan, dan Jaman Modern.

Jaman Kuno

Dalam mengetahui sejarah pariwisata kita dapat telusuri kembali ke zaman prasejarah. Pada masa itu, manusia purba melakukan perjalanan untuk mencari makan, mencari tempat tinggal yang baru, atau untuk berburu. Perjalanan pada zaman kuno yang dilakukan oleh manusia purba tersebut dapat dianggap sebagai bentuk awal dari pariwisata, di mana manusia purba selalu bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain atau nomaden, mencari tempat perlindungan dan tempat sementara yang lebih nyaman serta aman (Ismayanti, 2020). Seiring waktu Manusia purba mengembangkan cara hidup mereka seiring dengan perkembangan zaman. Mereka mulai bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan, berdagang untuk memenuhi kebutuhan lainnya, dan mengembangkan pengetahuan dan kepercayaan baru. Mereka juga sering berpindah tempat untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Peta Jalur Sutra, Sumber: https://www.britannica.com/topic/Silk-Road-trade-route
Peta Jalur Sutra, Sumber: https://www.britannica.com/topic/Silk-Road-trade-route

Fenomena perjalanan di Asia yang dilakukan manusia disebut sebagai "Silk Road" atau Jalur Sutera. Jalur Sutra adalah jaringan rute perdagangan yang membentang sepanjang ribuan kilometer dari Barat ke Timur di benua Asia. Jalur ini menghubungkan peradaban Barat dan Timur dan menjadi sarana pengenalan kebudayaan terpenting di dunia pada saat itu. Jalur Sutra dimulai dari Tiongkok dan membentang ke barat hingga ke Eropa.

Jalur ini melewati berbagai negara, termasuk Tiongkok, India, Persia, Arab, dan Romawi. Penamaan jalur sutra disebabkan kegiatan perdagangan dengan komoditas utama kain sutra yang dilakukan oleh para pedagang Cina pada masa dinasti Han pada tahun 206 sebelum Masehi hingga 220 Masehi (Ismayanti, 2020). Jalur Sutra memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan pariwisata. Jalur ini membantu memperkenalkan budaya dan sejarah dari berbagai negara kepada masyarakat dunia. Hal ini mendorong perkembangan pariwisata di berbagai negara yang dilewati oleh Jalur Sutra.

Jaman Pertengahan

Perjalanan wisata telah dimulai sejak abad ke-13, ditandai dengan perjalanan Marco Polo dari Venesia ke Tiongkok. Perjalanan ini diikuti oleh perjalanan Pangeran Henry dari Portugal, Christopher Columbus dari Spanyol, dan Vasco da Gama dari Portugal. Pada abad pertengahan khususnya Eropa, pariwisata masih terbatas pada orang-orang kaya dan berkuasa. Mereka melakukan perjalanan untuk tujuan religius, politik, atau pendidikan. Misalnya, para peziarah Kristen melakukan perjalanan ke Tanah Suci untuk mengunjungi tempat-tempat suci. Fenomena ini dikenal sebagai "Grand Tour", di mana para bangsawan muda melakukan perjalanan ke Italia, Yunani, dan Turki untuk mempelajari seni dan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun