Mohon tunggu...
Rekha Dyta Amelia
Rekha Dyta Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Baru Biru

6 Juni 2024   15:21 Diperbarui: 6 Juni 2024   15:31 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adzan maghrib telah berkumandang lima belas menit yang lalu, lelaki dengan sarung kotak-kotak hitam dan kaos putih polos itu tengah duduk di teras rumahnya.

"Ru, kenapa disini? Kamu udah makan?" Tanya seorang lelaki dengan celana pendek dan kaos biru polos.

"Eh Abang, iya mau cari angin aja, Biru udah makan kok," jawab lelaki yang memakai sarung tadi, dia Albiru.

"Tumben banget, biasanya kamu diem mulu dikamar sambil natapin AC."

"Hehe iya, kan habis ini Biru mau ke rumah Mia, Bang," ucap Albiru dengan cengiran khasnya.

"Owalah pantes, Abang lupa, malam ini malam minggu ya?"

"He'em, Abang kelamaan ngejomblo sih makanya sampe lupa hari," ledek Albiru.

"Yeuu, enak aja. Kamu nih ya udah berani ngeledek Abang. Sini kamu!"

"Kaburr!"

Albiru segera lari masuk kedalam rumah demi menghindari pukulan sayang yang akan diberikan oleh Abangnya.

Hasan-Abang Albiru hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan tengil adiknya itu. Setelahnya Hasan memilih duduk di teras seperti Albiru tadi. Lima menit kemudian terlihat Albiru yang sudah rapih dengan kemeja hijau yang digulung hingga siku dan celana jeans warna hitam.

"Wih cakep bener adeknya Abang, pantes Mia kepincut."

"Abang mah, ledekin aja terus. Udah ya? Biru pamit mau jalan sekarang aja."

"Udah pamitan ke Bunda sama Ayah?"

"Udah dong, dari tadi malah."

"Ya udah hati-hati, jangan kebut-kebutan dijalan."

Albiru yang sudah naik ke motor sportnya pun mengacungkan jempol sebelum benar-benar keluar dari halaman rumah.

Satu jam berlalu setelah kepergian Albiru, kini Hasan tengah menunggu pesanan martabaknya selesai dibuat, saat tengah asik memandangi jalanan yang lumayan ramai saat itu handphone Hasan berdering.

"Assalamualaikum Mia, kenapa?"

"Wa'alaikumsalam, eum.. ini Bang, Biru masih di rumah ya Bang?"

"Ha? Ngga Mi. Biru udah berangkat satu jam yang lalu kok."

"Astaghfirullah, serius Bang? Biru gak pernah sampe satu jam lebih gini loh Bang belom sampe ke rumah Aku. Ditelepon juga dari tadi gak bisa Bang," Mia yang berada di seberang sana mulai panik.

"Iya Mi Abang serius, gini deh kamu tenang dulu ya. Abang yang bakal coba telepon okay? Abang tutup, Assalamu'alaikum."

Tanpa menunggu balasan dari Mia, Hasan buru-buru ingin menelepon sang Adik, tapi baru ingin menekan kontaknya, Hasan sudah ditelepon kembali, bukan dari Mia, tapi dari sang Ayah. Setelah itu Hasan segera pergi ke tempat yang diberitahu oleh Ayahnya.

***

Pagi ini disinilah Hasan berada, disebuah tempat lahan sederhana yang menjadi alasan kedukaan banyak orang. Ada sebuah doa yang mengalir, ada lontaran kata-kata yang diiringi air mata, dan ada bunga yang ditebarkan di atas tanah. Tempat ini hanya diisi dengan banyak duka dan tangis tulus dari para manusia yang merasakan sebuah kehilangan abadi.

Hasan tak sendiri ia disini bersama Mia yang sedari tadi air matanya tak bisa berhenti turun, kedua orang tuanya sudah pulang lebih dulu karena sang Bunda tak sanggup untuk berlama-lama disini. Sebenarnya Hasan pun iya, tapi ia masih ingin sedikit lebih lama disini, menemani sang adik yang sudah pindah ke rumah barunya setelah kecelakaan tadi malam. Sang Ayah mengabarkan jika Albiru sedang koma dirumah sakit karena luka dalam di kepalanya.

"Sekarang Biru udah gak ngerasain sakit, Abang ikhlas. Nanti Abang akan selalu kunjungi rumah barunya Biru kok, Abang janji." Hasan berujar lirih sambil mengusap nisan sederhana Sang Adik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun