Mohon tunggu...
Reivaldho Leanartha
Reivaldho Leanartha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Mental Korban Rasisme

28 Januari 2021   22:52 Diperbarui: 28 Januari 2021   23:02 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beraneka ragam ras, suku, agama dan budaya yang artinya keberagaman rakyatnya pun sangatlah banyak. Hal inilah yang seharusnya menjadi ikatan antar rakyat yang disebut toleransi. Namun yang kita lihat saat ini masih banyak warga negara indonesia yang menjadikan keberagaman itu bukan sebagai pengikat dan masih sering dijumpai adanya perlakuan atau bahkan tindakan oknum yang diskriminatif khususnya terhadap kelompok minoritas. Seringkali terlihat media yang melaporkan tindakan rasisme yang ada padahal Indonesia telah memberikan jaminan perlindungan untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif sebagai hak konstitusional yang ditentukan dalam pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berbagai gerakan menentang perlakuan rasisme terus dilakukan, pada dasarnya mereka menuntut keadilan hingga jaminan hukum.

Sejak peristiwa hancurnya dua gedung World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, kala itu teroris sengaja menabrakan dua pesawat ke Menara Kembar Word Trade Center (WTC) di Kota New York, Amerika Serikat. Islamofobia mulai muncul di Amerika Serikat (AS). Kala itu rakyat Amerika sangat marah pasalnya hampir 3.000 orang menjadi korban tewas.  Mereka meyakini pelakunya adalah kelompok Alqaidah dari Timur Tengah. 

Sebab hal tersebutlah muncul stereotip di masyarakat mengenai Islam, mereka menyalahkan muslim karena para pelaku diduga berhubungan dengan Al-Qaeda dan kebanyakan berasal dari Timur Tengah. Walaupun tragedi mengerikan yang membuat banyak muslim dibenci di Amerika telah berlalu kurang lebih 20 tahun yang lalu namun faktanya masih banyak muslim yang menjadi sasaran rasisme, contohnya, seorang wanita yang memakai hijab, disemprot wajahnya dengan bubuk lada pada 4 Juli 2019 di Kandiyohi County, Minnesota. Seorang perempuan muslim juga pernah ditarik hijabnya dan disuruh pulang kembali ke negaranya.

Dari kejadian yang terjadi di WTC, terlihat bahwa korban rasisme di Amerika Serikat cukup banyak. Dimana korban tersebut tidak melakukan kesalahan, namun tetap dicaci maki karena menganut agama islam. Tindakan rasisme yang dilakukan oleh warga AS disebabkan karena adanya trauma serangan teroris. Namun tindakan rasisme tidak akan menyelesaikan masalah apa-apa dan akan menimbulkan trauma korban tindakan rasisme tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah Rasisme di Lingkungan Kampus yaitu sebagai berikut:

1. Apa itu rasisme?

2. Mengapa tindakan rasisme dapat terjadi?

3. Apa dampak mental terhadap korban tindak rasisme?

1.3. Tujuan

Setelah rumusan masalah dibuat, adapun tujuan dari makalah Rasisme di Lingkungan Kampus yaitu sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengertian dari rasisme.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tindak rasisme.

3. Untuk mengetahui dampak mental korban dari tindak rasisme.

1.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian kami adalah kuesioner google form dan wawancara. Secara teknis, kuesioner google form adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Penggunaan kuesioner google form ini ditujukan untuk mempermudah penelitian dan mengetahui pandangan masyarakat mengenai rasisme. Wawancara juga adalah teknik tanya jawab yang ditujukan pada narasumber untuk memperoleh informasi.

LANDASAN TEORI

2.1. Rasisme

Robert Blauner menggambarkan rasisme sebagai kecenderungan untuk orang-orang yang dikategorikan budaya berbeda dalam hal ciri-ciri fisik mereka, seperti warna kulit, warna rambut, tekstur wajah, dan bentuk mata. Dalmas Taylor menawarkan pendekatan terkait yang fokus pada komponen perilaku rasisme. Taylor mendefinisikan rasisme sebagai efek kumulatif dari individu, lembaga, dan budaya yang mengakibatkan penindasan etnis minoritas. Pendekatan Taylor berguna dalam bahwa ia mengakui bahwa rasisme dapat terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda: individu, kelembagaan, dan budaya (Lustig dan Koester, 2003: 157-158).

Neubeck menjelaskan bahwa terdapat dua jenis rasisme. Tipe pertama adalah Personal Racism (individu atau kelompok kecil) yang mengungkapkan perasaan negatif dengan kata-kata dan/atau tindakan terhadap orang berkulit hitam. Tipe kedua adalah Institutional Racism, dimana institusi melakukan operasi rutin berskala besar seperti bisnis dan sistem kerja politik untuk untuk merugikan kelompok minoritas umumnya.

2.1.1. Personal Racism

Personal Racism terjadi ketika individu (atau kelompok kecil individu) memiliki sikap curiga dan/atau terlibat dalam perilaku diskriminatif dan sejenisnya. Manifestasi Personal Racism adalah stereotip individu atas dasar dugaan perbedaan ras, menghina nama dan referensi, perlakuan diskriminatif selama kontak interpersonal, ancaman, dan tindak kekerasan terhadap anggota kelompok minoritas yang diduga menjadi ras inferior.

2.1.2. Institutional Racism

Institutional Racism merupakan fenomena sosial dimana yang putih berada dalam posisi untuk menggerakkan dan mempertahankan. Kuncinya adalah kekuasaan atas struktur organisasi dan operasi mereka. Sejak orang kulit berwarna gelap umumnya tidak memiliki akses ke posisi kekuasaan di lembaga-lembaga utama yang mempengaruhi mereka, mereka tidak mampu  melakukan diskriminasi terhadap orang kulit putih pada tingkat ini. Satu bisa bicara, misalnya, tentang insiden "black racism" pada tingkat personal. Tapi harus diingat bahwa minoritas tidak pernah memiliki, dan tidak memiliki hari ini, sarana tindakan rasisme pada institusi yang sama dan dengan efek yang sama dengan kulit putih (Neubeck, 1997: 269-277).

2.2. Kesehatan Mental

Dari segi sosial, mereka terisolir dari masyarakat umum. Mereka dikucilkan dan selalu menjadi bulan-bulanan jika tidak taat kepada keinginan tuannya. Di Amerika, diskriminasi sosial mengakibatkan jurang pemisah yang sangat dalam antara warga kulit hitam dan warga kulit putih. "Orang kulit putih tidak mengenal kompromi dalam menjalankan kontrol negara bagian untuk menjaga dominasi kulit putih dengan cara memanfaatkan posisi mereka di Pemerintahan Nasional di Washington. Masyarakat wilayah selatan (1880-an) memberlakukan pemisahan sosial yang kaku antara orang kulit putih dan hitam, serta mentolerir kekerasan rasial. Kekerasan dan intimidasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang-orang kulit hitam di Amerika.

Dari segi hukum, ras yang lemah selalu menjadi obyek penindasan. Aturan-aturan yang dibuat seringkali bersifat mengikat dan membatasi hak-hak mereka. "Di Amerika, orang-orang kulit putih bersatu dalam organisasi seperti Ku Klux Klan, yang mengintimidasi orang kulit hitam dan mencegah mereka untuk menggunakan haknya. lni berlanjut sampai abad 20."

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa rasisme mengakibatkan kerugian besar pada pihak yang lebih lemah atau ras yang dikuasai. Mereka tidak dapat mengembangkan diri karena berada di bawah pengaruh pihak lain. Secara psikologis, mereka terbelenggu dan tertindas dari berbagai aspek kehidupan. Hal inilah yang menyebabkan kemerosotan secara psikis maupun fisik dan ketertinggalan yang sangat jauh dari para "penguasa" yang mendominasi mereka. Sebagai pihak yang menjadi obyek, ras ini didominasi dalam seluruh aspek kehidupannya. Dapat dikatakan bahwa mereka sebagai "korban" dari berkembangnya paham rasisme.

PEMBAHASAN

2.1. Penyajian Kasus

Peristiwa 9/11 yang meruntuhkan World Trade Center (WTC) dan menewaskan ribuan orang, berujung pada terorisme, Islamofobia, dan perang melawan teror yang tanpa akhir hingga hari ini. Di Timur Tengah, perang melawan teror telah meningkatkan pengaruh regional Iran, memupuk kebangkitan ISIS, dan menciptakan kekacauan yang abadi yang telah menyebabkan perang sipil. Peristiwa 9/11 juga turut mengikis demokrasi dan menyebarkan radikalisasi di berbagai belahan dunia.

Salah seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Amerika Serikat berhasil kami wawancarai terkait kejadian 20 tahun silam. Beliau bernama Arief Susanto dan juga Istrinya. Satu hari setelah peristiwa kelam 9/11 yang hampir menewaskan 3.000 orang dan membuat duka mendalam yang bukan hanya diraskan keluarga korban namun hampir seluruh warga AS berduka, narasumber kami langsung mendapatkan diskriminasi sosial oleh kerabat kerjanya. Diskriminasi yang korban dapatkan berupa rasisme yang dilakukan oleh warga sekitar dan juga rekan kerjanya. Kejadian itu terus berlanjut hingga korban dan istrinya mendapatkan perlakuan yang tidak baik seperti dimaki, diludahi, dilempar dengan berbagai benda. Hingga titik dimana korban dimintai untuk melepas jilbab istrinya oleh bos yang ada di tempat kerjanya hingga ancaman dilayangkan jika korban tidak menuruti permintaannya maka korban akan dipecat.  Tak hanya itu korban pun jadi merasakan ketakutan akan hal-hal buruk yang terjadi seperti di terror dan adanya keinginan pindah dari tempat tersebut sebab kejadian tersebut yang artinya tanpa disadari berpengaruh pada kondisi psikologisnya.

2.2. Analisis Kasus

Walau peristiwa kelam pada 11 September 2001 yang disebut tragedi 9/11 telah berlalu kurang lebih 20 tahun lalu namun nyatanya masih menyimpan duka mendalam bagi sebagian atau bahkan seluruh warga AS. Universitas Cornell pernah merilis hasil survei yang menunjukkan kesediaan warga AS untuk membatasi kebebasan warga sipil Islam di AS. Lembaga Hubungan Islam Amerika (CAIR), yang bermarkas di Washington, sebelumnya menuduh para agen pelaksana hukum AS sudah melakukan tindakan rasial terhadap warga Islam AS. Dilansir dari Asia Times, Norman Solomon, seorang executive director Institut Ketelitian Publik yang berpusat di Washington berkata bahwa "Ada banyak orang bersikap anti Muslim fanatik. Sebagian besar, didasarkan pada chauvinisme religius dari kalangan Kristen dan Yahudi. Lalu yang lainnya merupakan kelompok pembenci suku bangsa lain."

Menurut Solomon salah satu faktor penyebab seseorang menjadi rasis adalah sauvinisme. menurut KBBI Sauvinisme adalah ajaran atau paham mengenai cinta tanah air dan bangsa yang berlebihan. Kami melakukan survey yang salah satu pertanyaan yang dilempar pada responden adalah pendapat mereka mengenai penyebab rasisme, kami juga memberikan tiga pilihan jawaban dan responden pendapat mengisi sendiri pendapatnya, hasilnya adalah 77,5% setuju bahwa etnosentrisme sebagai penyebab rasisme dan 77,5% juga setuju bahwa stereotipe masyarakat menjadi penyebab rasisme.

Disadari ataupun tidak disadari, korban dari rasisme dapat menimbulkan gangguan psikologis. Diskriminasi sosial menjadi pemisah bagi si mayoritas dan juga si minoritas. Dari segi sosial, mereka terisolisir dari masyarakat umum padahal suatu perbedaan bukanlah hal yang buruk. Telah dilakukan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Counseling Psychology dengan melakukan pemeriksaan dari 66 penelitian sebelumnya yang melibatkan lebih dari 18.000 orang dewasa kulit hitam. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa hubungan antara kesehatan mental dan rasisme dapat menyebabkan kesenjangan kesehatan fisik antara warga yang berkulit hitam dengan warga lain dari berbagai ras dan etnis. Alex Pieterse dari Universitas Albany, State University of New York, penulis dari jurnal tersebut mengakatakan bahwa Hubungan antara rasisme yang dirasakan dengan depresi dan kecemasan cukup kuat. Hal ini merupakan peringatan bahwa rasisme mungkin berperan penting dalam perbedaan kondisi kesehatan antara orang kulit hitam dan orang kulit putih di Amerika Serikat.

Rasisme juga dapat menyebabkan trauma atau yang disebut Racial Trauma. Trauma ras dapat terjadi akibat pelecehan ras, menyaksikan kekerasan rasial, atau mengalami rasisme institusional (Bryant-Davis, & Ocampo, 2006; Comas-Díaz, 2016). Menurut sebuah laporan tentang Dampak Trauma Rasial pada Afrika-Amerika, Dr. Walter Smith mencatat efek-efek trauma rasial berikut seperti ditulis Psychology Benefits diantaranya adalah Peningkatan kewaspadaan dan kecurigaan, Meningkatnya sensitivitas terhadap ancaman dan Gejala psikologis dan fisiologis yang meningkat.

Selain itu kami juga berhasil mewawancarai seorang guru agama dari SMA Regina Pacis Bogor bernama Nico Wijaya. Kami menanyakan tanggapannya mengenai kasus yang telah kami jelaskan dan tanggapan beliau adalah seharusnya kita tidak boleh mengeneralisasi suatu kejahatan dengan suku atau bangsa tertentu karena pada dasarnya dalam Agama Kristiani pun dikatakan bahwa manusia adalah citra Allah.

2.3. Analisis Data

Dari survey dan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan pula beberapa data. Pada survey yang telah dilakukan terhadap 40 responden, diketahui bahwa 100% responden mengetahui dan pernah melihat tindakan rasisme. Sebagian besar responden menjawab bahwa tindakan rasisme adalah diskriminasi dan merendahkan SARA orang lain. Sebagian besar responden juga mengisi bahwa indikasi penyebab tindakan rasisme adalah sikap stereotip, merasa ras nya lebih baik dan faktor mayoritas. Ada juga dampak yang muncul dari tindakan rasisme ini dan 65% responden menyetujui bahwa tindakan rasisme dapat menyebabkan korban menjadi tidak percaya diri. Sementara cara mengatasi/mencegah tindakan rasisme menurut responden adalah toleransi, menghargai perbedaan, memberi edukasi, berpikir kritis, tidak memandang rendah ras lain, menyingkirkan pemikiran kuno dan memberi edukasi.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

            Rasisme adalah sebagai kecenderungan untuk orang-orang yang dikategorikan budaya berbeda dalam hal ciri-ciri fisik mereka, seperti warna kulit, warna rambut, tekstur wajah, dan bentuk mata.  Rasisme dapat terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda: individu, kelembagaan, dan budaya. Banyak hal yang menyebabkan seseorang menjadi rasis, diantaranya adalah etnosentrisme, Stereotipe, xenophobia dan sauvinisme. Racial Trauma adalah trauma yang diakibatkan dari rasis, orang-orang yang menjadi korban rasisme bisa menyebabkan Racial Trauma. Rasisme dapat menyebabkan gangguan psikologis bagi korbannya, tindakan rasis juga dapat menyebabkan gangguan mental bagi para korbannya.

3.2. Saran

Dalam kasus rasisme ini memang banyak orang orang yang masih dianggap rasis dikalangan kita sebagai manusia dalam bentuk ciri-ciri fisik mereka, seperti warna kulit, warna rambut, tekstur wajah, dan bentuk mata,dan lain-lain. Tetapi Indonesia sebagai negara yang Bhinneka Tunggal Ika (berbeda tapi tetap satu) sebaiknya diterapkan juga di kehidupan berbangsa dan bernegara masing-masing orang.

Daftar Pustaka

Armiwulan, Hesti. 2015. Diskriminasi Rasial dan Etnis sebagai Persoalan Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jurnal MMH. 44(4) : 493-502.

Republika. (2014, 31 Agustus). Tragedi 9/11 Lahirkan Islamofobia di AS. Di Akses pada 19 Januari 2021. Web: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/08/31/nb5x3d-tragedi-911-lahirkan-islamofobia-di-as

Oke Muslim. (2019, 12 September). 18 Tahun Tragedi 11 September, Muslim Masih Alami Rasisme. Di Akses pada 19 Januari 2021. Web : https://muslim.okezone.com/read/2019/09/12/614/2104129/18-tahun-tragedi-11-september-muslim-masih-alami-rasisme

Kamil, Ahmad Fauzan. 2020. Pengalaman Racial Microagression Mahasiswa Papua di Lingkungan Kampus. Laporan Penelitian Kualitatif. Program Studi Sarjana Sosiologi, Fkultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, Depok.

Lustig, Myron W. dan Jolene Koester. 2003. Intercultural Competence: Interpersonal Communication accros Cultures. USA: Allyn And Bacon.

Tirto id. (2020, 15 Juni). Mengenal Racial Trauma yang Disebabkan Pengalaman Rasisme. di Akses pada 20 Januari 2021. Web : https://tirto.id/mengenal-racial-trauma-yang-disebabkan-pengalaman-rasisme-fHLs

HealthDetik.com. (2011, 29 November). Efek Korban Rasisme Sama Seperti Trauma.  Diakses pada 20 Januari 2021. Web : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-1778214/efek-korban-rasisme-sama-seperti-trauma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun