Mohon tunggu...
Christopher Reinhart
Christopher Reinhart Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Christopher Reinhart adalah peneliti sejarah kolonial Asia Tenggara. Sejak 2022, ia merupakan konsultan riset di Nanyang Techological University (NTU), Singapura. Sebelumnya, ia pernah menjadi peneliti tamu di Koninklijke Bibliotheek, Belanda (2021); asisten peneliti di Universitas Cardiff, Inggris (2019-20); dan asisten peneliti Prof. Peter Carey dari Universitas Oxford (2020-22).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ritual dan Kegagalan Demonstrasi Kita

29 Mei 2020   09:10 Diperbarui: 2 November 2023   22:19 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat banyak masalah yang sudah dan akan timbul dari adanya pemikiran kapitalistik tentang manusia sebagai komoditas. Salah satu yang paling prominen adalah lemahnya daya tekan aksi protes. Tidak hanya demonstrasi di jalan, aksi protes kecil pada atasan kerja kita dalam skema kapitalistik ini juga pada akhirnya menyebabkan kita tidak memiliki kuasa. 

Ketiadaan kuasa ini tidak dapat diatasi dengan cepat semata-mata melalui gagasan Foucault untuk memberikan akses pengetahuan agar tercipta relasi kuasa yang lebih sehat. Orang-orang yang secara hierarkis lebih inferior terancam keamanan kerjanya di dalam suatu perusahaan –bila sistem merasa mereka tidak kondusif, mereka dapat kapan saja digantikan oleh tenaga kerja baru dari pasar komoditas. 

Penindasan kemudian ada sebagai konsekuensi dari sistem. Lebih lagi, Indonesia sedang memasuki suatu masa yang disebut surplus atau bonus demografi. Membeludaknya jumlah angkatan kerja tersebut terjadi bersamaan dengan krisis terbesar pertama pada abad ke-21 –pandemi virus COVID-19. Pasar komoditas tenaga kerja akan semakin kompetitif dan keamanan kerja akan terus mengalami ujian.

Dengan demikian, untuk menjaga kesehatan kemanusiaan, kita perlu memikirkan ulang tatanan administrasi, birokrasi, kenegaraan, dan sistem ekonomi kita dengan mempertimbangkan atau melibatkan ilmu-ilmu humaniora. Melakukan penataan ulang sistem tidak secara drastis harus mengubah sistem demokrasi atau kapitalisme, tetapi justru memolesnya dengan sentuhan yang lebih humanis. 

Perkembangan manusia hingga titik ini telah menunjukkan suatu upaya dehumanisasi yang sangat hebat. Pada masa ini, peradaban kita memiliki kepentingan untuk menengok ke sejarah, lebih daripada masa-masa yang lain.

Daftar Sumber

Brown, Ian. 1997. Economic Change in Southeast Asia c. 1830—1980. Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Confucius. 2013. Complete Works of Confucius. London: Minerva.

Duyvendak, J. J. L. 1947. Wegen en Gestalten der Chineesche Geschiedenis. Amsterdam: Elsevier.

Preger, W. 1944. Dutch Administration in the Netherlands Indies. Melbourne: F. W. Cheshire.

Spence, Jonathan D. 1991. The Search for Modern China. London: W. W. Norton & Company.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun