Dengan bercermin pada hal ini, tidakkah dimungkinkan untuk mengulang dunia yang egaliter itu, mengingat ciri pakaian kita telah kembali pada fase yang sama? Ciri kedua yang menunjukkan kesamaan model pakaian antara pria dan wanita di Asia Tenggara melukiskan dunia yang dituju oleh penggiat feminisme masa kini.Â
Dunia Asia Tenggara abad ke-15 menunjukkan suatu bentuk kesetaraan antara pria dan wanita karena mereka dinilai sama dengan dilukiskan oleh ciri pakaian yang tidak membedakan.Â
Dengan demikian, tidakkah kesetaraan gender juga dapat menyertai siklus tren mode yang kini menunjukkan fenomena yang sama? Melalui dua ciri yang mirip tersebut, terdapat dua pertanyaan yang harus dijawab oleh masyarakat Asia Tenggara.Â
Mungkinkah Asia Tenggara dapat kembali ke dunia yang egaliter? Serta, mungkinkah Asia Tenggara dapat kembali ke dunia yang menjunjung kesetaraan gender?
Daftar Sumber
Dorleans, Bernard. 2016. Orang Indonesia & Orang Prancis dari Abad XVI sampai dengan abad XX. Jakarta: KPG.
Huizinga, Johan. 1938. Homo Ludens: Proeve eener bepaling van het spel-element der cultuur. Groningen: Wolters-Noordhoff.
Lapian, Adrian B. 2017. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17. Jakarta: Komunitas Bambu.
Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Reid, Anthony. 2014. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga, 1450---1680: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Obor.
Suwannathat-Pian, Kobkua. 2003. Asia Tenggara: Hubungan Tradisional Serantau. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.