Mohon tunggu...
rei
rei Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Secangkir Kopi Kehidupan

28 Juni 2015   18:51 Diperbarui: 28 Juni 2015   18:51 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

            “Jika saja kita bukan saudara sedarah. Papaku adalah papamu. Saat aku berumur 2 bulan, papa dan mamaku bercerai karena suatu. Kemudian beliau menikah dengan mamamu dan mempunyai anak yaitu kamu, beliau meninggal saat kamu lahir”

            “Tidak mungkin, tidak mungkin. Kamu jangan sok tahu!”

            “Aku sudah tahu sejak SMP, waktu itu aku tidak sengaja membaca akta kelahiranmu. Dan kagetnya, nama papamu sama dengan nama papaku. Awalnya aku berpikir bahwa hanya kesamaan nama saja, namun setelah aku cari tahu, beginilah kenyataannya. Aku bercerita semua pada mamaku, anehnya mamaku ingin menjalin hubungan baik dengan mamamu sampai akhirnya mamaku membeli rumah di samping rumahmu. Mama menyuruhku untuk menjagamu, pada awalnya aku senang bisa menjadi teman sekelas sekaligus guardian angelmu, tapi perasaanku berkata lain, aku ternyata mencintaimu.”

            “Aku juga mencintaimu, Ren. Sangat mencintaimu. Kenapa aku tak boleh bahagia? Aku tak pernah merasakan kasih sayang seorang papa, saat aku mencintai seorang yang menurutku begitu tepat ternyata dia saudaraku, kenapa?”

            “Aku sama sepertimu, Din. Kita sudah dewasa, aku yakin kita bisa melewati semua ini. Aku yakin suatu saat nanti kamu mencintai orang yang tepat, aku juga begitu.”

            Sejak saat itu, aku mencoba melupakan semua perasaanku pada Reno. Kami tetap sering berkumpul seperti biasanya. 2 tahun kemudian aku menemukan seseorang yang mencintaiku apa adanya, namanya Anton. Reno menemukan pasangan hidupnya sendiri, seorang wanita cantik, baik. Kami bahagia dengan kehidupan kami sekarang.

“Bahagia datang ketika kamu mau bersabar, suatu saat Tuhan membuatmu bahagia dengan seseorang yang sudah ditunjukNya.”

 “Hidup layaknya secangkir kopi, rasanya pahit namun kita bisa menambahkan manis sesuai selera.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun