“Iya deh, oke aku tunggu di ruang tamu ya.” jawabnya
Aku segera bergegas turun dari kasur dan membuka lemari pakaian, memilih pakaian yang setidaknya pantas, aku memang bukan tipe cewek yang fashionable, jadi tidak perlu lama untuk memilih baju. Setelah selesai, aku langsung menuju ruang tamu. Disana Reno sibuk bermain dengan smartphone-nya.
“Wah, kamu beli martabak?” ucapku spontan.
Dia sangat mengetahui seluk-beluk dalam hidupku termasuk makanan kesukaanku, martabak spesial seperti dia yang begitu spesial dalam hidupku.
“Iya dong, cepat makan sebelum dingin. Kamu sih ganti baju dulu tadi.” Jawabnya sambil tersenyum dan menyipitkan matanya. Sorot mata berbinar itu lagi-lagi membuat hatiku cukup bergejolak.
“sepertinya proses PDKT-ku akan segera berhasil!” kata Reno sambil tersenyum girang
Saking kagetnya aku sampai tersedak. Aku mengerti, sebagai sahabat aku tak boleh berharap lebih kan? Jika iya, lalu siapa yang salah? Aku yang bodoh tak mau mengungkapkan atau hatiku yang membiarkannya ia masuk begitu saja?
“Aku tadi kaget karena kamu begitu pandai dalam menaklukkan wanita.” kataku sambil berusaha menutupi rasa cemburu yang bergemuruh dalam hati.
“Ah masa iya? Oh baguslah, aku kira kamu cemburu padaku.” Candanya.
“Tidak mungkinlah aku suka sama kamu. Kamu kan suka ngiler.” jawabku sambil tertawa.
***