Mohon tunggu...
Reina Straw
Reina Straw Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Teman Hidup

6 Juli 2015   15:23 Diperbarui: 6 Juli 2015   15:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mengetahui hal tersebut aku sudah mengubah mindset ku untuk benar-benar tidak mau menaruh perasaan lagi kepada Theo. Mungkin Theo bukanlah orang yang terbaik yang Tuhan kasih untuk aku. Menjauhi Theo dengan serpihan hati yang telah hancur adalah pilihan yang tepat untuk aku lakukan mulai malam ini. “Mungkin kamu senang di kejar, karena kamu tak merasakan lelahnya mengejar. Namun aku takut kamu terlalu senang berlari, hingga kamu lupa aku sudah jauh berhenti mengejar.” Kalimat tersebut menjadi penutup buku harian ku malam ini.

Beberapa tahun berlalu Tata yang sekarang sudah mulai tumbuh menjadi wanita dewasa yang lebih ceria, fokus terhadap cita-citanya, dan mulai disibukkan dengan pelayanannya di Gereja. Tidak ada lagi bayangan tentang Theo yang membuatnya sedih, malah banyak bayangan lain yang dibuatnya sedih. Tata tumbuh menjadi wanita yang dewasa, cantik, masih tetap pintar, mandiri, dan cukup bijak. Tak heran banyak pria yang patah hati karena ditolaknya. Semenjak memasuki bangku perkuliahan yang aku lakukan adalah belajar agar mendapat gelar Sarjana dengan cepat dan menjadi lulusan terbaik.

Entah bagaimana kabarnya Theo sekarang. Kabar terakhir yang aku dengar dia tidak berhasil mendapatkan hati wanita yang dikerjanya dengan susah payah itu dan dia memasuki jurusan yang sama dengan aku. Namun ketika aku memasuki semester akhir dia mulai muncul kembali, tapi tanda kemunculannya kali ini dengan signal yang berbeda. Theo mulai mendekati aku seperti orang yang mulai mencari celah untuk mendapatkan aku. Terlintas pertanyaan dalam pikiran ku “Mengapa Theo baru melihat aku sekarang? Mengapa Theo menjadikan aku sebagai pilihan terakhirnya setelah dia sudah mulai lelah mencari?”. Apa yang mengubah pikirannya sekarang, mungkinkah dia sadar bahwa dia telah melewati seseorang yang telah menunggunya sejak lama atau dia hanya ingin menjadikan aku sebagai alasan disaat dia bosan lagi?.

Theo mulai mendekati aku dengan segala cara seolah meminta aku untuk memilihnya kali ini. Namun Theo terlambat, dia kembali disaat melihatnya hatiku sudah biasa saja. Theo selalu menyakinkan aku bahwa aku adalah orang yang Tuhan pilih untuk menjadi teman hidupnya kelak, tapi aku ragu dengan hal tersebut. Aku menyerahkannya kepada Tuhan, karena aku yakin bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik menurut rencana dan kehendaknya.

Akankah Tuhan membantu aku untuk menyusun kembali serpihan hati untuk Theo lalu menjadi teman hidupnya kelak..? Ataukah Tuhan menggagalkan setiap usaha Theo untuk membantu aku menyusun kembali serpihan hati untuknya..?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun