Sore hari yang cerah ketika aku sedang asik dengan laptop ku dengan tujuan untuk menghapus sebagian foto karena memory hp yang sudah mulai penuh. Tidak sengaja aku melihat foto kecil kami dulu, senyum kecil di bibir ku mulai merekah melihat foto itu. Kala itu kami sedang mengikuti salah satu lomba dan kami berhasil menjadi pemenangnya. Ketika itu kami terlihat sangat bahagia dengan wajah yang masih lugu. Namun senyum kecil di bibir ku pun sirna, melihat foto itu kembali seolah membuat ku mengingat kembali tentang mu. Disinilah kisah ku mulai berawal.
Namaku Laurensia Agatha, yang lebih akrab dipanggil dengan nama Tata. Aku memiliki teman kecil yang bernama Filipus Theodorus. Kami berkenalan ketika usia kami 10 tahun, kebetulan rumah kami tidak terlalu jauh. Selalu bersama dalam berbagai kegiatan mungkin yang terlintas jelas diingatan ku, tidak heran karena orang tua kami pun bersahabat. Theo biasanya dia disapa adalah sosok yang dingin dan kaku, terlihat jelas ketika pertama kali melihatnya. Namun setelah mengenalnya dia adalah sosok yang lembut dan penyayang.
Seiring berjalannya waktu kebersamaan kami pun membawa kami tumbuh bersama sebagai remaja yang mulai mencari jati diri. Hal yang ditakutkan ketika 2 orang selalu bersama adalah jatuh cinta, mungkin itulah yang aku rasakan padanya. Mulai mengikuti hobby nya, menyukai apa yang jadi kesukaannya dan selalu bangun lebih awal untuk berdandan adalah hal yang akhir-akhir ini sering aku lakukan. Tetapi sikapnya yang dingin selalu membuat ku merasa jika yang aku lakukan masih kurang menarik perhatiannya.
Sampai suatu ketika aku mengenalkannya kepada sahabat ku. Namanya Veronica, dia adalah sahabat lamaku yang baru kembali ke Jakarta setelah 4 tahun memilih untuk tinggal di Surabaya bersama tantenya. Sejak pertama mereka berkenalan aku tahu jika mereka saling suka, terlihat jelas dalam tatapan mereka. Tidak dipungkiri wajah Vero yang cantik pasti banyak memikat hati para pria, salah satunya adalah Theo. Namun yang aku lakukan adalah berfikir positif bahwa Theo tidak mungkin menyukai wanita yang baru saja dikenalnya.
Singkat cerita mereka pun mulai bertukar nomor handphone dan beberapa kali terlihat jalan bersama. Harapan ku pun mulai sirna dan hubungan ku dengan mereka sudah mulai memiliki jarak. Tepat tanggal 30 Juli sore hari handphone ku berbunyi..
“Thank you Tata sayang, gue sudah jadian dengan Vero.. Bahagianya gue hari ini hahaha.. Terima kasih banyak atas sarannya ya..” Pesan singkat yang dikirim Theo yang mengekspresikan betapa bahagianya dia dan Vero sore ini. Ketika selesai membaca pesan tersebut yang aku lakukan hanyalah duduk termenung, bingung apakah harus bahagia atau sedih. Mungkin itu yang kurasakan setelah membaca pesan singkat Theo.
Hari pun berganti, pagi ini aku bangun dengan rawut muka yang menggambarkan tidak bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku bertemu dengan Vero, ketika melihat aku dia langsung memeluk dan berkata “Thanks a lot ya Ta, gue udah jadian sama Theo. Semua berkat lu hehe..”. Senyum dan berkata sama-sama adalah jawaban aku untuk membalas ekspresi bahagianya pagi ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa aku kecewa dengan Theo yang tidak pernah melihat sedikit pun usaha yang aku lakukan untuk mencuri perhatiannya. Sejak mereka jadian hubungan aku dengan keduanya sudah mulai menjauh, mungkin mereka sedang merasakan indahnya memiliki pasangan sehingga lupa ada seseorang yang melukis kebahagiaan mereka tersebut.
Setahun setelah peristiwa itu akhirnya aku pun memasuki sekolah yang baru, teman yang baru dan dunia yang baru tapi rasa yang aku simpan untuk Theo masih sama. Vero memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Surabaya. Hubungan mereka masih berlanjut hanya kali ini waktu mereka bertemu yang sangat jarang. Mencoba melupakannya adalah tujuan pertama yang aku lakukan ketika memasuki sekolah yang baru. Ketika itu terbesit dalam benak ku “untuk apa menunggu orang yang tidak pernah melihatmu dan tidak pernah berjalan menujumu, disaat yang lain sedang menunggumu dan berjalan ke arahmu agar kau melihatnya” mungkin kalimat itu yang memotivasi aku untuk melupakan Theo.
Aku mencoba untuk membuka hati dengan cowok yang cukup populer di sekolah bernama Kurniawan Wijaya. Dekat dengannya membuat aku nyaman dan ingatan tentang Theo mulai hilang ketika bersamanya. Kurniawan adalah sosok pria yang baik dan selalu membuat aku tertawa dengan karakternya yang humoris. Hubungan aku dan Kurniawan berjalan sekitar 1 tahun sebelum aku memutuskan untuk mengakhirinya.
2 bulan kemudian Theo mulai kembali menghubungi aku melalui Line. Awalnya dia menanyakan tentang kabar aku karena setelah Theo jadian dengan Vero kami tidak pernah berkomunikasi lagi. Dengan memberanikan diri aku mulai bertanya tentang hubungannya dengan Vero. Tidak lama kemudian “Tengtong..” handphone ku berbunyi menandakan bahwa terdapat pesan baru yang ternyata dari Theo. “haha.. gue sama Vero udah putus sekitar 4 bulan yang lalu” balasannya atas pertanyaan ku. Senyum dibibir ku mulai melebar setelah membaca pesan tersebut.
Setelah peristiwa tersebut kami mulai sering pergi untuk menghabiskan waktu bersama. Kedekatan kami kembali seolah mengembalikan lagi perasaan aku dengan Theo. Akankah kedekatan kami kali ini akan membuahkan hasil atau aku hanyalah pilihan ketika Theo merasa bosan?. Mungkin pilihan kedualah yang terjadi pada aku saat ini. Kedekatan kami hanya dijadikan sebagai mengisi kekosongan hatinya saat ini. Di mulai dekat dengan salah seorang wanita di Gereja nya, wanita itu terlihat cantik dan baik tapi tidak mudah mendapatkannya. Banyak hal yang Theo lakukan demi mendapatkannya.