Uang dosa yang telah dikunyah oleh para koruptor tak terasa telah mengikis kesejahteraan rakyat. Sekarang rakyat justru disuruh memilih salah satu dari banyaknya pendosa yang tersebar di kertas pemilu? Memang bisa? Apakah tidak ada opsi yang lebih baik? Apakah Indonesia memang tidak bisa mengelola secara efektif penjaringan calon-calon wakil rakyat ini?
Sikap skeptis masyarakat akan selalu diperlukan dalam mengkritik pemerintahan. Indonesia harus segera memperbaiki sistem kerja mereka secara internal. Melek politik akan selalu menjadi sikap yang penting sebelum rakyat salah memilih pendosa yang telah memakan uang mereka berjuta-juta. Jangan sampai pion yang dianggap sebagai representatif rakyat justru membungkam mata, telinga bahkan mulut rakyat. Jangan sampai lidah rakyat kelu, tak dapat mencecap kesejahteraan hanya karena pemangku kebijakan mantan koruptor.
Tanyakan kembali kepada mereka apakah janji-janjinya benar akan ditepati atau tidak? Tanyakan kepada mereka apa jaminan mereka sebagai mantan koruptor untuk tidak mengulangi dosa keji yang sama itu lagi? Mulai sekarang rakyat Indonesia harus terbiasa berpikir kritis untuk membangun sedikit demi sedikit kesejahteraannya di masa depan. Maka dari itu, akan kita pertanyakan kembali. Apakah benar pihak-pihak berwenang dan partai tidak dapat memahami latar belakang calon mereka atau memang kejadian ini disengaja?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI