Â
aku sujud bersimpuh
dalam gelap malam
tanpa cahaya rembulan dan bintang-bintang
sepi, sunyi, senyap, dinginnya malam
menyatu, menusuk ke relung jiwa hati yang terdalam
Â
Â
untuk ayah yang jauh di mata
namun selalu dekat dalam hati
jiwaku merindukanmu malam ini
seperti seekor anak burung malam
merindukan dekapan sayap sang pejantan
Â
Â
 TUHAN, apa kabar ayahku malam ini?
Â
ayahku nun jauh di sana
tak pernah telat memberi kabar baik
kabar tentang mamaku, adikku dan juga kabar tentang dirinya
Â
Â
ayahku nan jauh di sana
selalu membawakan, untukku
luapan kegembiraan hidup
tiada kata-kata kesedihan
tiada perasaan duka
tiada goresan kekecewaan
tiada segenggam-pun penyesalan diri
Â
Â
TUHAN, apa kabar ayahku malam ini?
Â
Â
Adakah beban-beban berat hidup sedang menghampiri dirinya?
beban yang menghimpit , melunturkan nyanyian-nyanyian pengharapan?
Â
Â
Adakah sakit penyakit yang telah lama menggerogoti tubuh rentanya?
Sakit yang menyesakkan diri, meneriakkan suara hati yang penuh berserah?
Â
Sungguh, aku belum pernah tahu
Â
TUHAN, apa kabar ayahku malam ini?
Â
aku merindukanmu ayah
aku ingin berada dekat di sisimu
aku ingin melihat ayah tersenyum
memanggil nama kecilku
bercerita tentang masa-masa kenangan
di waktu dahulu
Â
Â
TUHAN, apa kabar ayahku malam ini?
Â
inilah untaian doaku untuk ayah
kiranya Engkau TUHAN Sang Pelindung Ayah
mengaruniakan rejeki berlimpah di hari tua
menyertai setiap langkah kehidupan ayah
penuh penghormatan, panjang umur serta sejahtera lahir batin
Â
Sehat selalu ya, Ayahku, peluk cium hanya untukmu dari anandamu,
Â
Selamat Hari Ayah Nasional 2015
Â
Â
Dua tulisanku terdahulu yang ber-kisah tentang se-sosok Ayah :
Â
Â
sumber ilustrasi : disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H