Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat untuk Sahabat di Hari Sabat

2 November 2015   16:42 Diperbarui: 3 November 2015   11:16 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“…tapi aku cerita juga tentang teman-teman yang berprestasi dan kini masih berkomunikasi, setidaknya mereka punya gambaran tentang masa depan dari para pendahulu yg telah berhasil…”

Jangan hanya membanggakan seseorang seperti aku ini teman kecilku, cobalah lihat teman-teman kita yang lain, mereka memang tidak meraih gelar seorang juara kelas, tetapi lihatlah mereka dan kehidupannya di hari ini. Bahkan di saat yang bersamaan, saat kita bersua kembali satu dengan yang lainnya lewat kecanggihan teknologi abad ini, kita begitu terharu menyaksikan kehidupan yang telah berhasil mereka bangun dengan jerih payah, bahkan di antara mereka ada yang telah berkeluarga, sebuah perjuangan untuk menghadirkan sebentuk kehidupan baru untuk kelangsungan hidup manusia di bumi, ini sungguh luar biasa, bukan?

Jangan meneruskan cerita tentang keberhasilan kami dari sudut pandang dunia kaum hedonis. Jangan pernah lakukan itu, kawan. Kesenangan apapun yang terus dikejar di dunia ini tidak akan pernah habisnya, dan setiap wujud kesakitan, penderitaan hidup yang selalu dihindari oleh kaum hedonis belum-lah tentu wujud dari sesuatu yang buruk atau jahat. Kita tahu, TUHAN mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana TUHAN untuk kehidupan kita.

“…daerah tempat saya ini lain Pak ketua, dimana orang tua siswa rata2 pekerjaannya sama. yaitu karyawan BUMN, dorongan motivasi dari ortu kurang…”

Aku tidak punya banyak catatan untuk anak-anak didik itu, Cikgu. Semuanya dimulai dari sebuah keluarga. Aku paham, menjadi seorang guru berarti memberikan kedua pundak kita memikul sebuah tanggung jawab besar. Cita-cita seorang guru tidaklah muluk-muluk, hanya ingin melihat anak-anak didiknya berhasil di masa depan. Keluarga juga memiliki peranan yang sama bahkan memiliki porsi tanggung jawab yang lebih besar dari seorang guru. Sangat sulit sekali mendidik seorang murid yang berasal dari latar belakang keluarga yang tidak memberi perhatian dan kepedulian kepada anak-anaknya. Kita memang harus berusaha memberikan yang terbaik untuk anak didik tetapi kita bukanlah juru kunci pembuka gerbang masa depan cerah untuk mereka. Setiap orang tua, setiap guru, anak-anak didik itu sendiri beserta lingkungan pergaulannya memiliki peranan masing-masing untuk mengarahkan jarum ‘kompas’ yang menentukan kemana mereka hendak berlayar membawa perahu kehidupannya.

Aku tidak punya banyak catatan untuk anak-anak didik itu, Cikgu, selain turut mendorong mereka dengan tiga M ini :

#milikilah waktu dan semangat belajar walau menjadi juara kelas bukanlah jaminan masa depan cerah. Mereka harus memiliki waktu untuk belajar dan berjuang meraih prestasi yang sesuai dengan bakat dan minat mereka karena tahapan dari setiap proses perjuangan inilah bekal bagi mereka menghadapi kehidupan yang jauh lebih keras dan sulit di masa yang akan datang.

#manfaatkan waktu sebaik-baiknya di masa muda. Waktu yang telah berlalu tidak mungkin dapat terulang kembali. Masa muda sangat asik diisi dengan waktu bermain-main, waktu berolahraga, membina hubungan pertemanan dan berorganisasi, tetapi porsi yang sama hendaknya diberikan untuk waktu membaca buku-buku pelajaran, me-ninjau terlebih dahulu materi pelajaran yang hendak diajarkan di kelas pada esok hari dan terus mengulang tanpa rasa bosan materi-materi yang telah diajarkan oleh guru di hari-hari dan minggu-minggu sebelumnya.

#menanam waktu (investasi) di masa muda menjadi sesuatu yang berharga di masa depan. Anak-anak didik harus belajar dari sejak dini bagaimana melihat sebuah masa depan dari sudut pandang kekinian sehingga mereka tidak mudah terbuai dengan kesenangan sejenak yang mungkin masih mudah mereka peroleh di saat sekarang. Dengan mengetahui akan nilai dari sebuah waktu, mereka dapat belajar dengan giat untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya, kelak mereka akan merasakan dampak dari persiapan (investasi) yang telah mereka lakukan sendiri sejak di usia remaja muda untuk meraih masa depan sesuai cita-cita dan keinginan mereka, menggapai sesuatu yang berharga menurut nilai-nilai kehidupan yang telah ditanamkan sejak mereka di usia remaja muda.

Di penghujung akhir dari suratku ini, sampaikanlah salam untuk anak-anak didik Cikgu di sana dari kami generasi pendahulu yang telah diizinkan untuk terlebih dahulu memiliki waktu, terlebih dahulu belajar memanfaatkan waktu dan terlebih dahulu diiznkan untuk belajar menanam waktu. Ingatkanlah kepada mereka, apa yang telah kami lakukan di masa lampau itu, masih tetap kami lakukan hingga saat ini karena kita semua senantiasa terus belajar tanpa dihalangi oleh laju perputaran waktu dan kita semua masing-masing di tempat yang berbeda masih memiliki semangat yang sama untuk terus berjuang mewujudkan kesejahteraan bersama bagi seluruh makhluk penghuni bumi.

 ---000---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun