Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Jujurlah Padaku, Angelia !

2 Oktober 2015   13:25 Diperbarui: 2 Oktober 2015   14:44 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Aku memulai lembaran pertama cerita cinta di hari ini.

Kesibukan mencari berita, menelitinya, menekuninya serta menuliskan dalam bentuk reportase/liputan berbagai situasi aktual yang sedang terjadi di tanah air sering membuat diriku mengalah.

Mengalah untuk sekedar mencorat-coret dan mencurahkan isi hati melalui fiksi, mengalah karena kelelahan pikiran dan mengalah karena terlambat berpacu dengan putaran sang waktu

Dari mana hendak memulainya?

C-I-N-T-A, lima huruf ini begitu sederhana diucapkan tetapi memiliki ribuan juta makna.

Rumit, pusing, komplikatif dan penuh intrik, ini yang aku definisikan bila ada yang sekedar mencoba bertanya,

Mengapa cinta?

***

Situasi dengan pertanyaan yang persis seperti diatas juga dialami oleh sahabatku dan pertanyaan ini akhirnya juga tertuju kepadaku. Namanya Angelia, dan panggil-lah dia Angel. Aku telah mengenalnya hampir sembilan tahun, rekan sekerja yang terlibat bersama-sama dalam beberapa proyek. Angel akhir-akhir ini memang sedang galau.

Sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan pria, sepertinya dewi keberuntungan belum juga berpihak kepadanya. Bukan karena namanya, yang bisa juga diartikan sebagai dewi atau peri, bukan, bukan karena itu. Aku tahu kok kisah lengkap cinta Angel, dan atas sepengetahuan izinnya, aku diperbolehkan untuk berbagi lewat cerita cinta hari ini.

Jalinan hubungan Angel dengan pria, katakanlah saja pria yang terakhir (masih ada harapan semu? semoga ini benar yang paling akhir dari pertualangan cintamu Angel, amin, red.) sedang memasuki tahap kerumitan. Bermula dari perkenalan di sebuah pertemuan malam, Ryan, yang memang sejak awal dikagumi oleh Angel, mulai melakukan komunikasi secara rutin melalui fitur sebuah messenger.

Tanpa disadari oleh Ryan, komunikasi ini membuat Angel mulai memahami perhatian yang diberikan kepadanya bukanlah perhatian biasa seperti teman-teman pria lainnya. Angel sungguh menikmati kebersamaan ini, walaupun jarang bertatap muka secara langsung karena Ryan harus berdomisili di luar kota, dengan jaraknya sangat jauh, harus menyeberangi sungai dan lautan, tepatnya Angel - Ryan terpisah oleh beda pulau.

Seperti biasanya, Angel menunggu balasan pesan text message dari Ryan, setelah mereka membahas beberapa topik ringan, tiba-tiba Ryan mengirim pesan singkat ini.

“Apakah kamu sayang padaku?”

Singkat cerita, bermula dari pertanyaan tersebut, akhirnya hubungan komunikasi Angel dan Ryan mulai membeku.

Seorang pria menanyakan tentang rasa sayang dan cinta kepada seorang wanita yang memang sudah mengaguminya dari awal pertama kali berkenalan.

Teman-teman,

Apakah pertanyaan ini menuntut kejujuran? 

Layak-kah pertanyaan itu dilakukan dengan cara demikian?

Memberikan jawaban yang jujur, sungguh dilema bagi Angel. Dilema untuk menjawab antara ya atau tidak. Dengan konsekuensi yang ada, mengatakan tidak adalah hal yang tak mungkin.

Sejak berjumpa pada pandangan pertama telah muncul rasa suka, ada ‘tanda-tanda’ sayang di hati Angel untuk Ryan.

Wajah-nya, suara-nya, pesan-pesan text-nya, canda tawa-nya telah memercik api kebahagiaan di hati Angel.

Menjawab ya, juga menjadi permasalahan tersendiri buat Angel. Apakah sebuah pengakuan jujur akan membuat Ryan menjauhi dirinya? Mungkinkah?.

“Kenapa bisa, kita kan baru kenal?”

Pertanyaan kedua ini juga sepertinya sangat memojokkan Angel. Tidak ada lagi jawaban dari Angel. Apakah harus mencari alasan untuk meladeni pertanyaan setengah gila ini. Menyayangi karena ada faktor sebab dan akibat?

Dua pertanyaan yang singkat dari Ryan untuk Angel telah mengakhiri semuanya.

Mudah ditebak bukan? Di hari-hari berikutnya, Ryan mulai menjauh perlahan-lahan.

***

Ada rasa rindu menyelimuti hati Angel.

Dalam penantian cinta yang menyakitkan itu, hanya air mata dan derita yang menemani.

Mencoba untuk kembali memulai komunikasi juga sudah dilakukan.

Text message yang Angel kirimkan tidak mendapat balasan.

 

Penyesalan akibat pengakuan yang jujur masih menghantui Angel hingga saat ini.

Perasaan bersalah karena menjawab ya.

Akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan lain melintasi pikiran.

Tanpa pernah menemukan satu jawaban yang pasti.

***

Untuk sahabatku, Angel….

Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan dasar manusia.

Tidak ada alasan yang tepat untuk menemukan mengapa ada percikan api sayang-nya Angel untuk Ryan.

Cinta itu misteri.

Ada pertemuan, ada juga perpisahan.

Cinta tapi benci.

Kalo lagi dekat, mau-nya ribut tapi kalau berjauhan saling merindu.

Untuk sahabatku, Angel….

Apakah sebuah kejujuran harus dibayar dengan derita dan air mata?

Angel sudah pasti tidak ingin membohongi perasaan. Jujur pada diri sendiri adalah bukti kedewasaan. Berbohong tidak pernah akan menyelesaikan masalah. Menghindari kenyataan adalah langkah yang dicari seorang pecundang.

Untuk sahabatku, Angel….

Majulah terus wahai pejuang Cinta. Jangan pernah menyerah.

Kejujuran adalah ikat pinggang yang menjaga diri.

Jubah kasih sayang-mu, kena-kanlah senantiasa.

Hadapilah kebencian dan ganasnya ombak kehidupan.

Lawan-lah dengan kebaikan dari ketulusan hati.

Untuk sahabatku, Angel….

Selamat berjuang lagi ya, Cinta !

Tuhan kiranya menyertaimu. Amin

 

 

Untuk membaca karya peserta lain,

Silahkan menuju akun Fiksiana Community dan

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

sumber ilustrasi : profile picture dari BBM Angel :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun