Penulis: Azinuddin Atras, Zulkifli Arya Purnama, Rehat Jeliyansah, Muhammad Rasyid Assidiq, Jasmine Grace Windrose
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSA dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode wawancara secara tidak langsung dengan memanfaatkan aplikasi google form yang disebar pada berbagai platform. Diperoleh bahwa terdapat lima orang responden yang tersebar di berbagai daerah seperti kota Bogor, Riau,Bali dan sekitarnya. Respondennya yaitu seorang single mother pada keluarga. Kelima narasumber memiliki karakteristik yang beragam baik dari segi umur, banyaknya tanggungan, pendapatan maupun pengeluaran bulanan dan seberapa lama telah menjadi single mother.
Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pada kelima responden sebanyak 80% jarang merasa stress yang diakibatkan oleh tanggung jawabnya sebagai orang tua tunggal di dalam keluarga. Diketahui bahwa lama waktu sudah menjadi seorang orang tua ibu tunggal mempengaruhi tingkat stress yang dirasakan oleh seorang single mother.
Menurut Hasanah dan Widuri (2014) seorang ibu single parents terganggu kesehatan mental dan fisiknya karena duka mendalam akibat kehilangan pasangannya. Seorang single mother diharuskan menjalani peran ganda dalam keluarga, tidak hanya menjadi seorang ibu tetapi juga bagaimana menggantikan sosok seorang ayah dalam memberikan contoh kepemimpinan dan urusan mencari nafkah untuk keluarganya.
Menurut Primayuni (2019) masalah yang timbul bagaimana seorang single parents mother harus dapat menyelaraskan kebutuhan keluarga dengan pendapatan yang dimilikinya, pendidikan dan kebutuhan hidup yang diperlukan oleh keluarga membuat seorang ibu harus bekerja lebih giat tanpa kenal lelah untuk dapat mencari uang. Hal tersebut merupakan contoh masalah internal yang terdapat pada keluarga single parents, namun terdapat masalah eksternal yang bersumber dari masyarakat sekitar. Masyarakat tentunya memiliki pandangannya sendiri terhadap seorang single mother, seorang ibu harus berkompeten untuk dapat mengasuh anaknya yang akan mempengaruhi sikap dan kepribadian dari anak-anaknya.
Dari data penelitian yang kami peroleh dominan responden merasa sangat puas terhadap kesejahteraan emosionalnya sebagai seorang single mother dengan persentase sebesar 60% lalu diikuti dengan perasaan puas sebanyak 20% dan sisanya 20% memiliki perasaan kurang puas terhadap kesejahteraan emosinya sebagai seorang ibu pada keluarga single parents.
Namun, diperoleh jawaban yang beragam mengenai bagaimana mereka membutuhkan bantuan dalam pengelolaan stressnya dimana 60% merasa memerlukan bantuan sedangkan 40% nya dirasa tidak membutuhkan bantuan dalam pengelolaan stress. Banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu pada orang tua tunggal merasakan stress.
Dari kebanyakan faktor yang ada, faktor keuangan bukanlah menjadi suatu hal yang membuat seorang ibu merasakan stress. Menurut Hasanah dan Widura (2014) seseorang yang mampu menjaga emosinya maka akan berpengaruh terhadap kondisi fisik, hubungan dan tingkah lakunya. Individu yang mampu dalam mengontrol, merasakan dan mengekspresikan emosinya dengan sangat baik hal ini disebut sebagai regulasi emosi.
Wanita biasanya memiliki tingkat emosional yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria sehingga perlunya seorang wanita mampu dalam meregulasi emosinya dengan sangat baik. Regulasi emosi yang dilakukan dengan baik dapat membuat seseorang menjadi lebih sehat dan terhindar dari berbagai pikiran yang menimbulkan stress. Pikiran menjadi suatu hal yang mempengaruhi tingkat stress pada seseorang, pada seseorang yang memiliki banyak pikiran. Pikiran negatif akan berpengaruh terhadap timbulnya perasaan stress, maka dari itu perlunya pikiran yang positif dan mengurangi pemikiran yang dirasa tidak perlu agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik.
Seorang ibu memerlukan bantuan untuk dapat meredakan emosinya. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa masih terdapat banyak seorang ibu single mother tidak memiliki layanan kesehatan mental. Layanan kesehatan mental ini dapat untuk mengurangi tingkat stress yang dialami oleh seorang ibu single mother. Terdapat beberapa alasan yang mempengaruhi seseorang lebih memilih untuk tidak memiliki layanan kesehatan mental yaitu pertama sikap negatif masyarakat terhadap layanan kesehatan yang disebabkan kurangnya kepercayaan terhadap layanan tersebut. Kedua, hambatan budaya yaitu rasa takut akan diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Ketiga, kurangnya kepedulian diri sendiri dikarenakan seorang ibu lebih mementingkan anak-anaknya dibandingkan memperdulikan dirinya sendiri. Terakhir, hambatan struktural yang terdiri dari faktor keuangan, transportasi dan faktor lainnya.
Seorang single mother dapat untuk bergabung dalam komunitas atau kelompok-kelompok single mother yang bergerak dalam pengelolaan stress. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa para single mother telah sadar akan adanya kelompok-kelompok single mother ini dan bergabung menjadi salah satu anggotanya. Adanya komunitas ini sangat membantu bagi sesama single mother untuk dapat meredakan dan mengelola stressnya. Pada kelompok ini mereka dapat untuk membagikan pengalamannya satu sama lain, saling memberikan dukungan dan saling membantu untuk mengatasi permasalahan keluarga dan stress yang dihadapi. Berdasarkan teori "Self Determination Theory" seseorang akan bergerak karena adanya motivasi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Pengaruh intrinsik berupa rasa kepedulian dan rasa keingintahuan sedangkan pengaruh ekstrinsik berupa penghargaan atau pengakuan yang diberikan oleh orang lain.
Mayoritas responden, jarang merasa stres karena tanggung jawab sebagai orang tua tunggal di dalam keluarga. Lamanya pengalaman sebagai orang tua tunggal ternyata mempengaruhi tingkat stres yang dirasakan, semakin lama menjalani peran tersebut cenderung lebih jarang merasa stres dibandingkan dengan yang baru mengalami perpisahan. pengelolaan kesehatan mental bagi seorang single mother dalam menghadapi stres tidak hanya dapat dilakukan dengan memiliki layanan kesehatan mental, tetapi juga dengan bergabung dalam komunitas atau kelompok yang berfokus pada pengelolaan stres bagi single mother.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H