Mohon tunggu...
Rehat Jeliyansah
Rehat Jeliyansah Mohon Tunggu... Lainnya - IPB University

Selamat datang di sumber berita kehutanan terkini! Kami berkomitmen menyajikan informasi terbaru seputar keberlanjutan hutan, konservasi alam, dan isu-isu lingkungan. Temukan cerita inspiratif tentang upaya pelestarian hutan, penelitian inovatif, dan tantangan global terkait kehutanan. Jelajahi dunia pohon dan flora fauna yang memukau melalui laporan penuh wawasan kami. Bersama-sama, mari jaga keberagaman hayati dan bumi kita. 🍃✨ #HutanHijau #KonservasiAlam #BeritaKehutanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Stress dan Kesejahteraan Keluarga Single Mother

29 April 2024   18:53 Diperbarui: 29 April 2024   18:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wanita biasanya memiliki tingkat emosional yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria sehingga perlunya seorang wanita mampu dalam meregulasi emosinya dengan sangat baik. Regulasi emosi yang dilakukan dengan baik dapat membuat seseorang menjadi lebih sehat dan terhindar dari berbagai pikiran yang menimbulkan stress. Pikiran menjadi suatu hal yang mempengaruhi tingkat stress pada seseorang, pada seseorang yang memiliki banyak pikiran. Pikiran negatif akan berpengaruh terhadap timbulnya perasaan stress, maka dari itu perlunya pikiran yang positif dan mengurangi pemikiran yang dirasa tidak perlu agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik. 

Seorang ibu memerlukan bantuan untuk dapat meredakan emosinya. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa masih terdapat banyak seorang ibu single mother tidak memiliki layanan kesehatan mental. Layanan kesehatan mental ini dapat untuk mengurangi tingkat stress yang dialami oleh seorang ibu single mother. Terdapat beberapa alasan yang mempengaruhi seseorang lebih memilih untuk tidak memiliki layanan kesehatan mental yaitu pertama sikap negatif masyarakat terhadap layanan kesehatan yang disebabkan kurangnya kepercayaan terhadap layanan tersebut. Kedua, hambatan budaya yaitu rasa takut akan diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Ketiga, kurangnya kepedulian diri sendiri dikarenakan seorang ibu lebih mementingkan anak-anaknya dibandingkan memperdulikan dirinya sendiri. Terakhir, hambatan struktural yang terdiri dari faktor keuangan, transportasi dan faktor lainnya.

Seorang single mother dapat untuk bergabung dalam komunitas atau kelompok-kelompok single mother yang bergerak dalam pengelolaan stress. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa para single mother telah sadar akan adanya kelompok-kelompok single mother ini dan bergabung menjadi salah satu anggotanya. Adanya komunitas ini sangat membantu bagi sesama single mother untuk dapat meredakan dan mengelola stressnya. Pada kelompok ini mereka dapat untuk membagikan pengalamannya satu sama lain, saling memberikan dukungan dan saling membantu untuk mengatasi permasalahan keluarga dan stress yang dihadapi. Berdasarkan teori "Self Determination Theory" seseorang akan bergerak karena adanya motivasi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Pengaruh intrinsik berupa rasa kepedulian dan rasa keingintahuan sedangkan pengaruh ekstrinsik berupa penghargaan atau pengakuan yang diberikan oleh orang lain. 

Mayoritas responden, jarang merasa stres karena tanggung jawab sebagai orang tua tunggal di dalam keluarga. Lamanya pengalaman sebagai orang tua tunggal ternyata mempengaruhi tingkat stres yang dirasakan, semakin lama menjalani peran tersebut cenderung lebih jarang merasa stres dibandingkan dengan yang baru mengalami perpisahan. pengelolaan kesehatan mental bagi seorang single mother dalam menghadapi stres tidak hanya dapat dilakukan dengan memiliki layanan kesehatan mental, tetapi juga dengan bergabung dalam komunitas atau kelompok yang berfokus pada pengelolaan stres bagi single mother.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun