Dari segi alur, Sayap-Sayap Patah cukup menyenangkan. Untuk sampai ke bagian-bagian genting, kita dikasih waktu bernafas terlebih dahulu. Paduan asmara dan aksinya ada, walaupun aspek romansanya memang lebih kental.
Kita bakal dibuat cemas seperti halnya Nani, Istri Adji, yang selalu harus menebak apakah saat suaminya pulang, ia harus mempersiapkan selimut atau kain kafan. Keresahan Nani ini sama seperti Sharifah, tokoh dalam Film Indonesia Jelita Sejuba, yang menikahi Jaka, seorang anggota TNI.
Sayap-Sayap Patah bisa dibilang merupakan film yang oke dari segi penokohan, dialog dan cerita. Selain itu, mungkin film ini peru berbenah dari sisi pemasaran. Pemasaran dari beberapa pihak terlalu menghakimi, sehingga penonton sudah sensi duluan sebelum menontonnya.
Sayang banget, ya! Soalnya potensi film ini ternyata cukup besar. Tapi, apa jangan-jangan strategi ini sudah mereka perkirakan? Bagaimana menurutmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H