Bab 1: Siapa, Dimana, Masalah
(Adegan 1: Terlihat Bandung, kota yang menari dengan cahaya gemerlap di malam hari. Di tengah kilauan lampu, terdapat sepotong hati yang terluka, milik seorang pemilik toko kecil, Rani, yang menghadapi pertanyaan dalam senyum bulan.)
Rani: (dalam monolog) Bandung, kota berlian yang tak pernah padam, mengapa toko Sari Rasa Bakery-ku terbenam dalam bayang-bayang? Bisnis ini adalah sepotong kisah yang tertulis dalam debu masa lalu, bisakah kita menciptakan cerita baru di bawah bintang malam yang bersinar terang?
(Adegan 2: Rani, seorang pebisnis yang menghadapi kegusaran hati, duduk di teras toko, menatap bengkang roti yang meredup. Aji, sahabat lama yang mengalir bagai sungai kesabaran, datang untuk menemaninya.)
Aji: (dalam kehangatan) Rani, apa yang telah terjadi pada toko kecilmu? Dulu Sari Rasa Bakery adalah matahari yang bersinar di tengah hujan, apa yang membuatmu menjadi rembulan yang terlupakan?
Rani: (menggeleng) Zaman telah mengalir, Aji. Orang lebih suka berbelanja dengan jarinya daripada memegang roti di tangan mereka.
(Adegan 3: Rani membuka hatinya pada Aji, menceritakan beban bisnis yang menggelayuti pikirannya.)
Aji: (dalam kebijaksanaan) Rani, dalam kehidupan, kita harus berselancar dengan gelombang perubahan. Mungkin saatnya menggenggam ponsel dan membawa keindahan Sari Rasa Bakery ke dunia maya.
Bab 2: Konflik
(Adegan 1: Rani memutuskan untuk mencari terang di tengah arus perubahan. Namun, perjuangannya melawan ombak bisnis online penuh dengan tantangan, seperti pesaing sengit dan susahnya mendongkrak popularitas.)
Rani: (dalam monolog) Bisnis online, samudera tak berujung yang dipenuhi kapal besar. Bagaimana bisnis kecil seperti Sari Rasa Bakery bisa bersaing dalam gelombang ini? Apakah kata-kata puitisku bisa menggetarkan hati pelanggan?
(Adegan 2: Rani bertemu dengan Indra, seorang pemasar digital yang memandang jaringan sosial seperti alat ajaib untuk menciptakan keajaiban.)
Indra: (dengan antusias) Rani, mari kita bersama menciptakan kata-kata yang akan menjadi pesona tak terlupakan. Bisnis bukan sekadar transaksi, ini adalah tarian emosi yang harus kita awali.
(Adegan 3: Rani dan Indra bersatu tangan, merangkai kata-kata indah dan pesan-pesan yang menggugah dalam mempromosikan bakery mereka.)
Rani: (dalam iklan online) "Sari Rasa Bakery, harmoni rasa dan keindahan. Kami membentuk roti dengan cinta, menghantarkan impian-impian di tiap gigitannya. Gabunglah dalam pesta rasa yang tak terlupakan."
Bab 3: Finishing
(Adegan 1: Dengan kerja keras dan kreativitas, bisnis online Sari Rasa Bakery mulai bersinar. Mereka mengumpulkan banyak penggemar setia dan terkenal di seluruh penjuru dunia maya.)
Pelanggan: (mengumumkan di seluruh media sosial) "Sari Rasa Bakery, satu gigitan dan kita menemukan cinta."
(Adegan 2: Rani dan Indra duduk bersama di bawah rembulan penuh, melihat keberhasilan bisnis mereka yang begitu cemerlang.)
Rani: (dalam puitis) Indra, Bandung telah menyaksikan perubahan dan evolusi, seperti bisnis kami yang tumbuh bersama dengan cinta dan kata-kata puitis.
Indra: (tersenyum puitis) Rani, dalam gelap, kita menemukan cahaya; dalam kata-kata, kita menemukan keajaiban. Bersama, kita telah merayakan keindahan di setiap langkah kita.
Adegan 3: Mereka mengangkat gelas dalam pesta cahaya bulan, dan cahaya bintang di atas mereka bersinar dengan gemilang.)
Rani: (dalam hati) Bandung, kota yang tak pernah berhenti berbisikkan rahasia, terima kasih telah menjadi inspirasi di setiap pantulan bisnis kita.
Indra: (dalam sujud syukur) Mari kita lanjutkan perjalanan ini, Rani, menjelajahi setiap matahari terbit dan malam yang berkilauan di dunia maya.
(Adegan 4: Mereka berdua merangkul erat, sambil menggenggam cahaya bulan dalam genggaman mereka, menandai awal kisah baru yang tak terbatas.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H