Mohon tunggu...
Regina Tyestapiana Timmerman
Regina Tyestapiana Timmerman Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Demure and Mindful.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Reuni di Pinggir Kota

19 Oktober 2024   01:01 Diperbarui: 19 Oktober 2024   02:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil mengangguk-angguk menanggapi jawabanku, ia kembali bertanya, "Gimana? Kok nggak ada kabar beberapa tahun terakhir?"
Aku tersenyum tipis. "Iya, jarang update. Lagi fokus sama keluarga."

"Oh, iya. Gimana kabar Ayah Ibu?" tanyanya.
"Puji Tuhan, baik, sehat," balasku.
"Fokus banget ya sama Ayah Ibu sampai nggak update?" tanyanya lagi.

Aku tertawa kecil. "Nggak. Bukan hanya ke Ayah Ibu, tapi juga ke ini," tunjukku ke cincin yang melingkar di jari manisku.

"Hah? Udah?" kagetnya.
"Iya, udah, Ca," balasku dengan senyum.
"Ternyata memang nggak takdir ya, Ta," ucapnya yang membuatku bingung.
"Gimana, Ca?" tanyaku memastikan. Aku tak ingin menduga-duga apa arti kalimat itu. Aku tak ingin serius menanggapi ucapannya.
"Enggak. Nggak apa-apa," katanya.

Kemudian ia pamit menyusul sahabat-sahabat kami yang sedang berfoto di luar. Perasaanku menghangat. Setidaknya aku bertemu lagi dengannya dan manusia-manusia ini. Manusia-manusia yang sangat kurindukan.

Di Semarang, kota yang mempertemukan kami satu sama lain, kota yang memisahkan kami, dan kota yang sama yang menyatukan kami lagi walaupun untuk beberapa saat.

Tak ingin berlarut-larut memikirkan 'takdir' yang diucapkan Panca, aku beranjak dan bergabung dengan mereka. Rasanya sama dengan lima tahun lalu. Di saat kami akan saling merangkul secara spontan jika akan difoto.

Tak lama Panca berdiri di sampingku. Kulihat ia tersenyum. Oh, begini rasanya hidup di dalam takdir masing-masing. "Jangan berlarut-larut ya, Ca," ucapku dalam hati. Aku tau kami tidak bisa bersama, tapi Panca harus tetap melanjutkan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun