Mohon tunggu...
Regina Irene
Regina Irene Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Fast Fashion dan Sustainable Development Goals: Bagaimana Kaitan antara Keduanya?

10 Juni 2022   22:56 Diperbarui: 10 Juni 2022   23:16 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Unsplash/HannahMorgan

Fast fashion merupakan istilah yang tidak asing lagi untuk di dengar. Fast fashion merupakan sebuah istilah dalam bidang fesyen yang berkaitan dengan tren mode yang berlangsung dengan cepat dan mengikuti perkembangan zaman. Fast fashion ini sendiri pada umumnya berada pada kisaran harga yang terjangkau sehingga mudah didapatkan oleh masyarakat. 

Lantas bagaimana kaitan antara fast fashion dengan Sustainable Development Goals (SDG) yang diagendakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)?

Sejarah Fast Fashion

Fast fashion tidak muncul begitu saja di tengah-tengah masyarakat. Kemunculan fast fashion diperkirakan terjadi pada tahun 1980-an yang ditandai dengan munculnya revolusi industri dan inovasi baru, seperti mesin jahit. Harga pakaian yang semula relatif mahal akhirnya mengalami penurunan karena adanya teknologi yang bernama mesin jahit tersebut. 

Dengan harga relatif terjangkau serta mode yang sesuai dengan perkembangan zaman, fast fashion semakin digemari oleh masyarakat sehingga menimbulkan tingkat permintaan yang besar dari pasar dan menghasilkan tingkat produksi yang besar pula dari produsen.

Fast fashion semakin marak terjadi dan hal ini ditandai dengan adanya berbagai koleksi pakaian yang didasarkan pada musim-musim tertentu.  Akibat dari hal ini, berbagai negara di dunia berlomba serta berkompetisi untuk memenuhi permintaan pasar dengan membangun pabrik tekstil, khususnya pada negara-negara berkembang. 

Industri fast fashion dalam perkembangannya mengesampingkan dampak negatif yang timbul dan hal ini menyebabkan permasalahan bagi agenda SDG yang diupayakan oleh PBB.

Sustainable Development Goals (SDG) dan Fast Fashion

SDG merupakan sebuah agenda besar yang dibentuk oleh PBB dan di dalamnya terkandung 17 butir tujuan untuk mencapai keselamatan dunia serta planet bumi. Membahas mengenai dampak yang ditimbulkan oleh fast fashion, salah satu contohnya adalah SDG nomor 6, yakni air bersih dan sanitasi layak. 

Dampak nyata dari perkembangan fast fashion adalah polusi air. Industri mode merupakan salah satu industri yang paling merusak lingkungan dan apabila hal ini terus berlangsung, maka pemenuhan SDG nomor 6 yang mengupayakan peningkatan kualitas air dengan mengurangi polusi tidak akan terpenuhi.

Tidak hanya itu, fast fashion juga memengaruhi SDG lainnya, yakni SDG nomor 12 yang membahas mengenai konsumsi serta produksi yang bertanggung jawab. Adapun hasil akhir yang sedang diupayakan oleh agenda besar ini adalah mencapai pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. 

Upaya ini dilakukan melalui pengelolaan efisien mengenai sumber daya alam dan mengurangi sampah beracun dan polutan pada. Perkembangan tren mode yang sangat cepat ini secara tidak langsung merupakan praktik dari pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan fast fashion yang terus memproduksi barang untuk memenuhi permintaan pasar dan masyarakat yang memiliki pola konsumsi berlebih.

Selain itu, berbagai industri fast fashion saat ini juga tengah disorot dengan permasalahan mengenai upah gaji yang dibawah rata-rata dan eksploitasi buruh. Apabila ditelaah lanjut, permasalahan mengenai hal ini pernah terjadi di Bangladesh pada tahun 2013 yang dinamakan sebagai insiden Rana Plaza. 

Industri fast fashion dengan merek-merek ternama yang memberikan upah tidak layak bagi para buruh serta lingkungan kerja yang tidak memadai menjadi alasan terbesar terjadinya insiden di Rana Plaza pada tahun 2013 silam. 

Apabila dikaitkan dengan SDG, hal ini bertentangan dengan tujuan nomor 1, yakni mengakhiri kemiskinan dalam bentuk apapun dan dimanapun. Tidak hanya itu, hal ini juga bertentangan dengan tujuan nomor 8, yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. 

Kedua tujuan tersebut berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta meningkatkan kesempatan kerja dengan memperhatikan hak-hak dari para buruh.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa industri fast fashion dalam perkembangannya masih cenderung belum memperhatikan beberapa hal. Adapun hal tersebut meliputi pencemaran lingkungan, pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan, pemenuhan hak-hak dari para buruh, dan lain sebagainya. 

Dalam menghadapi permasalahan yang ada, industri mode perlu menghadirkan berbagai upaya serta solusi untuk dapat terus melaksanakan produksi namun dengan memperhatikan keadaan lingkungan dan para buruh. Tidak hanya dari sisi produsen, masyarakat sebagai konsumen juga perlu untuk mengatasi permasalahan ini dengan menerapkan sustainable fashion atau fesyen yang berkelanjutan. 

Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai langkah sederhana seperti, merawat pakaian yang sudah dimiliki, mengurangi pembelian baju baru, memilih pakaian dengan kualitas yang baik, dan lain sebagainya.

Ditulis oleh: Regina Irene Laurence Simanjuntak, Mahasiswa Universitas Airlangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun