Mohon tunggu...
Regina Delviana
Regina Delviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antonym

29 Oktober 2024   12:39 Diperbarui: 29 Oktober 2024   12:45 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
28 oktober 2024/dokpri

Sore hari...

Bersama tenggelamnya matahari

Bersama pulangnya para pekerja

Bersama hebohnya bedak di pipi bocah usia lima

Udara dingin sedang marah marahnya

Ku bilang, takdir ternyata tak selalu ramah 

Kadang kepalaku penuh kenang yang memekikan kening

Telingaku ramai oleh tawa yang bersautan

Jantungku tidak pernah sehat

Ia berpacu seperti proses hitung mundur pergantian tahun

Seperti peristiwa sakral yang haram untuk terlewatkan

Kemudian sadar, betapa peristiwa sakral juga akan bubar

Letupan kembang api kemudian selesai

Mati digantikan sunyi paling nyeri

Dilanda badai paling gelisah

Hancurnya sudah kelewatan

Tapi aku tak mau berhenti

Aku ingin semua berjalan sakral di tengah badai hujan paling amuk sekalipun

Seseorang datang mengeluh terluka

Terkena badaiku berkepanjangan

Darahnya tidak berserakan tapi katanya sanggup membuat ingin tiada saja

Ia adalah antonim

Segala yang tidak pernah selaras

Tidak pernah sejalan

Tidak pernah menjadi satu makna

Berlawanan dan melawan

Selalu mengambil langkah mundur

Seolah aku sedang mengajaknya bertempur


Satu berani melangkah, satu takut terjatuh

Satu berbicara dengan suara badai, satu berbisik mengancam

Mencari keseimbangan di antara kutub yang bertentangan

Celaka yang menyamar menjadi jenaka

Tidak pernah berjeda

Tidak pernah mau reda

kataku, egoisku mesti juara dalam perlombaan keras kepala

Melewati perjalanan paling baik dan paling buruk

Tapi tidak pernah lebih buruk dari berkendara lalu saling tersesat selamanya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun