Mohon tunggu...
Regina Asteria Riyanto
Regina Asteria Riyanto Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Aedes Aegypti, Nyamuk Pembawa Virus Dengue

11 Juli 2020   14:26 Diperbarui: 11 Juli 2020   14:25 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat demam sudah turun, merupakan fase kritis atau harus diperhatikan di mana gejala dari penyakit DBD akan semakin meningkat atau menjadi parah. 

Jika sudah parah, akan timbul pendarahan pada hidung (mimisan), gusi atau di bawah kulit, muntah dan feses yang berwarna hitam, batuk berdarah, tekanan darah menurun, denyut nadi melemah sampai pada sesak nafas. Jika hal tersebut sudah terjadi, dibutuhkan penanganan yang lebih cepat dan tepat, sebelum akhirnya terlambat atau berakhir pada kematian.

Sebelum penyebaran penyakit DBD semakin meluas, terlebih dahulu dapat dilakukan pengendalian dan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai langkah awal. 

Program 3M merupakan salah satu program yang dibuat oleh pemerintah dan sudah dilaksakan sampai sekarang. Program ini bertujuan untuk mencegah penyakit DBD dengan menguras, menutup, dan mengubur. 

Program ini tidaklah sulit sehingga dapat dilakukan dimasing-masing tempat tinggal dan dapat dikatakan efektif sebagai langkah pencegahan. Selain itu, adanya penerapan fogging yang juga telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Namun, penerapan fogging ini tidak dapat dikatakan efektif. 

Fogging hanya akan membunuh nyamuk yang sudah dewasa dan tidak dapat membasmi larva yang sedang berkembang. Selain itu, kandungan kimia dari fogging dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekologi dan mengganggu makhluk hidup lainnya (serangga) yang ada disekitar. 

Asap dari fogging juga mengganggu kesehatan dari manusia karena sifatnya yang beracun sehingga berdampak negatif bagi kesehatan seperti iritasi kulit dan mata, rasa pahit pada bibir dan lidah sampai pada gangguan pernapasan, saraf, reproduksi, sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kanker.

Kesadaran setiap orang untuk menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih, menjaga kesehatan tubuh juga menjadi cara untuk mencegah menyebarnya penyakit DBD. Selain itu dengan mengatur cahaya yang cukup di rumah, memasang kawat anti nyamuk, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan tidak menggantungkan pakaian yang sudah terpakai juga dapat mencegah penyebaran penyakit DBD. 

Bila mengalami gejala penyakit DBD, segera periksakan ke dokter sebelum terlambat. Namun jika sudah terinfeksi penyakit DBD, dapat diobati dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, banyak minum cairan agar terhindar dari dehidrasi, istirahat yang cukup, mengonsumsi obat dianjurkan oleh dokter. Lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun