Berawal dari keberhasilan kolonial Belanda mencapai cita-cita untuk menjadikan wilayah Nusantara sebagai satu kesatuan dalam politik, hukum, dan pemerintahan di bawah kekuasaannya melalui Pax Neerlandica, rakyat Indonesia justru tersadar untuk bersatu. Dari sini, para rakyat bersatu karena adanya perasaan senasib sepenanggungan.Â
Penderitaan tidak hanya dianggap milik satu daerah, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia. Perlahan-lahan, karena faktor kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang parah akibat penjajahan, mulai muncul berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.Â
Hal ini tidak terlepas dari kemunculan para kaum terpelajar akibat adanya kebijakan politik etis atau politik balas budi yang diberlakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda.Â
Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau juga menjadi salah satu faktor kebangkitan nasional pada saat itu. Ditambah lagi dengan faktor eksternal dari bangsa lain yang membangkitkan semangat, meningkatkan kepercayaan diri bangsa Indonesia, dan berkembangnya paham-paham baru yang memotivasi rakyat Indonesia untuk merdeka.
Faktor-faktor tersebut menjadi landasan dari perkembangan pergerakan nasional Indonesia. Perkembangan nasionalisme di Indonesia sendiri dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu periode awal perkembangan, periode nasionalisme politik, periode radikal, dan periode bertahan. Namun, seperti yang tertera pada judul, teks ini akan membahas tentang perkembangan nasionalisme pada periode awal perkembangan.
Periode awal perkembangan ini melahirkan beberapa organisasi yang bergerak dengan tujuan memperbaiki kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Indonesia. Organisasi-organisasi tersebut adalah Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.Â
Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama yang didirikan pada 20 Mei 1908. Dengan didirikannya Budi Utomo, banyak kaum nasionalis lainnya yang terinspirasi untuk berjuang dengan basis organisasi modern.Â
Organisasi yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan didirikan oleh dr. Sutomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeraji ini memiliki tujuan memajukan derajat bangsa, pengajaran, dan kebudayaan dengan meliputi bidang pengajaran; pertanian, peternakan, dan perdagangan; teknik dan industri; serta kebudayaan.Â
Budi Utomo sendiri bukan merupakan organisasi yang berjalan di bidang politik. Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta.Â
Dari kongres pertama tersebut, ditetapkan bahwa ruang gerak Budi Utomo terbatas pada daerah Jawa dan Madura. Kongres tersebut memutuskan R.T. Tirtokusumo yang merupakan mantan Bupati Karanganyar sebagai ketua. Dari kongres tersebut diputuskan juga bahwa Yogyakarta menjadi pusat organisasi. Semenjak dipimpin oleh R. T. Tirtokusumo, yang merupakan tokoh dari kalangan bangsawan, banyak anggota baru Budi Utomo yang berasal dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial.Â
Pada tahun 1912, Budi Utomo ikut mendukung pembentukan Volksraad atau Dewan Rakyat yang merupakan dewan perwakilan rakyat Hindia Belanda. Volksraad ini menjadi tempat menampung aspirasi rakyat Indonesia yang disuarakan melalui wakil-wakilnya yang duduk di dewan ini.Â
Volksraad terbentuk tidak lepas dari pengaruh kebijakan desentralisasi dan Perang Dunia I. Awalnya, para penggagas politik etis mendesak diberlakukannya kebijakan desentralisasi yang intinya memberi ruang, peran, dan kesempatan bagi orang-orang Indonesia untuk memikirkan nasib dan masa depannya sendiri dengan melibatkan mereka dalam dewan-dewan lokal. Namun, gagasan tersebut dianggap tidak memuaskan karena sebagian besar anggotanya diisi oleh orang-orang Belanda.Â
Lalu, sebelum Perang Dunia I pada tahun 1914-1918, muncul gagasan untuk membentuk Indie Weerbaar (pertahanan Hindia Belanda), yaitu pembentukan milisi paruh waktu yang terdiri dari orang-orang Indonesia.Â
Awalnya gagasan ini ditolak oleh pemerintah Belanda, tetapi karena pecahnya Perang Dunia I pada Agustus 1914, gagasan tersebut dipertimbangkan  karena kekuatan pertahanan ini dinilai lebih murah daripada menambah kekuatan pasukan profesional.Â
Dari sana, Budi Utomo yang memiliki banyak anggota di Jawa yang berdinas di tentara kolonial, aktif mengkampanyekan pembentukan milisi tersebut. Tindakan tersebut membuat banyak yang menuduh bahwa Budi Utomo telah diatur oleh pemerintah.Â
Di lain sisi, Sarekat Islam menyuarakan bahwa rakyat Indonesia hanya akan mempertahankan rezim penjajahan apabila mereka diwakili pemerintah.Â
Setelah adanya desakan pembentukan Indie weerbaar, parlemen Belanda menolak pembentukan milisi dan menggantinya dengan Volksraad yang menjadi langkah nyata lebih lanjut dari kebijakan desentralisasi serta menjadi pengganti pembentukan milisi yang lebih kecil resikonya bagi kekuasaan Belanda di Indonesia.Â
Dari sini pula, Budi Utomo mengalami kemunduran, terutama ketika Sarekat Islam resmi berdiri menjadi partai politik walaupun pada awalnya Sarekat Islam tidak berdiri sebagai partai politik.
Sarekat Islam adalah organisasi yang berdiri dengan tujuan memajukan perdagangan; membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (permodalan); memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk pribumi; serta memajukan kehidupan agama Islam. Keanggotaan Sarekat Islam sendiri terbuka untuk seluruh lapisan rakyat yang beragama Islam. Lalu pada tanggal 17-24 Juni 1916, Sarekat Islam mengadakan kongres nasional di Bandung. Hasil dari kongres ini adalah menyepakati istilah "nasional" yang berarti perlu adanya persatuan semua suku bangsa di Indonesia sehingga membentuk satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.Â
Sarekat Islam menunjukkan sisi politiknya melalui sikapnya yang menentang secara terbuka praktik-praktik ketidakadilan akibat sistem kapitalisme serta penindasan terhadap rakyat kecil yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Hal ini membuat anggota Sarekat Islam bertambah banyak.Â
Dari sini pula, mulai muncul perpecahan dari Sarekat Islam karena adanya campur tangan dari Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) yang memiliki pendapat berbeda dengan Sarekat Islam, di mana ISDV menghendaki Sarekat Islam untuk tidak bekerja sama dengan kolonial Belanda termasuk untuk urusan Indie Weerbaar.Â
Pada tanggal 1930, Sarekat Islam yang telah mengganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) juga mengalami perpecahan yang terjadi akibat perbedaan cara pandang  antara anggota partai.
Terakhir, terdapat organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Dasar dari perjuangan organisasi ini adalah agama Islam dan kebangsaan dengan sifat nonkooperatif. Muhammadiyah sendiri berdiri di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial, menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir-batin.Â
Dalam pergerakkan sosialnya, organisasi ini sangat mendukung perjuangan kemerdekaan. Selain itu, peran organisasi ini menumbuhkann kesadaran bangsa tentang pentingnya kemajuan dalam pendidikan dan kemerdekaan sangat besar.
Sebagai kesimpulan, setiap dari ketiga organisasi yang ada pada periode awal perkembangan sama-sama memiliki semangat dalam mendukung kemerdekaan dari aspek pendidikan, budaya, dan ekonomi. Namun, masih ada beberapa kekurangan yang membuat organisasi-organisasi tersebut tidak berjalan dengan baik.Â
Dari organisasi Budi Utomo, karena bersikap impulsif dengan mengkampanyekan pembentukan milisi, banyak pihak yang menuduh Budi Utomo diatur oleh pemerintah sehingga ini membuktikan mereka mulai kehilangan kepercayaan dari pendukung mereka. Lalu dari Sarekat Islam, akibat perbedaan cara pandang dan kurangnya perhatian kepada setiap anggota membuat mereka menjadi terpecah.Â
Selain itu, Sarekat Islam lebih berpusat pada agama Islam padahal Indonesia tentunya memiliki lebih dari 1 agama, sama halnya seperti Muhammadiyah. Hal seperti ini juga berkemungkinan untuk memecahkan hubungan antara rakyat Indonesia yang berbeda agama.Â
Terakhir, Muhammadiyah bertujuan mencapai kebahagian lahir-batin yang di mana merupakan hal yang kurang realistis karena tidak mungkin rakyat pada masa itu bisa mencapai bahagia lahir-batin ketika mereka masih disulitkan dengan masalah penjajahan. Namun, tujuan tersebut cukup bagus untuk mengembangkan semangat berjuang di antara para rakyat yang sudah semakin membara semangat nasionalismenya.Â
Melalui kelahiran berbagai organisasi masyarakat Indonesia di periode awal perkembangan ini, masyarakat Indonesia menjadi semakin lebih banyak mendapatkan akses pendidikan dan pergerakan.Â
Mereka juga semakin terfasilitasi kebutuhannya untuk berorganisasi, menyampaikan ide-ide kebangkitannya, dan wadah organisasi yang memenuhi kebutuhan mereka untuk berkembang dan menyebarkan semangat nasionalismenya. walaupun memiliki banyak keterbatasan di masa awal kebangkitan nasional tersebut, kita tentu saja patut bersyukur atas awalan yang baik ini. Indonesia dan kebangkitannya adalah sebuah proses yang panjang dan penuh perjuangan masyarakat awam.
Ditulis oleh Leticia Fredella
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H