Mohon tunggu...
Regen wantalangi
Regen wantalangi Mohon Tunggu... Penulis - dalam hening ada renung

si tou timou tu mou tou

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Filosofi Minahasa

27 Maret 2020   11:52 Diperbarui: 28 Mei 2020   11:15 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan strategi empat kali empat ini semua kelompok dapat memberi isyarat siapa yang memadai dan kalaupun terjadi penyerangan diantara kelompok satu kelompok yang lain dapat membantu dari sudut yang lain. Ituah grilia ala om Utu. Namun sepanjang perjalanan tidak didapatinya pergerakan musuh oleh karena bertepatan malam natal tanggal 24 desember 1904. Kelompok satu dan tiga melanjutkan perjalanan mereka dari tondano langsun menuju tousea dan bermukim disana.

Sedangkan kelompok dua dan empat kempali keperkampungan awal mereka di Tondano, mereka tidak disambut dengan meria oleh kepala desa yang ada karena perjalanan mereka adalah misi rahasia, namun setibanya di Tondano warga kampung wowo yang kini sudah memiliki status tempat tinggal mereka yang asli, memilih untuk kembali ke rumah keluarga mereka daripada tinggal untuk sementara waktu dirumah pastor Jhon dekat Gereja Sentrum Tondano.

Sam dan temannya Arnol yang baru bertemu setelah dua tahun lamanya terpisa ditenga perjalanan Eris Toliang sebelum masuk Tondano telah mengikat perjanjian karena Arnol akan melanjutkan perjalanannya ke Tousea.

"Arnol bilamana kita bertemu lagi maukah kamu berjanji" kata Sam dengan sunggu. "berjanji apa?" tanya Arnol. "berjanji jika kamu takan membidik senapanmu itu dikepalaku" sambung Sam. "kenapa aku harus membidiknya Sam?" sambil berhenti sejenak dalam perjalanan mengajukan pertanyaan itu pada Sam, "karena mungkin nanti aku menjadi bagian dari mereka" jawab Sam. Arnol bertanya lagi "mereka siapa? Belanda? Kenapa jadi bagian dari mereka?" tanya Arnol dengan serius. Jawa Sam "karena tahun depan, Januari aku berangkat ke Newderland melanjutkan sekolahku disana". Dengan menepuk pundak kiri Sam Arnol menjawab "emmm Sam, Sam, malahan aku kan berdoa dengan sunggu untuk hal itu". Dengan terkejutnya Sam berkata "jadi kamu akan menembakku? Dan sudah berdoa akan hal itu?"

"hahahaha dasar teman satu ini, bisa-bisanya kali ini tidak mengerti maksudku, aku akan mendoakanmu Sam untuk pergi ke Newderlan dan bersekolah disana oke" sambung Arnol dengan berbisik ditelinga kanan Sam "karena nasib orang-orang pribumi ada ditangan orang-orang sepertimu Sam". Dengan heran Sam berpikir sejenak dan menjawa Arnol "maukah kamu ikut dengaku Arnol?", sambil tersenyum Arnol menjawa "aku tunggu kamu disini saja, supaya saat kamu siap kembali dari Newderlan aku sudah punya cukup pengaruh dari pribumi untuk melakukan pergerakan melawan VOC".

Tiba-tiba terdengarlah pembicaraan mereka sampai ditelinga om Utu yang kira-kira berjalak lima meter dari barisan mereka itu, "emmm ele, ele memang ya kalian tole-tole tinggi sekali mimpi kalian, untuk membebaskan kita dari VOC" sambung om Utu dengan tegas namun bersahabat "kalu begitu lanjutkan, lanjutkan apa yang menjadi cita-cita kalian" sambil merangkul mereka berdua om Utu berkata "kita harus membentuk empat kelompok, karena sudah masuk desa Touliang dan kamu Arnol slamat berpisa ya, hati-hati dalam perjalananmu".

Setelah berjumpa denga kedua orang tuanya Sam menceritakan semua yang sudah terjadi mulai dari almarhum om Alo sampai pada grilia om Utu. Sehingga 25 desember yang harusnya adalah hari kesukaan setiap orang Kristen menjadi hari berduka bagi seluruh keluarga Sam. Ditempat tidurnya, Sam merenungkan kembali apa yang telah terjadi selama perjalanan tiga harinya itu. Pergi menggunakan kuda hitam dan dikawali oleh seorang pahlawan yang gaga perkasa, pulang dengan berjalan kaki dan bersama gerombolan orang dari persembunyian membentuk strategi bertempur empat kali empat dalam perjalanan pulang. Dalam buku hariannya Sam menulis:

bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun