Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bagian Empat: Jejak di Balik Tirai Gelap

5 November 2024   19:28 Diperbarui: 6 November 2024   02:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : Dokpri

Malam itu, hujan deras mengguyur kota. Ree duduk di dalam mobilnya, memperhatikan sebuah gedung tua di kejauhan. Gedung itu pernah menjadi markas tempat Erik dan Vivian bertemu, sebuah bangunan tua yang hampir terlupakan di pinggiran kota. Dengan napas berat, Ree memutuskan untuk mendekat dan mencari informasi di dalamnya.

Adegan 1: Masuk ke Gedung Tua

Ree mendekati gedung tua itu, yang tampak suram dan terpencil. Suara hujan bercampur dengan gemuruh petir, menambah aura misterius di sekelilingnya. Dengan senter di tangan, ia mulai menjelajahi ruangan-ruangan kosong yang dipenuhi debu dan cat mengelupas.

Saat memasuki salah satu ruangan, ia menemukan papan pengumuman yang penuh dengan foto-foto dan catatan kecil, semacam papan rencana yang tampaknya pernah digunakan Erik dan Vivian. Di sana, terdapat berbagai foto kegiatan mereka, catatan transaksi, dan inisial yang terhubung dengan bisnis gelap.

Namun, satu hal yang menarik perhatiannya adalah sebuah surat yang belum selesai, tampaknya ditulis oleh Erik. Dalam surat itu, Erik menulis tentang "keputusan sulit" dan "harapan untuk kehidupan baru." Ada juga catatan kecil di ujung surat itu yang bertuliskan: "Untuk Noi."

"Erik benar-benar berusaha keluar dari kehidupan ini," batin Ree. "Tapi apa yang membuatnya tetap terjebak?"

---

Adegan 2: Pertemuan dengan Sumber Informasi Misterius

Saat Ree keluar dari gedung tua, seorang pria misterius muncul dari balik bayangan. Pria itu mengenakan mantel hitam dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Ree segera mengarahkan senter ke arahnya.

Pria Misterius: "Tenang, Detektif. Saya hanya ingin membantu."

Ree: "Siapa Anda? Dan bagaimana Anda tahu saya ada di sini?"

Pria itu tersenyum tipis. "Kita berada di dunia yang kecil, Detektif. Erik adalah teman lama saya, dan saya tahu dia mencoba meninggalkan sesuatu yang besar. Vivian tidak akan membiarkan dia pergi begitu saja."

Ree: "Apa yang Anda ketahui tentang Vivian Darmawan?"

Pria Misterius: "Vivian itu berbahaya. Dia memiliki koneksi yang lebih besar dari yang Anda bayangkan. Semua orang yang mencoba mengkhianatinya tidak pernah berhasil bertahan. Erik membuat kesalahan besar ketika mencoba lepas darinya."

Ree mengamati pria itu dengan penuh kewaspadaan, tetapi ia tahu bahwa informasi ini penting untuk keselamatannya dan untuk kasus ini.

Ree: "Apa yang dia lakukan kepada Erik?"

Pria Misterius: "Saya tidak tahu detailnya. Tapi Erik memiliki sesuatu yang sangat penting yang membuat Vivian merasa terancam. Mungkin itu satu-satunya harapan Anda untuk menemukannya."

Setelah berkata demikian, pria itu segera berbalik dan menghilang di tengah hujan, meninggalkan Ree dalam kebingungan.

---

Adegan 3: Kembali ke Kantor dan Rasa yang Berkembang

Kembali di kantornya, Ree memutuskan untuk merenungkan semua yang ia temukan. Surat dari Erik untuk Noi, informasi tentang Vivian, dan ancaman yang terus membayangi kasus ini semakin membuatnya sadar akan besarnya risiko yang ia hadapi. Namun, ada sesuatu yang terus mendorongnya untuk tidak menyerah---Noi.

Tanpa ia sadari, perasaan terhadap Noi semakin dalam, dan ia harus mengendalikan dirinya. Ree menghela napas panjang, mengingat masa lalunya, di mana dia pernah terlena oleh hubungan yang tidak mungkin. Kali ini, ia tidak bisa membiarkan emosinya menguasai akal sehatnya.

Namun, saat memikirkan Noi, Ree teringat ekspresi ketakutan dan kesungguhan di matanya. Dia tahu bahwa wanita itu tidak hanya membutuhkan kebenaran tentang Erik, tetapi juga rasa aman yang tidak pernah ia dapatkan.

---

Adegan 4: Konfrontasi Pertama dengan Vivian

Keesokan harinya, Ree menerima pesan singkat yang tampaknya berasal dari Vivian. Pesan itu singkat, namun sangat jelas: "Berhenti mencari Erik, atau aku yang akan mencarimu."

Ree hanya tersenyum kecil, merasa bahwa ancaman ini justru menjadi tanda bahwa ia semakin dekat dengan kebenaran. Dalam hatinya, ia siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Tak lama setelah itu, ia memutuskan untuk mencoba menemukan Vivian langsung. Dengan informasi yang dia dapatkan dari pria misterius tadi, ia mendatangi sebuah klub eksklusif yang sering dikunjungi oleh kalangan atas. Di sana, Ree akhirnya melihat sosok wanita yang pernah menjadi bagian hidup Erik.

Vivian, dengan kecantikan yang menakutkan dan aura dingin, memperhatikannya dari kejauhan. Ia tahu bahwa Ree adalah detektif yang mencari Erik, namun Vivian tampak tidak terganggu. Dia malah tersenyum tipis, seolah mengatakan bahwa Ree tidak lebih dari sekadar gangguan kecil.

Vivian: "Jadi, kau detektif yang mengganggu pekerjaanku?"

Ree: "Aku hanya mencari jawaban. Tentang Erik. Tentang apa yang terjadi."

Vivian mengamati Ree dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan ekspresi meremehkan.

Vivian: "Jawaban? Orang seperti Erik sudah membuat pilihan. Kalau kau bijak, kau akan berhenti di sini."

Ree: "Dan kalau aku tidak berhenti?"

Vivian tersenyum licik. "Kalau begitu, mungkin kau akan segera tahu betapa berbahayanya orang yang kau hadapi."

Ree tetap tenang di hadapannya, meskipun ia bisa merasakan aura dingin dan ancaman yang kuat dari Vivian. Setelah pertemuan itu, Ree semakin yakin bahwa dia berada di jalur yang benar, meskipun ancaman dari wanita itu semakin nyata.

---

Adegan 5: Pesan Tersembunyi di Surat Erik

Setelah pertemuan dengan Vivian, Ree kembali membaca surat Erik yang ditinggalkannya di gedung tua. Ia memperhatikan sesuatu yang aneh---sebuah pola dalam huruf tertentu yang ditebalkan. Dengan cermat, Ree menghubungkan kata-kata itu, yang ternyata membentuk kalimat tersembunyi: "Hanya kepercayaan yang akan membawamu ke tempatku."

Ree merenung. Erik mungkin telah meninggalkan petunjuk bagi Noi, atau bagi siapa pun yang benar-benar peduli padanya. Dengan cepat, ia menghubungi Noi untuk memberi tahu tentang petunjuk ini dan berharap menemukan tempat rahasia di mana Erik mungkin bersembunyi atau meninggalkan sesuatu yang penting.

Noi: "Apakah itu berarti dia masih hidup, Ree?"

Ree: "Aku tidak bisa memastikan. Tapi petunjuk ini mungkin membawa kita selangkah lebih dekat."

Noi mengangguk dengan penuh harap, sementara Ree merasa semakin terikat oleh emosi yang tumbuh di dalam hatinya. Dia tahu bahwa kasus ini tidak lagi hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tentang menyelamatkan seorang wanita yang diam-diam telah mengubah hidupnya.

---

Ketegangan antara Ree dan Vivian semakin memuncak, sementara petunjuk-petunjuk baru mengarah pada jejak yang mungkin membawa mereka ke lokasi Erik yang sebenarnya. Ree kini berada dalam dilema---melanjutkan pencarian dengan risiko besar, atau menarik diri sebelum perasaannya kepada Noi mengaburkan profesionalismenya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun