Ucapan sederhana itu terdengar begitu besar artinya bagi saya. Anak ini, di usianya yang masih belia, telah memiliki tekad mulia untuk berjuang tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi masyarakat sekitarnya.
Tak terasa, kami sudah hampir tiba di jalan masuk menuju kampungnya. Dia turun dengan hati-hati dari motor, lalu menatap saya sambil tersenyum.
"Terima kasih, Pak. Sudah beri saya tumpangan," katanya tulus.
Saya membalas senyum itu dan berpesan, "Tetap semangat ya, teruskan cita-citamu."
Dia mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya menuju rumah, melawan terik dengan tekad yang tak tergoyahkan. Di sepanjang perjalanan pulang, pikiranku terus dihantui oleh sosoknya. Seorang anak sederhana dari kampung yang jauh, yang tetap berani bermimpi dan melangkah teguh demi pendidikan.
Malam itu, saya memikirkan kembali perjalanan singkat yang penuh makna itu. Bahwa terkadang, kita tidak butuh fasilitas lengkap atau kemudahan untuk berjuang dan berprestasi. Seperti anak itu, kita hanya perlu keberanian dan kemauan keras untuk terus melangkah, meski di bawah panas dan debu yang membara.
Setiap langkah kecilnya adalah perjalanan menuju masa depan yang lebih baik --- bukan hanya bagi dirinya, tetapi bagi kampungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H