Mohon tunggu...
refmaanfasa
refmaanfasa Mohon Tunggu... Penulis - Refma's Blog

be professional

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Dasar-dasar Persiapan Pernikahan serta Pertanyaan Seputar Pernikahan

1 Juni 2023   13:10 Diperbarui: 2 Juni 2023   11:15 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan adalah salah satu bagian dari kehidupan. Namun, tidak semua orang memilih untuk menikah. Sekalipun mereka memilih untuk menikah, akan ada ribuan pertanyaan yang hadir di kepala mereka. Sebenarnya, persepsi tentang pernikahan itu tergantung bagaimana cara kita menanggapinya, karena pernikahan adalah salah satu langkah seseorang keluar dari zona nyaman, tentunya akan ada banyak tanggung jawab baru. Menikah adalah sebagian dari kebutuhan manusia setelah makan. Kebutuhan seksual dan bersosialisasi karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan dukungan dan kenyamanan satu sama lain. Ada banyak pertanyaan seputar pernikahan.

# Untuk apa menikah?

Perkara pernikahan memiliki banyak persepsi di setiap kepala manusia. Lantas, sebenarnya untuk apa menikah? Harta sudah punya, relasi sudah punya, pekerjaan bagus sudah punya. Untuk apa menikah? Yup, mencari ketenangan hidup, karena itulah bisa disebut dengan separuh agama dan surga dunia (dalam Islam).

Lalu, bagaimana dengan mereka yang pekerjaannya pas-pasan, relasinya ngga luas, harta juga ngga punya, warisan apa lagi. Buat apa? Yup, mereka ingin menyatukan dunia mereka, mereka ingin menyatukan impian dan karya mereka agar besar dan melangit, mereka ingin membangun tim yang kuat untuk menebar banyak manfaat, pada tujuan intinya adalah mencari ketenangan hidup.

Kalau dipikir kembali, tidak semua manusia dipertemukan itu secara kebetulan. Dua manusia yang dipertemukan untuk saling belajar, menahan ego masing-masing, saling menyembuhkan luka terdalam, agar juga mereka bisa belajar memaafkan diri mereka sendiri.

Di dalam Islam, hal yang sangat rumit di kepala manusia itu diindahkan, dimudahkan dan dipahalakan. Mungkin dalam lingkup rumah tangga, perempuan dan laki-laki diarahkan dengan segala peta yang ada di dunia untuk saling mendukung, menguatkan, saling belajar, saling memahami. Untuk apa? Mencari ketenangan hidup.

# Bagaimana peranan laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga?

Ada 4 peran dalam pernikahan, yaitu:
1. Publik.
2. Domestik.
3. Produksi.
4. Reproduksi.

Mungkin ada beberapa yang janggal dalam pemikiran manusia mengenai pembagian tugas rumah tangga di 4 poin tersebut.

Langkah yang pertama adalah pihak yang bersangkutan harus saling mengenal dan menciptakan komunikasi yang sehat. Komunikasikan dengan pihak yang bersangkutan dengan 4 peranan tersebut. Sehingga akan terjadi saling mengerti, saling memahami potensi masing-masing. Dengan begitu, pihak yang bersangkutan akan saling belajar dan pada akhirnya akan saling memberikan kenyamanan sebagai salah satu kebutuhan hidup menurut Abraham Maslow.

Poin-poin yang perlu dieksekusi:
1. Buatlah daftar kebutuhan dan keinginan yang bisa diberikan oleh pasangan.
2. Buatlah daftar kekurangan yang tidak bisa dipenuhi untuk pasangan.
3. Pasangkan kebutuhan dan aksi yang bisa dilakukan.
4. Lakukan negosiasi apabila ada pihak yang keberatan.
5. Lakukanlah dengan totalitas untuk saling mendukung bukan untuk saling merendahkan.
6. Dengan begitu, pasangan akan saling mengkomunikasikan impian apa yang ingin diwujudkan. Sehingga akan lebih mudah untuk merealisasikan impian bersama.

Langkah kedua adalah aksi totalitas. Ingat! Dua pasangan adalah tim yang harus kuat, kuat untuk saling mendukung dan belajar. Di peran tersebut jangan sampai ada yang merasa berat sebelah. Bila ada, langsung dikomunikasikan dengan baik dan sehat.

# Bagaimana dengan pernikahan dengan segala permasalahannya?

Ada beberapa permasalahan dalam rumah tangga yang diliput oleh blog kementrian kesehatan, yaitu:
1. Perbedaan pendapat
2. Finansial
3. Kurang percaya kepada pasangan
4. Perbedaan pola asuh anak
5. Kekerasan dalam rumah tangga
6. Belum memiliki anak
7. Intervensi mertua
8. Komunikasi

Penyelesaian masalah memiliki banyak cara, yang pertama adalah mencegah konflik dan yang kedua adalah mengatasi konflik. Nah, di sini kita akan fokus terhadap bagaimana mencegah masalah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah masalah yaitu: 

1. Komunikasikan segala hal dengan pasangan dan mulai bangun kepercayaan satu sama lain.
2. Mengenali kekurangan dan kelebihan pasangan.
3. Mengenali dan menjalankan tugas bersama pasangan sesuai yang dikomunikasikan .
4. Saling melengkapi kekurangan satu sama lain.
5. Utamakan untuk menyelesaikan masalah berdua saja, cukup dengan pasangan. Jangan sampai masalah berdua didengar oleh orang lain, sekalipun orang tua. Jika butuh orang ketiga, maka perlu disepakati diantara kedua belah pihak.

Sehingga, apapun masalahnya, pasangan akan tetap kuat karena saling mendukung, melengkapi satu sama lain.

# Apa saja yang perlu dipersiapkan?


1. Komitmen beserta aksinya.
Berkomitmen bukanlah sesuatu yang mudah apalagi berkomitmen dalam pernikahan. Kita akan menghabiskan sisa hidup kita bersama seseorang yang kita pilih sebagai pasangan kita, karena itulah komitmen harus didasari dengan aksi dan data sebagai pembuktian bahwa adanya keseriusan, komitmen ini bisa dibuktikan dengan bukti nyata yang dia ucapkan.

2. Wawasan tentang pengalaman pernikahan.
Sebelum kita memastikan kualitas pasangan kita, kita harus membuka wawasan tentang pernikahan, agar kita bisa meningkatkan kualitas diri dalam pengetahuan baru tentang pernikahan. Kita juga harus siap menerima segala pengalaman yang ada di dalam pernikahan, dari mulai komunikasi, saling memberi kebutuhan satu sama lain, saling memberi rasa nyaman satu sama lain, pada intinya adalah saling bertanggung jawab satu sama lain.

3. Finansial dan dedikasi diri (dana pensiun, kesehatan, dan dana pendidikan anak).
Ini menjadi salah satu yang perlu dipersiapkan karena poin ini juga menjadi salah satu sumber konflik pada umumnya. Sebenarnya, yang dibutuhkan dari peranan tanggung jawab laki-laki adalah ketika dia berusaha memberi dedikasi tinggi untuk keluarganya, mau berusaha untuk bertanggung jawab secara finansial, moral, dan psikis. Ada banyak cara untuk meningkatkan kualitas dalam finansial. Salah satu caranya adalah investasi, dengan berinvestasi keluarga bisa memiliki dana pensiun, dana kesehatan, dan dana pendidikan anak. Untuk selebihnya bisa digunakan sebagai dana kebutuhan sehari-hari dan dana darurat. Bagian tanggung jawan moral dan psikis itu bagaimana bentuk pasangan saling memberi ketenangan dan kenyamanan dalam rumah tangga, karena rumah dan keluarga menjadi tempat untuk pulang dan membangun rasa nyaman. 


4. Program memiliki anak.
Apabila terjadi permasalahan reproduksi, segera konsultasikan ke dokter untuk mencari solusinya. Apabila tidak ada, bisa diskusikan dengan pasangan mengenai jarak dari anak satu ke anak lainnya dan jumlah anak karena berkaitan dengan pendidikan anak.  Sehingga bisa didiskusikan mengenai alat kontrasepsi sebagai alat pembantu program kehamilan baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Atau bahkan bisa menjalankan program KB alami. Jangan sampai ada yang berat sebelah. Itu menunjukan tidak sehatnya komunikasi pasangan.

5. Parenting dan sex education.
Sebelum memiliki anak, pasangan harus memperluas pengetahuan mengenai ilmu mengasuh anak dan pendidikan seks untuk mendidik anak. Mengasuh dan mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah, karena ini sangat berkaitan dengan tugas orang tua dalam mengurus rumah tangga. Menjadi ibu tumah tangga bukanlah sesuatu yang mudah. Mengurus suami, anak, dan hartanya. Yang perlu diketahui dan diluruskan adalah mendidik anak bukanlah hanya tugas seorang ibu, melainkan kedua belah pihak pasangan. Sehingga, dari pihak suami maupun istri harus belajar, menambah wawasan, dan mempraktikannya bersama di kehidupan rumah tangga melalui komunikasi yang sehat.

Dapat kita simpulkan bahwa persepsi mengenai pernikahan itu sangat beragam. Bagaimana pun cara pandangnya, baik pernikahan yang memiliki makna positif maupun negatif, hanya bisa dilihat bagaimana cara pasangan tersebut mengatasinya. Konflik dalam pernikahan adalah salah satu bumbu dalam kehidupan, dengan konflik pasangan bisa saling mengerti satu sama lain dan menemukan cara mereka untuk berdamai.

Penulis: Refma Anfasa Mulya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun