Kegiatan ini bersifat netral dan menghindari sikap sengaja memojokkan pihak lain. Walaupun demikian, ada kemungkinan perspektif jurnalistik digunakan secara subjektif untuk kepentingan propaganda dengan tujuan akhir mengubah kebijakan dan kepentingan satu negara atau memperlemah posisi negara lawan atau negara lain yang dipandang tidak/kurang bersahabat (Mohammad Shoelhi, 2009).
Peran media
Pada abad ke 19 komunikasi internasional yang dilakukan oleh suatu negara merupakan pertukaran informasi untuk kepentingan negaranya dan dibarengi keuntungan bersama melalui surat kabarlah informasi itu tersebar.
Radio mulai muncul dan negara barat yang pertama kali memahami transmisi suara manusia pada tahun 1902. Pada saat itu juga radio menjadi sasaran empuk untuk melakukan propaganda serta dimanfaatkan sepenuhnya oleh militer barat.
Peran media sangatlah signifikan dalam memberikan sebuah informasi kepada publik, hal itu tidak terlepas dari adanya kepentingan dari suatu negara dalam menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.
Dalam kasus ini kita bisa melihat apa yang dilakukan donald trump ketika memutuskan bahwa yerusalem ibu kota israel. Penuh dengan kontroversi namun kembali lagi kita melihat bahwa peran dari media, sehingga dari negara lain pun dapat mengetahui informasi penting itu.
Peran media pun tidak hanya berdampak positif, akan tetapi peran media bisa menjadi negatif tergantung seperti apa kita memanfaatkannya dalam menyampaikan informasi. Salah satu hal yang dimanfaatkan dari media adalah propaganda. Dalam hal ini media yang digunakan yaitu radio. Selama perang dunia pertama, kekuatan radio dengan cepat diakui sebagai penting baik bagi manajemen opini publik di rumah dan propaganda di luar negeri.Â
Kepala Kementerian Propaganda Hitler, Josef Goebbels, percaya pada kekuatan penyiaran radio sebagai alat propaganda. "Siaran nyata adalah propaganda sejati. Propaganda berarti bertarung di semua medan perang roh, menghasilkan, melipatgandakan, menghancurkan, memusnahkan, membangun, dan menghancurkan. Propaganda kita ditentukan oleh apa yang kita sebut ras, darah, dan bangsa Jerman" (Hale, 1975: 2).
Jika kita melihat komunikasi internasional secara luas maka komunikasi internasional  dipelajari dari berbagai macam perspektif seperti jurnalistik, diplomatik, propagandistik, kulturalistik, dan bisnis. Di indonesia sendiri, memanfaatkan komunikasi internasional melalui banyak perspektif. Karena negara kita masih berkembang sehingga semua perspektif itu bisa dilakukan.
Pentingnya kesadaran bagi kita bahwa semua informasi yang tersebar luas di berbagai media cetak ataupun online kita harus seleksi terlebih dahulu informasi yang kita serap agar hal negatif pun tidak dikonsumsi. Karena batasan media online pun kini tak terbendung arahnya. Maka tak jarang ketika kita membaca artikel yang cenderung melakukan propaganda terhadap negara kita saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H