Mohon tunggu...
Reffi Dhinar
Reffi Dhinar Mohon Tunggu... -

Japanese Interpreter and Content Writer. Penulis novel Triangle's Destiny dan kumpulan puisi Menyulam Senja, Smart Kokila, Promise (Bentang Pustaka, ebook), blogger di wordholic.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Kuliner - Cokelat Penentu

6 Juni 2016   22:37 Diperbarui: 6 Juni 2016   22:50 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Fiksiana"][/caption]

 

Aku menimbang-nimbang. Apakah perlu diriku berdesak-desakan di sebuah toko dengan desain pink norak itu? Jalanan Shibuya di sore hari sudah dipenuhi perempuan yang akan berburu cokelat, karena esok hari adalah valentine day.

“Sebaiknya kamu harus membeli cokelat untuk Tanaka-kun. Kokuhaku shite (Nyatakan perasaanmu)!” Kata Momoko, sahabat baikku semenjak pertama kali aku menginjakkan kaki di Tokyo.

Cokelat adalah camilan favoritku dan syukurnya meski hobi mengemil cokelat, tubuhku dikaruniai gen susah gemuk. Tetapi kalau dalam urusan seperti ini, sebaiknya apa yang harus aku lakukan? Aku merasa sangat geli membayangkan harus berebutan membeli cokelat atau bahan untuk membuat cokelat terbaik lantas memberikannya begitu saja untuk seorang pria. Kalau dalam urusan cinta, kenapa orang Jepang begini ribetnya?

Beberapa langkah lagi, dan akhirnya di sinilah aku sekarang. Di tengah toko cokelat yang mayoritas diberi ornamen pink, warna yang sangat kubenci. Pink terlalu menyolok di mataku, kenapa val day tidak dihiasi warna biru? Bukankah biru itu lebih menenangkan jiwa juga?

“Saya mau beli satu dark chocolate yang paling bagus kualitasnya di sini,” kataku berusaha terlihat percaya diri.

“Oke, ini yang paling bagus dan harganya cukup mahal, sekitar 1000 yen,” kata penjaga toko. Ia melayaniku dengan efisien karena pembeli lain sudah berteriak untuk meminta bantuannya.

Kutimang-timang dark chocolate yang sudah kubeli dengan sisa uang sakuku. Ah, arubaitoku baru dimulai minggu depan, jadi praktis beberapa hari ke depan aku harus berpuasa.

Rasa-rasanya ingin kuperlambat jarum jam di dunia. Atau jika bisa kuhapus saja valentine day, val day atau hari kasih sayang kampret itu supaya tidak membuatku bingung. Masa perempuan yang menyatakan perasaan pada laki-laki? Ini sudah melanggar prinsip dan harga diriku selama 23 tahun.

Jadi ketika di hari kasih sayang ini semua perempuan sudah berdiri penuh ketegangan, menunggu saat pemberian cokelat untuk pujaan atau pria idola mereka, aku hanya duduk di atap kampus, masih menimang-nimang cokelat yang akan kuberikan.

“Maya-chan, kau ada di sini? Dari tadi aku sudah mencari-carimu, rupanya kamu malah bersembunyi di sini.” Tanaka-kun mengejutkanku dengan suara bassnya,”ya, ini memang tempat favoritmu. Jadi, kamu mau memberiku cokelat tidak?” godanya.

Aku menyambutnya dengan senyum lebar,”Ini, dark chocolate ini memang untukmu, Tanaka-kun,” sergahku dalam satu tarikan nafas.

Tanpa pernyataan cinta, Tanaka-kun pasti sudah tahu apa maksudku. Dengan tersenyum jenaka, ia membuka bungkus cokelat lalu mengunyahnya perlahan.

“Selamat menempuh hidup baru, Tanaka-kun,” ujarku.

Mata Tanaka-kun melotot. Kedua tangannya memegang leher seperti sedang kesakitan. Dalam hitungan detik, tubuh jangkungnya jatuh menyisakan gelepar serta mulut berbusa.

“Bagaimana rasanya? Aku tidak perlu menunggu white day untuk mengetahui jawabanmu,” kataku tenang, sembari menyeret tubuh itu ke gudang perlengkapan.

Ini adalah cokelat penentu. Dan hasil akhirnya bukanlah Tanaka-kun yang menentukan, melainkan aku. Aku juga tak akan lupa dengan percakapan Takeru-senpai dengan Tanaka-kun beberapa hari lalu di lorong kampus, tanpa sadar jika aku sedang menguping di balik pintu laboratorium.

“Kamu sudah tidur dengan Maya-chan? Bagaimana rasanya? Rasa perempuan Indonesia apakah mantap?” Takeru-senpai memulai obrolan.

“Rasanya? Ah sulit dikatakan. Bisa dibilang kalau Maya-chan itu tergila-gila padaku,”sahut Tanaka-kun.

“Kalau dia memberimu cokelat di hari val day, apa responmu?”

“Lihat saja jawabannya di waktu white day, bisa saja dia kujadikan kekasih, bisa jadi hanya kujadikan teman kencan. Lagipula, dia juga ikut menikmati bukan?”

Dua orang bejat itu terbahak-bahak gembira. Aku salah mencintai lagi dan kali ini fatal akhirnya. Semua harta berhargaku telah kuberikan pada si brengsek Tanaka.
Jadi mati itu cukup setimpal untuknya, bukan?

 

 

 

Note:
-kun: panggilan akrab untuk anak laki-laki atau teman laki-laki akrab
-chan: panggilan akrab untuk anak kecil atau anak perempuan
-senpai: panggilan untuk senior
Arubaito: part time job
Valentine day di Jepang: Tiap val day, perempuan akan menyampaikan perasaan atau kekaguman pada pria yang disukai lewat cokelat, terutama cokelat buatan sendiri.
White day: pada 14 Maret, sebulan setelah val day, pria akan membalas pengakuan cinta perempuan yang menyukainya dengan memberikan barang sebagai simbol persahabatan, cinta atau penolakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun