Tya mengaku, jika ide mangkok pangsit ini didapat dari tahun 2013 yang lalu. Ketika dirinya sering jajan mie ayam di tempat sahabatnya berjualan. Namun entah mengapa, setelah kepulangannya yang terakhir tahun lalu mie ayam tersebut sudah tidak berjualan lagi. Setelah mengikuti PDM bakso dari Mandiri Sahabatku ini, maka Tya pun menghadirkan kembali menu mie ayam di warung nakso Adinda. Dan yang lebih menarik adalah, meskipun bakso Adinda adalah usaha baru, Tya sudah bisa mempekerjakan seorang karyawan di warung baksonya. Karyawan tersebut adalah pemilik warung mie ayam dengan mangkok yang bisa dimakan langganan Tya, yang sekarang menunya sudah bisa dinikmati di bakso Adinda. Untuk harga seporsi mie ayam yang mangkoknya bisa dimakan Tya memasok harga rp.10.000 dan rp. 13.000 jika mie ayamnya ditambah bakso. Sementara untuk mie ayam biasa dipasok harga rp.7.000/porsi.
Bukan saja menciptakan lapangan kerja bagi orang sekitar, Tya juga bisa memanfaatkan keunikan suatu menu tertentu yang sudah tidak ada agar bisa dinikmati kembali oleh banyak orang. Sosok Tya bagi BMI Hong Kong tentu sudah tidak asing lagi khususnya di BMI Syariah. Organisasi BMI yang berbasis pada koperasi untuk BMI dan oleh BMI. Selain sebagai aktif menjadi penulis di Koran Indonesia Hong Kong, Tya juga sebagai ketua BMI Syariah perwakilan HK tahun 2014-2015. Setelah kepulangannya ke kampung halaman, Tya menjadi pengelola BMI Mart di Weleri. Yaitu, minimarket yang dibangun secara bersama-sama oleh para BMI yang bergabung di koperasi BMI Syariah.
Sukses dengan petualangannya di Negeri Beton, Tya kini pun menorehkan sukses di kampung halamannya dan berhasil mendulang rupiah di tengah keluarga tercinta. Harapan ke depannya dari sososk Tya adalah, semoga bisa membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan bisa membantu keluarga serta bisa berbagi pengalaman dengan teman-teman BMI.
“Jangan pernah takut memulai usaha, kalau kita tidak memulai kita tidak akan pernah merasakan kegagalan dan kesuksesan” tutur Tya di akhir percakapannya dengan penulis.
Demikianlah kisah sukses salah satu sahabat mandiri dan sudah melakukan action di kampung halamannya. Menjadi hiu lautan dan tetap bisa berenang di antara kehangatan keluarga tercinta. Tak perlu meninggalkan anak dan suami selama bertahun-tahun di negeri rantau. Berbekal ilmu entrepreneurship dari kelas Mandiri Sahabatku serta kerja keras dan keyakinan pada Tuhan akan memberikan imbas perubahan pada kehidupan kita. Perubahan akan menjadi nyata jika kita mau memeprkecil gaya dan memperbesar usaha, tidak perlu banyak gaya tapi minim usaha. 5% ide baik, 95% action. (Reedha Pelangi*)