Regulator pertumbuhan tanaman, seperti asam giberelat dan sitokinin, digunakan untuk mengatur proses fisiologis pada tanaman, seperti percepatan pertumbuhan, pembungaan, dan pematangan buah. Kimia pertanian memungkinkan pembuatan hormon tanaman sintetis yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Kimia Pertanian dan Keberlanjutan Lingkungan
Salah satu tantangan utama dalam penerapan kimia pertanian adalah memastikan bahwa penggunaannya tidak merusak lingkungan. Pupuk, pestisida, dan herbisida yang digunakan secara berlebihan dapat mencemari air tanah, mengganggu ekosistem, dan merusak kesuburan tanah. Oleh karena itu, pendekatan pertanian berkelanjutan menjadi fokus utama dalam penelitian kimia pertanian.
Pendekatan ini mencakup:
 *Pengembangan Pupuk Organik: Pupuk organik berbasis mikroba dan kompos telah dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
 *Penggunaan Biopestisida: Biopestisida berbasis mikroorganisme atau ekstrak tumbuhan lebih aman bagi lingkungan dibandingkan pestisida sintetis.
 *Teknologi Precision Agriculture: Dengan bantuan teknologi seperti sensor tanah, aplikasi pupuk dan pestisida dapat dilakukan secara lebih efisien, mengurangi risiko pencemaran.
Kontribusi Kimia Pertanian terhadap Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah kemampuan suatu negara atau masyarakat untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduknya. Dalam konteks ini, kimia pertanian memainkan peran strategis dengan meningkatkan hasil panen dan mengurangi kehilangan produksi akibat hama, penyakit, atau perubahan iklim.
Misalnya, pengembangan benih yang diperkaya dengan lapisan nutrisi atau perlindungan kimia dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman. Selain itu, teknologi kimia juga memungkinkan penyimpanan hasil panen yang lebih baik dengan menggunakan bahan pengawet yang aman.
Tantangan dan Prospek Kimia Pertanian di Masa Depan