Mohon tunggu...
Hamid Redi
Hamid Redi Mohon Tunggu... Jurnalis - Literature Indonesian Student in Universitas Indonesia

Indonesian Literature student last semester with three internship experiences in Administration and librarianship positions as well as event manager in a large company and government. Have the ability to drafting and preparing cooperation documents, archive documents and books regularly manually and digitally, distribute products, compile reports, write descriptive articles, edit writings/works, book inventory, design competition events, and store documentation. Have the consistency to explore various things and new fields, especially media aspiring to have a career as a journalist.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musim Panen Buah Duku

15 Januari 2023   13:54 Diperbarui: 15 Januari 2023   14:22 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: swarnanews.co.id (Ilustrasi Keadaan)

Indonesia adalah negara kepulauan dengan keragaman hayatinya, banyak jenis tanaman yang tumbuh subur di tanah air ini seperti sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan umbi-umbian. 

Dengan adanya keanekaragaman tumbuhan ini tidak heran jika hal ini  turut membentuk sebuah kebudayaan di masyarakat setempat, kebudayaan ini pun sangat beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya seperti upacara syukuran, festival, karya seni, dan pameran. Bahkan terkadang tanaman yang dihasilkan di suatu daerah tertentu dapat menjadi ciri khas dan identitas daerah tersebut.

Hal tersebut juga terjadi di daerah tempat tinggal saya yaitu di Kabupaten Ogan Komering Ilir, masyarakat disini mempunyai sebuah tradisi turun temurun dimana setiap adanya kegiatan panen buah maka sanak saudara yang berada diluar daerah baik yang sedang kuliah, bekerja, tinggal, atau merantau akan pulang kampung untuk berkumpul bersama anggota keluarganya menikmati hasil panen bersama sambil bercerita.

Bahkan, ada juga yang sengaja pulang kampung memanfaatkan momen ini sebagai ladang ekonomi dimana dia pulang kampung untuk bekerja membantu memanen buah-buahan milik tetangganya dan ada juga yang sengaja pulang kampung untuk membeli hasil panen masyarakat sekitar yang kemudian dikirim ke kota besar untuk dijual kembali, tentu saat dijual ke kota harganya bisa naik berkali-kali lipat.

Musim panen ini biasanya hanya buah-buahan dan tanaman tertentu seperti duku, durian, dan padi. Dikeluarga saya pun ini terjadi dimana saudara-saudara dari Ubak (Panggilan untuk ayah dalam Bahasa Komering) dan Umak (Panggilan untuk ibu dalam Bahasa Komering)yang berada di luar kota datang ke rumah kami dan berkumpul bersama menikmati hasil panen. 

Umumnya musim panen buah di tempat tinggal saya bertahan selama dua minggu sampai satu bulan, hal ini terjadi karena setiap orang biasanya berbeda-beda waktu dan hari panennya. Bahkan, buah duku dalam satu kebun tidak dapat dipanen dalam sehari saja butuh waktu tiga sampai tujuh hari untuk menyelesaikan semuanya tergantung seberapa banyak pohon, letak, dan luas kebunnya.

Karena menyelesaikan panen membutuhkan waktu beberapa hari maka paman saya dan anggota keluarganya sering menginap juga walaupun tidak sampai selesai panen karena mereka juga ada pekerjaan dan kesibukan lainnya di kota, mereka datang biasanya sehari sebelum waktu memanen. 

Kemudian, esok harinya saat selesai shalat subuh kami menyiapkan perlengkapan panen seperti terpal, peti duku, paku, koran (sebagai penutup bagian atas duku di dalam petinya), dan peralatan makan siang di kebun, saat pagi harinya kami berangkat ke kebun untuk memulai kegiatan panen, biasanya disana sudah banyak orang yang menunggu, pekerjaan mereka biasanya beragam ada yang sebagai pemanjat pohonnya, pumoti (Orang yang memasukkan buah Duku dalam peti), dan pengangkut peti dari dan ke rumah. 

Kegiatan dimulai pukul 08.00 pagi sepupu saya yang masih kecil biasanya paling ribut karena berebut buah dukunya yang jatuh dari pohonnya sampai biasanya berakhir dengan menangis karena mendapat sedikit, walaupun sedikit mengganggu tetapi tingkah laku mereka turut membuat suasana di kebun menjadi ramai.

Paman dan ubak biasanya hanya memantau para pekerja yang memanen duku, sedangkan umak dan tante-tante saya membantu memasukkan buah duku kedalam peti. 

Biasanya kegiatan memanen duku ini berakhir sampai pukul 16.00 setiap harinya dan dilanjutkan besoknya jika belum selesai. Saat malam hari, ketika selesai mandi dan shalat isya keluarga kami berkumpul diruang tamu bercerita tentang pekerjaan mereka di kota dan kegiatan seharian tadi, saat jam tidur banyak kasur yang berjejer di ruang tamu karena di rumah saya hanya sedikit kamarnya dan mereka  harus di ruang tamu. 

Pemandangan berjejernya kasur diruang tamu ini adalah pemandangan yang paling saya sukai karena sangat unik, momen seperti ini hampir mirip dengan kondisi keluarga besar saya saat lebaran hanya berbeda pada ragam makanan yang disajikan, saat lebaran biasanya yang disajikan yaitu opor, rendang, ketupat, dan soto. Namun, ketika berkumpul musim panen yang dominan adalah buah-buahan yang sedang dipanen saat itu misalnya duku, durian, manggis dan makanan ringan lainnya

Setelah pulang dari tempat kami biasanya paman saya dan keluarga yang lain membawa beberapa peti untuk dibawa ke rumah mereka sebagai makanan ringan dan oleh-oleh. Kemudian, ketika sampai mereka juga sering membagikan beberapa untuk tetangga sekitar rumah mereka. Menurut masyarakat di luar daerah, daerah  kami ini merupakan penghasil jenis duku yang paling manis dan baik dari segi rasa dan kualitasnya. Tidak heran ketika musim panen datang pasokan permintaan barang sangat banyak, sampai seketika sering kekurangan stok untuk dikirim ke luar daerah. 

Kebiasaan ini telah menjadi budaya yang turun temurun di keluarga kami maupun masyarakat sekitar, banyak hal positif yang kami ambil dengan hadirnya kebudayaan berkumpul ini seperti menjadi wadah untuk bersilaturahmi sesama anggota keluarga dan masyarakat, menjadi waktu untuk beristirahat dari sibuknya bekerja, sebagai ladang ekonomi masyarakat dan pemerintah, dan wadah bersyukur kepada tuhan dan alam atas nikmat yang diberikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun