Indonesia adalah negara kepulauan dengan keragaman hayatinya, banyak jenis tanaman yang tumbuh subur di tanah air ini seperti sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan umbi-umbian.Â
Dengan adanya keanekaragaman tumbuhan ini tidak heran jika hal ini  turut membentuk sebuah kebudayaan di masyarakat setempat, kebudayaan ini pun sangat beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya seperti upacara syukuran, festival, karya seni, dan pameran. Bahkan terkadang tanaman yang dihasilkan di suatu daerah tertentu dapat menjadi ciri khas dan identitas daerah tersebut.
Hal tersebut juga terjadi di daerah tempat tinggal saya yaitu di Kabupaten Ogan Komering Ilir, masyarakat disini mempunyai sebuah tradisi turun temurun dimana setiap adanya kegiatan panen buah maka sanak saudara yang berada diluar daerah baik yang sedang kuliah, bekerja, tinggal, atau merantau akan pulang kampung untuk berkumpul bersama anggota keluarganya menikmati hasil panen bersama sambil bercerita.
Bahkan, ada juga yang sengaja pulang kampung memanfaatkan momen ini sebagai ladang ekonomi dimana dia pulang kampung untuk bekerja membantu memanen buah-buahan milik tetangganya dan ada juga yang sengaja pulang kampung untuk membeli hasil panen masyarakat sekitar yang kemudian dikirim ke kota besar untuk dijual kembali, tentu saat dijual ke kota harganya bisa naik berkali-kali lipat.
Musim panen ini biasanya hanya buah-buahan dan tanaman tertentu seperti duku, durian, dan padi. Dikeluarga saya pun ini terjadi dimana saudara-saudara dari Ubak (Panggilan untuk ayah dalam Bahasa Komering) dan Umak (Panggilan untuk ibu dalam Bahasa Komering)yang berada di luar kota datang ke rumah kami dan berkumpul bersama menikmati hasil panen.Â
Umumnya musim panen buah di tempat tinggal saya bertahan selama dua minggu sampai satu bulan, hal ini terjadi karena setiap orang biasanya berbeda-beda waktu dan hari panennya. Bahkan, buah duku dalam satu kebun tidak dapat dipanen dalam sehari saja butuh waktu tiga sampai tujuh hari untuk menyelesaikan semuanya tergantung seberapa banyak pohon, letak, dan luas kebunnya.
Karena menyelesaikan panen membutuhkan waktu beberapa hari maka paman saya dan anggota keluarganya sering menginap juga walaupun tidak sampai selesai panen karena mereka juga ada pekerjaan dan kesibukan lainnya di kota, mereka datang biasanya sehari sebelum waktu memanen.Â
Kemudian, esok harinya saat selesai shalat subuh kami menyiapkan perlengkapan panen seperti terpal, peti duku, paku, koran (sebagai penutup bagian atas duku di dalam petinya), dan peralatan makan siang di kebun, saat pagi harinya kami berangkat ke kebun untuk memulai kegiatan panen, biasanya disana sudah banyak orang yang menunggu, pekerjaan mereka biasanya beragam ada yang sebagai pemanjat pohonnya, pumoti (Orang yang memasukkan buah Duku dalam peti), dan pengangkut peti dari dan ke rumah.Â
Kegiatan dimulai pukul 08.00 pagi sepupu saya yang masih kecil biasanya paling ribut karena berebut buah dukunya yang jatuh dari pohonnya sampai biasanya berakhir dengan menangis karena mendapat sedikit, walaupun sedikit mengganggu tetapi tingkah laku mereka turut membuat suasana di kebun menjadi ramai.
Paman dan ubak biasanya hanya memantau para pekerja yang memanen duku, sedangkan umak dan tante-tante saya membantu memasukkan buah duku kedalam peti.Â