Masa depan jurnalisme di Indonesia semakin menarik di era digital. Perubahan teknologi dan perilaku konsumen informasi menuntut transformasi dalam industri ini. Artikel ini akan menjelajahi peran jurnalisme dan perubahan yang dibutuhkan untuk kelangsungan profesinya.
Apa yang Anda rasakan saat membaca paragraf pertama di atas? Apakah Anda merasa ada yang janggal dari paragraf di atas? Paragraf pertama tersebut sepenuhnya ditulis oleh mesin kecerdasan buatan (AI).
Perkembangan Web 3.0 memunculkan AI yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Munculnya AI ini membawa banyak sekali perubahan dalam hidup manusia. AI bisa membawa perubahan positif dan negatif.
Perubahan tersebut juga membawa arus baru pada dunia jurnalisme multimedia. Jurnalis mendapatkan tantangan baru dengan munculnya AI ini. Entah jurnalis yang termakan atau memakan AI ini.
NewsGPT sebuah laman berita pertama yang sepenuhnya ditulis oleh AI. NewsGPT ini dikembangkan oleh developer yang membuat ChatGPT. Munculnya laman ini tentu juga menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis manusia.
NewsGPT bekerja dengan cara memindai berbagai data relevan secara real-time. NewsGPT kemudian mengolah data-data tersebut untuk membuat berita akurat dan terkini. Semua ini dibantu oleh teknologi pemrosesan bahasa alami dan program kecerdasan buatan.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh jurnalis masa depan untuk menghadapinya? Jurnalis memiliki musuh alami dalam penulisan suatu berita. Musuh tersebut adalah waktu.
Jurnalis memiliki waktu yang terbatas untuk bisa menyajikan berita secepat mungkin. Oleh karena itu, mesin AI dapat membantu pekerjaan jurnalis di masa depan. Jurnalis bisa mendapatkan data relevan dalam waktu singkat dengan bantuan AI.
AI bisa dengan mudah mendapatkan banyak sekali data dalam waktu singkat. AI bisa mendapatkan data-data tersebut dari berbagai tempat. Bahkan hingga area-area yang sulit dijamah oleh jurnalis manusia.
Bayangkan suatu tugas pengumpulan data oleh jurnalis manusia yang memakan waktu satu jam. AI bisa memangkas waktu tersebut dari satu jam menjadi satu menit. Sungguh kemajuan yang luar biasa.
AI dapat digunakan sebagai pendekatan baru dalam penulisan produk jurnalistik (Marconi, 2020, h. 36). Â Hal ini seiring dengan perkembangan ekosistem media sosial yang makin masif. Ekosistem di mana teks, foto, dan video memberikan perspektif baru dari saksi mata di lapangan.
Ternyata sudah ada perusahaan yang menyediakan AI untuk memantau media sosial. Perusahaan tersebut adalah NewsWhip. Melansir dari laman resmi NewsWhip, perusahaan ini sudah berdiri sejak 2011.
NewsWhip menyediakan platform dan alat analitik yang digunakan oleh berbagai pihak, termasuk jurnalis. NewsWhip dapat melacak data dari lebih 100.000 sumber di internet. Mereka melacak berbagai situs berita dan media sosial secara real-time (Sawers, 2015).
Media di luar negeri sudah banyak yang memanfaatkan NewsWhip dalam penulisan beritanya. Media seperti Forbes, The Guardian, The Sunday Times, The Business Insider, hingga RollingStone sudah memanfaatkan NewsWhip. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa NewsWhip memang sudah terpercaya.
Jenis penulisan jurnalisme yang mengumpulkan data dari berbagai sumber ini disebut sebagai curative journalism (Widodo, 2020, h. 56). Data-data dari AI (NewsWhip misalnya) bisa diolah menjadi suatu produk jurnalistik. Beritagar, sekarang Lokadata, adalah salah satu situs berita curative journalism di Indonesia.
Mari kita ambil studi kasus dari salah satu berita yang diterbitkan Axios. Axios merupakan perusahaan media yang berasal dari Amerika. Anda dapat mengakses tautan beritanya di sini.
Axios menyajikan sebuah data grafik tingkat pembaca berita perang Rusia-Ukraina di Amerika Serikat. Dapat dilihat bahwa pembaca berita Rusia-Ukraina di Amerika Serikat mengalami penurunan. Data-data tersebut tentunya diambil dari berbagai sumber lalu diolah menjadi satu berita.
Data grafik yang disajikan oleh Axios tersebut didapatkan dari NewsWhip. NewsWhip mengonfirmasinya melalui laman resmi mereka.Â
Sejauh ini kita mengetahui betapa memudahkannya AI bagi jurnalis. Khususnya bagi para jurnalis di Indonesia. Jurnalis di Indonesia harus mulai bisa belajar tentang penggunaan teknologi AI ini.
Tetapi, perlu diingat juga bahwa AI ini hanya sebagai alat bantu. Seorang jurnalis tidak boleh sepenuhnya membebankan pekerjaannya pada AI. Hal ini karena AI bukan manusia yang memiliki perasaan.
Campur tangan jurnalis manusia sangat penting untuk menginterpretasikan hasil olahan data AI (Marconi, 2020, h. 40). Jurnalis harus mampu membuat benang merah dari kumpulan data tersebut. Pada akhirnya jurnalis manusialah yang menentukan data-data berharga.
Jurnalis harus membuat sebuah keputusan dari data-data berita yang dikumpulkan AI. Apakah dia harus mengejar atau meninggalkan berita tersebut. Semua pilihan jatuh ditangan sang jurnalis manusia.
Kelemahan lain dari AI adalah verifikasi atau cover both sides. Peran penting jurnalis manusia ada di sini, yaitu verifikasi data. Jurnalis di masa depan tidak boleh melupakan pentingnya cover both sides dalam teks jurnalistik.
Sudah kita ketahui betapa masifnya perkembangan AI hingga saat ini. Bahkan munculnya NewsGPT juga merupakan gebrakan bagi jurnalis. Jurnalis dipaksa belajar dan berinovasi agar bisa tetap relevan.
Penggunaan AI tentu mampu mempermudah pekerjaan jurnalis. Pengumpulan data dalam sekejap dan mencari informasi dari sumber tersulit sekalipun. Semuanya bisa menjadi alat bantu yang praktis bagi jurnalis.
Perlu diingat kembali bahwa AI tidak memiliki perasaan. Peran jurnalis manusia sangat penting dalam sebuah produk jurnalistik. Hanya jurnalis manusia yang mampu memberikan nilai humanis pada sebuah teks jurnalistik.
Referensi
Marconi, F. (2020). Newsmakers: Artificial intelligence and the future of journalism. New York: Columbia University Press.
Sawers, P. (2015, Februari 7). How newswhip helps newsrooms track the web's top-trending stories. VentureBeat. Diakses pada 20 Oktober 2023, dari https://venturebeat.com/media/how-newswhip-helps-newsrooms-track-the-webs-top-trending-stories/
Widodo, Y. (2020). Jurnalisme multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI