Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dongeng Damai Sang Pendeta Muda

1 Agustus 2023   20:41 Diperbarui: 1 Agustus 2023   21:22 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendongeng dari atas mimbar (foto. facebook Eklin)

"Tahun 2018, saya melihat bahwa kegiatan Youth Interfaith Peace Camp yang saya bersama dengan teman -- teman JMP lakukan itu hanya untuk teman -- teman pemuda saja. Tidak ada untuk anak -- anak. Padahal masalah segregasi wilayah di Maluku itu bisa berdampak pada segregasi pemikiran. Orang tua bisa saja menceritakan cerita -- cerita konflik yang membuat anak -- anak memasang tembok atau sekat dengan kelompok yang berbeda " Tuturnya.

Atas dasar pemikiran tersebut, pemuda kelahiran Masohi itu mencari cara bagaimana masuk ke dalam dunia anak -- anak.  Ia kemudian berpikir bahwa jika segregasi pemikiran bisa meracuni anak -- anak melalui penuturan orang -- orang tua maka untuk melawannya ia harus menggunakan penuturan juga. Karenanya Eklin memilih mendongeng sebagai jalan masuk ke dunia anak -- anak dan meruntuhkan tembok yang selama ini membelenggu mereka.

***

Sebelum manusia mengenal tulisan, mendongeng adalah satu - satunya cara yang dipakai untuk bercerita tentang apa saja mulai dari pengalaman, cerita rakyat, nilai -- nilai moral dan anekdot -- anekdot yang lucu yang berkembang di masyarakat. Siapa pun yang terampil berbicara dan bercerita pada waktu itu tentu lebih diperhatikan daripada yang lainnya. Hal ini membuat para pendongeng mendapat tempat yang istimewa dan populer. Mereka dikenal banyak orang karena mereka mampu  mengajar dan menghibur masyarakat dengan cerita  - ceritanya.

Di rumah -- rumah mendongeng adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh orang tua pada jaman dahulu. Dengan mendongeng orang tua mengisahkan legenda -- legenda di kampung, mengisahkan juga perjuangan masa mudanya serta kesempatan mengajarkan nilai -- nilai moral kepada anak -- anaknya. Di beberapa daerah, mendongeng bahkan menjadi kegiatan wajib yang dilakukan pada saat musim panen.

Walaupun begitu satu pertanyaan yang perlu dijawab oleh Eklin adalah apakah mendongeng masih relevan dilakukan pada jaman modern ini?, jawabannya tentu masih sangat relevan. Namun modal nekat saja tidak cukup. Apalagi pendeta yang kini berusia 32 tahun itu tidak mempunyai basic mendongeng sama sekali. Eklin juga tidak terbiasa berinteraksi dengan anak -- anak. Hal ini tentu akan membuatnya kesulitan ketika mulai berkarya di tengah -- tengah masyarakat.

Sebab menurut Priyono ada beberapa hal penting yang harus dilakukan seorang pendongeng, yaitu: Pertama, pendongeng harus ekspresif  dan enerjik untuk menarik perhatian anak. Kedua, Pendongeng harus banyak membaca sehingga cerita yang disampaikannya bervariasi supaya anak tidak gampang bosan. Ketiga, pendongeng harus memilih cerita yang mempunyai pesan dan budayanya dapat ditiru anak-anak. Keempat, pendongeng harus menyesuaikan dongeng dengan usia anak karena setiap tingkatan umur memiliki cara bercerita atau mendongeng yang berbeda.

Menyadari kelemahannya, Eklin belajar mendongeng melalui channel youtube. Teknik mendongeng yang dipelajarinya adalah ventriloquist atau teknik berbicara tanpa menggerakkan bibir. Teknik ini mengandalkan suara perut untuk berbicara.

Sang pendeta muda mempelajari teknik ini karena ketika mendongeng ia akan berperan menjadi dua tokoh. Tokoh pertama adalah dirinya sendiri dan tokoh kedua adalah Dodi, si boneka. Boneka itu dipakai untuk menutupi rasa tidak percaya dirinya di hadapan anak -- anak dan sekaligus sarana yang membantunya menghidupkan suasana.

Eklin sedang membacakan dongeng (foto. Facebook Eklin)
Eklin sedang membacakan dongeng (foto. Facebook Eklin)

Ikhtiar ini dilakukannya kurang lebih selama dua minggu. "Saya belajar dari youtube, selama dua minggu. Saya langsung belajar mendongeng dan ketika saya merasa sudah siap, saya langsung turun keliling Maluku." Katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun