Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dilema Seorang Suami

26 Juni 2021   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2021   14:06 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Nahak pun bergegas kembali ke kamar untuk menyampaikan pertemuannya dengan ibu kepada istrinya. Saat membuka pintu, Nahak  menemukan istrinya sedang menangis sambil tidur menelungkup di atas ranjang. Nahak pun mendekati sang istri dan berusaha menenangkan. Setelah menyadari bahwa Nahak ada di sebelahnya Bete berbalik memeluk suaminya itu dengan wajah penuh air mata.

            "Sayang, saya minta maaf. Saya sudah buat sayang marah. Mama juga pasti marah karena saya tersinggung dengan ucapannya". Katanya dengan penuh penyesalan.

            Nahak memeluk dia sambil terus berusaha menenangkannya. "Tak ada yang perlu disesali sayang, semua sudah terjadi. Mama pun mengerti dengan kemarahanmu. Mama tidak marah. Tadi pun dia tidak bermaksud ikut campur, dia hanya ingin membantumu. Hanya mungkin sayang salah paham."

***

            Saat terbangun pada pagi hari, Nahak menemukan dirinya sendiri di atas ranjang. Bete menghilang entah ke mana. Namun sayup -- sayup terdengar bunyi piring, senduk dan percikan air serta suara nyala api di kompor yang terdengar seperti musik tarian Likurai di dapur. Ternyata Bete sementara mempersiapkan sarapan untuk mereka.

            Belum sempat Nahak turun dari ranjangnya, sang istri sudah duduk di pinggir ranjang sambil menyuguhkan senyuman manisnya. Nahak menyambut istrinya dengan senyuman yang sama sambil berusaha melepaskan selimut.

            "Sayang, kita jadi pindah ke kos?" Kata Bete mengawali percakapan mereka pagi itu. Nahak terkejut bukan main. Ia kira istrinya sudah melupakan masalah semalam. Ternyata masih ada lanjutannya. Nahak bergeming beberapa saat lalu balik bertanya pada istrinya.

            "Apakah kita mesti tinggal di kos? Padahal kebutuhan kita saja lebih besar dari upah yang kita peroleh setiap bulannya sayang. Apalagi kita sudah berencana membuat rumah. Nanti pengeluaran kita bertambah. Bukankah lebih baik uang yang akan dipakai bayar kos itu kita tabung untuk rumah?"

            "Sayang, tapi di sini saya tidak nyaman. Apakah kau bisa pastikan bahwa saya akan nyaman tinggal di antara keluargamu yang cerewet, keras kepala, dan terkadang malas tahu ini?" Bete berusaha mempengaruhi suaminya dengan membeberkan alasan -- alasan yang membuatnya ingin pindah. Namun Nahak bersikukuh, ia justru terkejut dengan apa yang disampaikan istrinya.

            "Bete, selama ini mereka tidak mencampuri urusan kita, bahkan mereka membantu kita di saat -- saat kita mengalami kesulitan. Ah kau ini bagaimana? Terus kalau kita mau tinggal di kos, kira -- kira mau kos di mana dan berapa biaya kos per bulannya?"

            Bete terdiam sesaat, lalu tanpa menanggapi pernyataan Nahak tentang keluarga, ia menjawab, "Ada kos dekat rumah temanku, harganya 600.000 rupiah per bulan, sudah termasuk listrik dan air".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun