"Aku kok gak suka dipanggil dengan sebutan 'lo'. Dikira aku ini bocah, apa!"Â sembur Paklik Sudar sekali waktu.
"Iki opo? WA kok isine takon wis gajian durung! Arep ngerti kantongku po piye? Nganeh-anehi wae!,"Â keluh Bude Sri suatu hari.
"Apa-apaan sih ini! Terus kalo aku udah gajian suruh lapor mereka? Gitu, ya!"Â sungut Pak Pur, tetangga sebelah rumah.
Tak ada jawaban yang hendak saya berikan untuk semua keluh kesah itu. Saya cuma garuk-garuk kepala yang tidak gatal sambil meringis dan mengedikkan bahu.
Tapi ujung-ujungnya sering saya bilang begini, "Kita lihat ajalah. Ntar bosen paling mereka berhenti sendiri!"
Memangnya kita bisa apa? Salah-salah malah panjang urusan.Â
Tapi inilah realita di Era Disrupsi, masa di mana segala sesuatu berubah, tak lagi seperti yang kita pahami laiknya selama ini . Jangkauan disrupsi itu teramat dalam, bahkan hingga ke celah-celah dompet kita...
Ah, sudahlah. S-t-o-p. Cepp.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H