Mohon tunggu...
Reza Paradisa
Reza Paradisa Mohon Tunggu... Buruh - Pemulung Waktu Luang

Menulis berarti memberi kekuatan pada orang lain untuk membaca pikiran kita.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita "Gila" Kami, Para Pelancong Ibu Kota

14 Februari 2020   05:00 Diperbarui: 15 Februari 2020   11:21 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Rangga dan Cinta dalam film drama AADC 2 barangkali telah sangat menginspirasi saya dari sebuah dialognya yang cukup memorable buat saya.

Teringat ketika Rangga  mengajak Cinta ke Puntuk Setumpu malam-malam setelah seharian mereka bersama, di suatu dialognya Rangga mengatakan kepada Cinta dengan sedikit tersenyum bahwa "Ini namanya traveling...".

Dalam dialog itu Rangga memberikan perbandingan antara traveling dan liburan. Kurang lebih intinya seperti ini "kalo traveling itu kita jauh lebih spontan, tanpa perencanaan dan harus lebih siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Berbeda dengan liburan, segalanya sudah terencana mulai dari waktu sampai tempat tujuannya."

Tak lama berselang Cinta pun menanggapi, "Jadi.., yang penting itu the journey, not the destination?"

Buat saya, dialog itu benar-benar menampar banget buat saya yang dulu sering mager kalo buat melakukan perjalanan jauh kalo tujuan dan perjalanannya belum pasti. 

Beberapa hari yang lalu, saya bersama teman-teman melakukan (sebut saja) traveling kecil-kecilan. Sebagai pengantar, kami sebenarnya bertempat tinggal di Bandung dan kebetulan sedang melakukan Praktikum Pengadilan di Karawang untuk beberapa minggu. Otomatis dalam jangka waktu tersebut kami harus "mengungsi" sementara di Karawang.

Setiap orang yang pergi mengunjungi suatu kota yang belum pernah dikunjungi sebelumnya pasti akan selalu mencari tempat-tempat "keren" untuk dikunjungi, begitu pun dengan kami (hehe).

Akhir pekan pun tak kami sia-siakan begitu saja dengan bermalas-malasan di indekos, "Kita keliling karawang, Jalan-jalan!" kata seorang teman ketika sedang merencakan perjalanan. Alih-alih demikian, "Sekalian saja yok ke Jakarta! Dekat lah Karawang-Jakarta...!" tiba-tiba saja celetuk seorang teman.  Tanpa pikir panjang dan tanpa perencanaan,  kita berangkat dong ke Jakarta!

Tulisan ini iseng saya tulis, sekedar ingin mengabadikan dan mengekspresikan cerita perjalanan "gila" yang kami lakukan. Yang terpenting kan memang perjalanannya, bukan destinasinya. Sekedar hiburan saja, bukan artikel panduan perjalanan liburan apalagi referensi karya ilmiah (hehe).

Jumlah kami 7 orang, termasuk saya. Sudah seperti Ashabul Kahfi saja ya? Bedanya mereka pergi untuk menyelamatkan iman, sedang kami pergi untuk menyelamatkan waktu liburan.

Pukul 14.00 hari Sabtu  kami langsung  menuju stasiun meskipun sebenarnya tak tahu-menahu mengenai jadwal keberangkatan ke Jakarta, pokoknya berangkat dulu aja. 

Tanpa diduga, di dalam angkot seorang Ibu-ibu tiba tiba memberi tahu kami bahwa "jam 14.30 ada kereta lokal keberangkatan ke Jakarta, harga tiketnya cuma Rp.6.000. Ibu biasa ke sana soalnya". 

Saya hanya bisa berkata "Waw dan berterima kasih telah memandu perjalanan kami," saja dalam hati.

Sesampainya di stasiun tiketnya sudah ludes namun masih ada untuk keberangkatan satu jam selanjutnya. Meski nahas, bagi kami menunggu satu jam tidak  masalah. Kereta kami berangkat dari Stasiun Karawang  dan kami turun di Stasiun Pasar Senen. Dihitung-hitung, hanya bermodal Rp.10.000 bisa sampai Ibu Kota, Boom!

Sekitar pukul 17.30 kami sudah menginjakkan kaki di Ibu Kota, lebih cepat dari perkiraan kami. Saya menarik napas panjang sambil tersenyum, menikmati suasana Ibu Kota. Sebenarnya, mengunjungi Ibu Kota bukanlah menjadi hal yang baru buat saya, karena sudah beberapa kali juga ke Jakarta. Tapi entah mengapa perjalanan kali ini memang terasa berbeda, tidak seperti biasanya.

"Hey mau pada langsung kemana nih?" pertanyaan yang selalu kami perbincangkan. Karena memang tak ada susunan agenda yang matang, pokoknya mengalir saja. Masjid Istiqlal akhirnya menjadi tujuan pertama kami setiba di Ibu Kota, ternyata tidak terlalu jauh dari Pasar Senen.. "Cuma 2 KM aja ke Istiqlal, jalan kaki saja. Hitung-hitung joging sore".

Selama perjalanan, sempat kami mengobrol dengan seorang penjual minum yang ternyata bukan warga Ibu Kota asli. Bapak itu lantas sedikit bercerita mengenai kehidupannya di Ibu Kota, mengenai perjudiannya mengadu nasib di Ibu Kota.

Kami hanya bisa tertegun mendengarnya, ternyata di balik sisi Ibu Kota yang gemerlap masih banyak yang tak kunjung menemukan nasibnya, yang masih menunggu giliran bagi peruntungan nasibnya.

Seperti yang kami jumpai di Masjid Istiqlal, ketika kami datang langsung disambut oleh banyak anak-anak kecil yang menawarkan kantong pelastik, berharap kami berkenan membelinya.

Mereka yang seharusnya masih bisa menikmati masa kecilnya untuk bermain namun harus menggantungkan nasibnya pada beberapa helai kantong pelastik demi menyambung hidup. Dan bahkan sepertinya hampir seluruh pedagang kaki lima yang kami temui sebagian besarnya adalah warga perantauan.

Hari semakin gelap, dan raga kami pun semakin lelah. Kami harus segera mencari tempat agar bisa segera bisa merebahkan raga kami. Sebagai "Pelancong", kami harus pintar-pintar meminimalisir pengeluaran agar bisa meminimalisir juga kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.

"Mau cari masjid aja atau penginapan hotel...?" masjid adalah skenario terburuk sedang penginapan adalah skenario termahal. "Gapapa deh kita cari hotel aja pesan satu kamar untuk bertujuh.." gokil kan?

Beberapa kali kami ditolak oleh pihak hotel dong, karena memesan satu kamar untuk bertujuh. Kami tidak kehilangan akal, karena hari juga semakin malam. Akhirnya kami harus bergantian masuk hotel agar tidak terlihat bahwa kami bertujuh.

Buat saya, pengalaman itu akan selalu saya ingat. Bagaimana tidak, satu kamar hotel untuk kapasitas dua orang harga termurah yang hanya Rp. 175.000 saja dengan fasilitas seadanya harus kami bagi untuk bertujuh dong.

Kalo tidak salah, kamarnya hanya berukuran 3x4 Meter saja. Lima orang harus berbagi kasur seperti pindang yang berjejer  dan dua orang sisanya tidur di lantai dan tepat di depan pintu WC, betapa sempitnya kamar itu untuk kami yang bertujuh, hehe.

Keesokan harinya tidak seperti cara kami masuk hotel yang harus bergantian masuk, kami cuek saja berbarengan keluar. Toh itu pun kami sudah ingin pergi, ya paling hanya bagian resepsionis dan security saja yang melihat kami sambil terheran-terheran yang begitu santainya keluar hotel.

Singkatnya, hanya beberapa tempat saja yang kami kunjungi hari itu mulai dari Kawasan Kota Tua, menunjungi Museum BI, sampai Monumen Nasional saja. Selepas itu kami langsung bertolak kembali ke Karawang.

Tak banyak memang yang kami kunjungi dengan waktu yang singkat, bagi kami yang terpenting adalah perjalanannya. Proses dan segala cerita yang terjadi selama perjalanan, meski sebenarnya perjalanan kami diwarnai dengan jutaan cerita "gila" yang tak mampu saya tuangkan seluruhnya dalam tulisan sederhana ini. Mungkin untuk tulisan selanjutnya, semoga saja.

Ada yang lebih penting dari sekedar sebuah liburan, yaitu perjalanannya.

Ada yang lebih kejam dari sekedar kerasnya Ibu Kota, yaitu kehidupan.

Ada yang yang lebih mahal dari sekedar sebuah perjalanan, yaitu pengalaman dan pembelajarannya.

Salam hormat kami, para pelancong Ibu Kota.

  -Reza Paradisa,

img20200209091731-5e45da7ad541df4e43640963.jpg
img20200209091731-5e45da7ad541df4e43640963.jpg
img20200209111633-5e45dbee097f36582c3f2642.jpg
img20200209111633-5e45dbee097f36582c3f2642.jpg

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun