Sistem politik yang menganut demokrasi liberal (bertentangan dengan Pancasila) sarat dengan politik uang, pencitraan, dan hipokrasi. Â Sehingga, sampai sekarang sedikit sekali atau mungkin belum ada pemimpin dan elit politik kita yang capable (berkapasitas) sekaligus berintegritas dan negarawan.Â
Untuk bisa berinvestasi dan berbinis, para pengusaha (entreprenuer) harus melewati proses perizinan yang berbelit, panjang, mahal, dan acap kali tanpa kepastian. Â
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa untuk mendapatkan proyek-proyek raksasa, seperti pembangkit listrik, jalan, bendungan, bandara, migas, telkom, dan kawasan industri, pengusaha mesti punya beking 'orang kuat' dan menghamburkan uang luar biasa besar. Â
Buruknya iklim investasi, kemudahan berbisnis, dan ekonomi biaya tinggi inilah yang merupakan akar masalah dari semakin meluruhnya sektor manuakturing (deindustrialisasi), defisit neraca perdagangan, dan rendahnya daya saing bangsa. Â
Selain itu, juga telah mengakibatkan ketimpangan ekonomi yang sangat lebar. Menurut Credit Suisse's Global Wealth Report (2016), ketimpangan ekonomi Indonesia adalah yang terburuk keempat di dunia, setelah Rusia, India, dan Thailand. Â Dimana, satu persen penduduk terkaya Indonesia menguasai 49,3 persen kekayaan negara.
Yang lebih menyesakkan dada, dunia pendidikan kita pun sudah terinfeksi virus sogok-menyogok, perjokian, menyontek, guru dan dosen tidak dihormati oleh murid dan mahasiswanya, malas belajar, budaya instan, dan dekadensi moral lainnya. Â Budaya membaca, etos riset, dan moralitas kebajikan jauh dari standar kemajuan dunia pendidikan Barat, apalagi dibandingkan dengan budaya ilmiah dan moralitas di masa keemasan Islam.
Momentum Puasa Ramadhan
Oleh karenanya, seluruh Umat Islam Indonesia harus menjadikan ibadah puasa Ramadhan di tengah pandemi virus corona ini sebagai momentum untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Â
Iman dan taqwa yang istiqamah (sepanjang masa) dan tidak hanya membuahkan kesalehan individual (rajin ibadah mahdhoh), tetapi juga memancarkan kesalehan sosial berupa etos kerja unggul, akhlak mulia, dan semangat berbagi untuk mewujudkan Indonesia maju, adil-makmur, damai, dan berdaulat. Â
Untuk itu, selain sholat wajib dan zakat, kita harus tingkatkan kuantitas dan kualitas amalan-amalan sunah, mulai dari sholat tarawih, tahajjud, tadarus dan tadabur Al-Qur'an, berdzikir, bersedkah sampai memberi makan buka puasa kepada yang membutuhkan. Â Dan, yang lebih penting, kita niatkan ibadah puasa kita semata-mata hanya karena iman dan ikhlas kepada Allah SWT.
Jangan pernah goyah iman kita dan tergoda untuk berbuat maksiat, gara-gara menyaksikan banyak orang pendosa dan bahkan melawan Allah, tetapi kehidupan dunianya sangat sukses, jabatannya tinggi, hartanya melimpah, dan sangat populer serta dikagumi publik. Â