Mohon tunggu...
RD Putri
RD Putri Mohon Tunggu... Lainnya - A learner.

I think therefore I write.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keadilan Sosial bagi Seluruh Masyarakat Good Looking: Hak Istimewa yang Didapat dengan Standarisasi

29 Juni 2020   20:26 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:03 2572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keadilan. (sumber:freepik.com)

Dapat dilihat dari kasus Jefri Nichol dengan Ibnu Rahim. Walaupun keduanya merupakan aktor yang berasal dari Indonesia tetapi Jefri Nichol memiliki paras blasteran, kulih putih, hidung mancung dan tulang pipi tegas, sedangkan Ibnu Rahim memilki ciri fisik orang Indonesia bagian Timur yang memilki warna kulit lebih gelap dan wajah bulat. 

Dengan banyakanya ejekan mengenai fisik yang diterima oleh Ibnu Rahim perihal penangkapannya dibandingkan dengan kalimat-kalimat semangat seperti yang warganet berikan kepada Jefri Nichol menandakan bahwa masyarakat Indonesia memberikan beauty privilege kepada Jefri Nichol.

Selain itu, tinggi dan berat badan menjadi standar kecantikan lainnya. Kalimat yang sering didengar ketika lagi ngobrol sama teman, "Ih lo gendutan deh", "Lo lebih cantik deh sekarang kurus" atau "Lo pendek banget, sih" membuktikan body negativity yang ada di sekitar kita. Mayoritas masyarkat lebih menyukai seseorang dengan tubuh yang kurus dan tinggi, seperti model-model dan bintang iklan.

Dengan bentuk tubuh yang kurang tinggi dan agak berisi, fisik Kekeyi menjadi bahan ejekan dan celaan warganet di media sosial. Hampir semua kontennya di Youtube menerima perundungan, salah satunya konten tutorial make up. Warganet seakan-akan menyatakan bahwa dengan tubuh seperti Kekeyi tidak cantik dan tidak mendapatkan hak istimewa untuk tidak dikritik maupun dirundung.

Jadi, dapat dikatakan bahwa hidup seseorang yang dianggap telah memenuhi standar kecantikan akan mendapatkan hak istimewa atau beauty privilege karena sesungguhnya manusia menilai apa yang mereka lihat. 

Tapi yang perlu diingat bahwa beauty is in the eye of beholder karena kecantikan tidak dapat dinilai secara objektif karena apa yang orang anggap cantik atau kagumi belum tentu menarik bagi orang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun