Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang OVJ, Evolusi Slapstick Budaya Kita

28 Juli 2020   17:57 Diperbarui: 28 Juli 2020   17:55 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu ini, warganet seakan tersapu oleh nostalgia. Sepertinya, banyak yang rindu akan acara-acara komedi yang dulu menghibur kita. Bahkan banyak yang berkata bahwa format acara yang sekarang (dengan nama yang sama) tidak selucu dulu. Opera Van Java (OVJ) adalah salah satu dari acara tersebut.

Acara yang tayang dari 2008 sampai 2013 ini memiliki konsep yang unik. Wayang orang ala Jawa digunakan sebagai format acara, lengkap dengan dalang dan sinden. Akan tetapi, cerita dikemas dan dijalankan secara modern dan fleksibel. Di sini, para wayang memiliki free reign dalam menjalankan cerita. Begitu bebas, sampai para wayang sering melanggar benang merah cerita.

"Jadi dia (dalang) menceritakan tentang Sangkuriang, kita bertiga (para wayang) malah cerita Robocop," tandas Sule (youtube.com, 2019). Pelanggaran inilah yang sering membuat dalang marah. Campuran ngawur dan ngamuk inilah yang menimbulkan tensi komedi di antara mereka.

Lantas, apa saja unsur-unsur acara ini yang menggelitik perut kita? Dalam rangka menjawabnya, mari kita mulai dengan mengidentifikasi pada pengecer jasa tawa di acara ini.

Pertama, Sutisna alias Sule sebagai punggawa lawak. Dalam kelompok ini, Sule adalah pemimpin de facto. Talenta komedinya yang tumbuh dari apresiasi dan praktek bobodoran Sunda membuat Beliau mampu melakukan berbagai hal. Bernyanyi medley? Menciptakan lagu lucu? Dikerjai? Mengerjai? Double cast? Beliau bisa melakukan semua itu dengan apik.

Kedua, Andre Taulany sebagai penanggap dan korban utama Sule. Latar belakang Beliau sebagai mantan vokalis Stinky memberikan kesan cool tersendiri. Meski demikian, Beliau juga bisa melawak dan cocok menimpali Sule dengan berbagai celetukannya. "Andre tuh dia AC-DC. Dia mancing bisa, jadi objek juga bisa," kata Sule.

Ketiga, Parto sebagai dalang pengarah jalan komedi. Di antara lima sekawan ini, Beliau memiliki jam terbang yang paling tinggi. Sudah melawak sejak 1978, dalang Parto mampu membaca situasi pemain dengan sangat cermat. Sehingga, respon yang diberikan ikut menambah jenaka jalan cerita. Terkadang dalang bisa marah, namun juga bisa ikut kacau bersama para wayang.

Keempat, Aziz Gagap sebagai raja gimik. Pelawak satu ini bisa menggunakan dan melakukan apa saja untuk membuat keanehan. Mulai dari berdandan sebagai Paula Godzilla, boneka Susan, sampai kangguru berkepala kuda. Hanya dengan melihat Beliau, penonton dan para wayang bisa terpingkal-pingkal. Selanjutnya, keanehan ini menjadi bahan lawakan untuk meledakkan kantong tawa.

Kelima, Nunung sebagai diseminator tawa. Sejak berkiprah di Srimulat, Beliau memang terkenal mudah sekali tertawa. Suara tawa Beliau juga menggelikan dan membuat semua penonton ikut tertawa bersamanya. Apalagi kalau sudah sampai ngompol di panggung. Tanpa peduli lawakannya lucu atau tidak, semua penonton pasti tertawa melihat Beliau terkencing-kencing.

Chemistry di antara kelima talenta ini memunculkan kelucuan yang alami. Masing-masing wayang dapat membaca apa yang akan dilakukan lawan mainnya. Sehingga, ada sebuah spontaneous order yang muncul di panggung. Untaian setiap lawakan seakan menjadi chaotic sequence yang harmonis.

Dalam menciptakan benang merah komedi, para wayang OVJ memakai tiga cara; slapstick, gimik, dan musikalisasi. Namun, slapstick mendominasi permainan karena kehebohan yang diciptakannya. Kebanyakan momen ikonik yang dikenang berasal dari gaya lawak ini. Masih ingat ketika Sule kecebur sumur? Parto dan Nunung berantem tanpa juntrungan? Inilah manifestasi slapstick modern kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun