Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

75 Tahun Pancasila, Sudah di Mana Kita?

2 Juni 2020   08:11 Diperbarui: 2 Juni 2020   08:16 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kita merdeka pada tahun 1945, pilihannya adalah merdeka atau mati! Merdeka itu sendiri masih bercabang. Apakah kita merdeka sebagai negara Islam? Atau sebagai negara persatuan yang berlandaskan Pancasila? Bapak Bangsa kita memilih merdeka dengan Pancasila sebagai dasar negara. 

20 tahun kemudian, krisis ekonomi-politik rezim Demokrasi Terpimpin membawa kita menuju pilihan sulit. Mengubah fokus pada pembangunan ekonomi untuk mewujudkan idealisme Pancasila atau tenggelam dalam kekacauan politik-ekonomi jargonistik? Setelah melalui pertumpahan darah nan dahsyat, bangsa kita memilih untuk fokus membangun ekonomi

Setelah 32 tahun stabilitas semu ala Orde Baru, Krisis Finansial Asia 1997 memaksa kita untuk memilih jalan kembali. Apakah kita memperbaiki kualitas institusi politik-ekonomi kita dengan demokratisasi atau tenggelam menuju otoritarianisme yang semakin korup? Akhirnya, gerakan sosial yang masif itu membawa kita menuju era Reformasi yang lebih demokratis.

Akhirnya, setelah 22 tahun Reformasi, kita dihadapkan pada disrupsi skala besar yang belum pernah ada sebelumnya. Kegiatan sehari-hari yang dulu kita anggap remeh sekarang sulit dilakukan. Semua demi memutus rantai penyebaran COVID-19 dan menyongsong New Normal. Dan New Normal menuntut New Course agar kehidupan berbangsa kita tetap mekar.

Pilihan 2020 ini berkesinambungan dengan pilihan di 1945, 1965, dan 1998. Apakah kita terus membangun kerangka politik-ekonomi yang bebas (demokratis dan pluralis) atau tenggelam menuju politik identitas? Sampai detik ini, perdebatan mengenai isu ini masih terus berlangsung di ruang publik. Mulai dari bantering di media sosial sampai debat kusir di depan televisi nasional.

Perdebatan ini menunjukkan di tangan siapa pilihan akan dibuat. Dan pilihan tersebut berada di tangan kita. Setiap individu Indonesia yang menjadi subjek dari demokrasi Pancasila. Ratusan juta manusia yang dirangkul oleh sayap Garuda.

Kesimpulannya, 75 tahun kelahiran Pancasila membawa kita menuju sebuah New Low yang memaksa bangsa ini untuk memilih. Apakah kita akan membangun kerangka politik-ekonomi yang bebas atau tenggelam menuju politik identitas? Pilihan di antara keduanya masih diperdebatkan. Namun ingat, dampak pilihan ini menentukan masa depan Rumah Pancasila yang sudah dibangun selama 75 tahun.

Banyak patriot mengorbankan nyawanya untuk menjaga Rumah Pancasila. Jangan sampai perisak radikal-ekstremis merusaknya.

REFERENSI

CNNIndonesia . Diakses pada 1 Juni 2020.

Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun