Setelah berhasil menyesuaikan diri, maka kita dapat menerima keadaan tersebut. Inilah yang disebut sebagai the acceptance stage. Kita mulai menerima realita remote living sebagai gaya hidup.Â
Tidak ada lagi prasangka yang keliru terhadap berbagai polah remoting. Semua dijalani sebagai realita yang memang harus terjadi. Semoga penulis bisa sampai ke langkah ini.
Dirangkum dalam suatu urutan, inilah yang terjadi selama beradaptasi menuju remote living:
- Achieving the dreamÂ
- Loathing the reality
- Adjusting to reality
- Getting on with reality
Selanjutnya, proses inilah yang memberikan banyak pelajaran bagi kita semua. Pelajaran-pelajaran tersebut berserakan di sekitar. Kita hanya perlu membuka diri untuk menerimanya.
Pertama, kita diajarkan untuk membuktikan kepedulian. Be empathetic. Berbagai aksi di seluruh dunia untuk membantu dan memberikan apresiasi terhadap upaya perang melawan Covid-19 menunjukkan empati tersebut. Ini menjadi sebuah bukti bahwa ketika tantangan besar menghadang, we human beings can take up the challenge.
Kedua, kita diajarkan untuk menjaga kebersihan diri. Dari dulu, kita berkata bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Namun, kebiasaan kita yang tak acuh kepada kebersihan diri membuatnya pepesan kosong belaka.Â
Sejak Covid-19 mendera, urgensi kebersihan meningkat pesat. Akhirnya, kita dipaksa untuk menjaga higienitas demi menghalangi penularan. Tanpa Covid-19, mungkin kita akan masih business as usual dan tidak mafhum.
Ketiga, kita diajarkan untuk mendekat dengan keluarga inti kita. Selama ini, regular living membuat kita jauh dari orang terdekat kita. Khususnya keluarga sebagai harta paling berharga. Akhirnya, demi mencegah penyebaran pandemi ini, interaksi kita dengan keluarga melalui #dirumahaja meningkat.
Memang benar kata Presiden Ronald Reagan, "If they can't see the light, make them feel the heat." And Covid-19 is a strong one indeed. Even I can't fight this feeling anymore; We should learn the lesson.
Baik, Covid-19. We got the lesson. Sekarang, tolong segera pergi. Agar kehidupan bisa kembali menuju kelaziman. Sebuah kelaziman baru yang lebih menghargai kebersihan, lebih berempati, dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.
REFERENSIÂ